Singapura – Sudah hampir satu tahun sekolah tatap muka dihentikan karena tingginya angka penularan kasus covid-19. Sekarang mulai dimunculkan lagi rencana untuk bisa kembali ke sekolah Juli mendatang untuk tahun ajaran 2021/2022.
Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Chatarina M Girsang, menjelaskan pembelajaran tatap muka untuk pendidikan usia dini dan pendidikan dasar masih dibahas bersama Kemendikbud, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Agama. Nanti akan ada Surat Keputusan Bersama 4 Menteri untuk penetapan pembelajaran tatap muka.
Jennifer Nuzzo, ilmuwan John Hopkins Bloomberg School of Public Health, Maryland, Amerika Serikat, mengatakan tidak ada satu pun negara yang benar-benar siap menghadapi pandemi covid-19. Semua negara mengantisipasi kesulitan-kesulitan dan mengatasi dampak yang ditimbulkan di segala bidang termasuk bidang pendidikan.
Singapura merupakan salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbaik di Asia. Peringkat program penilaian pelajar internasional (PISA) Singapura selalu menempati posisi atas. Di masa pandemi covid-19, negara yang sangat maju pendidikannya ini, memperhatikan agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik, namun kesehatan tetap terjaga. Ketika awal penyebaran covid-19, Pemerintah Singapura merespon wabah ini dengan membentuk Multi-ministry Task Force (MTF), yang di dalamnya melibatkan Ministry of Education (MoE). Untuk mencegah penyebaran virus, MoE mengeluarkan berbagai kebijakan.
Kebijakan-kebijakan itu diambil dengan mengikuti perkembangan yang terjadi di dalam negeri maupun global serta berdasarkan laporan dan hasil riset yang tepercaya. Salah satu kebijakan yang diambil adalah menyeimbangkan pembelajaran yang holistik di lembaga pendidikan serta menjamin keselamatan dan kesehatan peserta didik, pendidik, maupun staf. Mulai dari tingkatan preschool, primary school, secondary school, junior college, hingga perguruan tinggi.
Respons MoE pada tahap awal penyebaran covid-19 antara lain menginstruksikan kepada siswa, mahasiswa, pengajar, maupun staf di lembaga pendidikan yang baru saja pulang dari Tiongkok untuk melaksanakan leave of absence (LoA) atau cuti selama 14 hari. MoE memastikan bahwa siswa yang melaksanakan LoA agar didukung dengan materi home-based learning (HBL) dari Singapore Student Learning Space (SLS).
SLS merupakan platform pembelajaran online berisi sumber belajar yang dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi siswa belajar mandiri sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Di masa pandemi platform ini kemudian menjadi sangat bermanfaat.
Setiap sekolah juga mulai melakukan pengecekan suhu tubuh siswa yang akan masuk dan belajar di kelas. MoE juga menyiapkan bahan tayangan untuk edukasi siswa terkait wabah penyakit yang baru dan bagaimana cara menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit tersebut. Menurut MoE, semua hal itu dilakukan sebagai bagian dari mitigasi risiko dan memastikan agar kegiatan pembelajaran tetap dapat berlangsung seperti biasa.
Pada 7 Februari 2020, Pemerintah Singapura mengumumkan status Disease Outbreak Response System Condition (Dorscon) pada level oranye. Artinya, penyebaran virus secara lokal (local transmission) mulai mengkhawatirkan di Singapura.
MoE mengambil kebijakan yang lebih ketat agar pembelajaran tetap berlangsung dan kesehatan tetap terjaga. Kebijakan itu antara lain menangguhkan kegiatan yang melibatkan peserta dalam jumlah besar, mengatur giliran jam istirahat, serta membatasi peserta kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dalam kelompok kecil.
Pada pertengahan Maret, peningkatan jumlah kasus di sejumlah negara, termasuk di kawasan ASEAN semakin memburuk dan tidak menentu. Tak terkecuali di Singapura. Bahkan, kasus pertama positif covid-19 di Singapura terkait dengan lembaga pendidikan. Seorang guru dari salah satu sekolah di Singapura tertular virus korona.
Menyikapi hal tersebut, Menteri Pendidikan Singapura saat itu, Ong Ye Kung, mengambil langkah-langkah pencegahan tambahan. Seperti, menangguhkan kegiatan ekskul, mengatur tempat duduk saat ujian, meningkatkan pembersihan lingkungan sekolah, serta menyarankan siswa, guru, dan staf untuk tidak bepergian ke luar negeri.
Memodifikasi dan memotong materi
Pada 27 Maret 2020, sekolah mulai menerapkan home based learning (HBL) secara bertahap. Dimulai dari satu hari dalam seminggu sebagai persiapan jika terpaksa harus HBL lebih lama. HBL untuk primary school ditetapkan Rabu, secondary school pada Kamis, junior college/centralised institute pada Jumat. Meskipun demikian, MoE menjelaskan, sekolah akan tetap buka selama HBL untuk memfasilitasi siswa dari kelompok rentan dan yang orang tuanya tidak dapat memperoleh alternatif pengasuhan.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 3 April 2020 mengumumkan kebijakan Singapura menerapkan circuit breaker (CB). Seluruh tempat kerja dan layanan non-esensial terhitung ditutup sejak 7 April 2020. Terkait dengan hal tersebut, HBL secara penuh dilaksanakan mulai 8 April hingga 4 Mei 2020. HBL ini juga berlaku untuk jenjang perguruan tinggi.
Selama pelaksanaan HBL di masa CB, pemerintah dan sekolah tetap berkomitmen untuk membantu siswa dari kelompok yang rentan dengan meminjamkan perangkat digital dan bantuan akses internet. MoE menyadari bahwa HBL tidak sama dengan pembelajaran di sekolah, namun itu adalah langkah yang harus diambil mengingat kondisi yang semakin memburuk.
Pandemi covid-19 telah membuat sebuah terobosan dalam sistem pembelajaran konvensional menjadi sistem pembelajaran secara e-learning secara cepat dan sistematis. MoE telah memutuskan untuk memastikan setiap pelajar mendapatkan bantuan laptop atau tablet pribadi pada akhir 2021.
Menteri Pendidikan Singapura, Ong Ye Kung, menyadari HBL di masa CB menimbulkan kegelisahan di kalangan orang tua juga siswa. Oleh karenanya, MoE meluncurkan panduan HBL yang ditujukan untuk orang tua. Panduan tersebut terus-menerus diperbaiki dan diperbarui sesuai dengan perkembangan kondisi di Singapura.
Secara keseluruhan, ada enam seri panduan yang diterbitkan oleh MoE, mulai dari persiapan HBL hingga persiapan kembali ke sekolah. Selama CB, tercatat ada 4.000 siswa primary school, secondary school, dan JC yang tetap masuk. Sekolah melakukan penjadwalan guru yang piket di sekolah untuk menemani para siswa ini.
CB adalah masa yang berat bagi sebagian besar warga Singapura. Banyak orang yang tidak bisa bekerja dan kehilangan penghasilan. Siswa dari keluarga yang termasuk kelompok rentan turut terdampak imbas negatif CB.
Oleh karenanya, MoE mengeluarkan beberapa kebijakan terkait bantuan kepada keluarga yang memiliki anak yang sekolah yang terimbas buruk covid-19. Meliputi, Self-Employed Person Income Relief Scheme, Temporary Relief Fund, dan Solidarity Budget.
Selain itu siswa dari kelompok rentan juga tetap menerima School Meals Program (SMP), walaupun mereka tidak berada di sekolah. Dana SMP ditransfer ke School Smartcard yang bisa dipakai untuk membeli makanan atau bahan makanan.
Angka penyebaran covid -19 masih cukup tinggi, sehingga CB yang awalnya direncanakan hingga 4 Mei 2020, diperpanjang hingga 1 Juni 2020. Terkait dengan hal ini, MoE juga melakukan penyesuaian tanggal masuk sekolah dengan memindahkan libur akhir semester tanpa harus memperpanjang HBL dengan pertimbangan terlalu lama HBL akan banyak dampak negatif.
MoE juga mengurangi beban kurikulum dengan memotong beban materi yang biasanya diajarkan dalam semester yang sedang berjalan. MoE juga menunda pelaksanaan ujian mother tounge, menunda kewajiban membayar student loan beserta bunganya selama satu tahun, dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang baru lulus untuk mengambil empat mata kuliah gratis yang disediakan oleh perguruan tinggi sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja. Program ini merupakan kerja sama antara MoE, Skill Future, dan perguruan tinggi di Singapura.
Kebijakan lain yang diambil selama masa CB adalah pendaftaran siswa baru secara online. Orang tua tidak perlu datang ke sekolah ataupun melakukan wawancara secara langsung, melainkan secara online. Hal ini untuk meminimalisasi kontak.
Membuka sekolah lagi
MoE membuka kembali sekolah secara bertahap sampai akhinya seluruh siswa masuk setiap hari. Pembukaan kembali sekolah dimulai dengan melakukan pengecekan suhu tubuh siswa setiap hari, melakukan pembersihan secara lebih intensif, mengatur tempat duduk seperti saat ujian, mendorong siswa untuk sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun, membersihkan meja dan permukaan yang sering disentuh, pengaturan jam masuk dan istirahat, serta menggunakan masker atau face shield.
Selain itu, siswa yang tinggal dengan orang dewasa yang sedang menjalani stay home notice atau karantina juga dilarang masuk. Perguruan tinggi menerapkan SafeEntry (aplikasi untuk national digital check-in system) dan pengecekan suhu tubuh di titik-titik lokasi SafeEntry.
Berakhirnya CB pada 1 Juni 2020 memberikan harapan baru bagi warga Singapura. Meskipun demikian, kehidupan tidak dapat kembali normal seperti sebelum covid-19. Menteri Pendidikan Ong Ye Kung mengingatkan kepada siswa, guru, dan staf untuk saling menjaga satu sama lain. Setiap orang punya tanggung jawab pribadi dan sosial untuk melawan pandemi ini.
Pada minggu pertama pembukaan sekolah secara lebih luas, terdapat 4 siswa dan 1 tenaga kependidikan yang positif Covid-19. Terkait dengan hal tersebut, 5 orang serta 29 staf dan 100 siswa yang pernah kontak diharuskan menjalani karantina di rumah.
MoE juga mengeluarkan beberapa kebijakan, semua siswa diharapkan masuk kembali ke sekolah. Pelajaran olahraga yang melibatkan siswa dalam kelompok kecil atau kontak minimal seperti badminton, tenis meja, sepak takraw, dan sebagainya diperbolehkan kembali. Kegiatan ekskul juga diperbolehkan kembali dengan pembatasan tertentu. Sekolah tetap melakukan berbagai upaya manajemen keselamatan yang meliputi screening, menjaga kebersihan, mengurangi pembauran siswa antarkelas, dan safe distancing.
Bagi perguruan tinggi, semua kuliah masih dilakukan secara online dan hanya praktikum yang harus dilakukan di laboratorium dapat dilakukan di kampus. Jumlah kelas pada fase 1 dibatasi maksimum 30 siswa dan pada fase 2 maksimum 50 siswa dengan jarak tempat duduk antar-siswa satu meter.
MoE juga menyadari ada banyak siswa yang rencana studinya ke luar negeri terdisrupsi oleh covid-19. Oleh karenanya, pada 6 Juli 2020, MoE menyampaikan bahwa mereka bekerja sama dengan Autonomous Universities (AUs/Perguruan Tinggi) di Singapura untuk membantu mereka yang kuliah di luar negeri, namun kemudian beralih ingin kuliah di dalam negeri.
AUs juga menambah kuota mahasiswa baru untuk menampung para siswa yang tidak bisa ke luar negeri karena pandemi. AUs memberikan kesempatan transfer bagi siswa yang sudah menjalani pendidikan tinggi di luar negeri namun ingin melanjutkan studinya di perguruan tinggi lokal.
Kebijakan pemerintah Singapura di bidang pendidikan selama pandemi covid-19 memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, pemerintah mengambil langkah yang cepat untuk merespon pandemi.
Kedua, koordinasi yang baik antarlintas kementerian, lembaga, dan stakeholder lainnya untuk mengatasi masalah secara holistik. Setiap kebijakan yang diambil selalu berdasarkan data dan dilakukan secara cepat sambil memperhatikan perkembangan di tingkat lokal maupun global.
Ketiga, komunikasi yang transparan dan efektif. Transparansi membangun kepercayaan dengan warga Singapura dan kepercayaan mendukung upaya manajemen krisis.
Keempat, dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan HBL, MoE juga memperhatikan kondisi dan kebutuhan sekolah, orang tua, dan siswa. Kelima, HBL merupakan alternatif terakhir.(*/cr7)
Sumber: medcom.id