Majalahteras.com – Pendidikan mitigasi bencana merupakan pendidikan yang diberikan untuk mempersiapkan diri atau kesiap-siagaan diri sebelum, sedang dan setelah terjadinya bencana.
“Pendidikan mitigasi bencana penting karena memberikan pengetahuan dan pola pikir agar masyarakat siap siaga sebelum terjadinya bencana, karena masyarakat saat ini hanya mengetahui penanggulangan setelah terjadinya becana saja. Sehingga banyak yang menjadi korban akibat minimnya pendidikan mitigasi bencana atau antisipasi kesiap-siagaan terhadap bencana,” jelas Guru IPS SMP Islam Plus Al Munawwaroh, Ulfiyani.
Menurutnya, sinergi antara pendidikan metigasi bencana pengelolaan tata kota dan pola pikir masyarakat belum terlaksana dengan baik, karena kurangnya peran pemerintah dalam memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai pendidikan metigasi bencana. Sehingga masyarakat belum semua mengetahui antisipasi mengenai pendidikan metigasi Bencana. “karena terbukti masih banyak yang menjadi korban meninggal,” pungkasnya.
Pengelolaan tata kota, Ulfiyani menambahkan, juga seharusnya lebih sigap lagi. Dalam hal ini sebelum terjadinya bencana, seperti lebih digiatkan lagi dalam usaha penanaman pohon atau penghijauan yang bermanfaat untuk meminimalisasi dampak dari suatu bencana seperti salah satunya banjir
“Himbauan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, penebangan pohon secara liar, pembakaran pohon secara liar seperti terjadinya di hutan-hutan di Indonesia serta pengerukan atau penggalian tanah secara sembarangan. Ada juga yang terjadi di pemukiman yang masih banyak dataran tinggi untuk dijadikan hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi, tidak memikirkan orang banyak, karena hal seperti itu bisa terjadi bencana longsor,” paparnya.
Selanjutnya, Ia menilai, pemerintah juga harus membuat himbauan tentang antisipasi sebelum terjadinya bencana. Selain itu peran masyarakat harus ikut andil agar mematuhi himbauan yang diberikan pemerintah atau lembaga lain serta kesadaran diri sendiri untuk lebih mengetahui dalam melakukan pencegahan sebelum terjadinya bencana.
“Di sekolah mulai diadakan kurikulum mengenai pendidikan mitigasi bencana namun tidak berupa mata pelajaran khusus. Karena pendidikan ini melibatkan semua pihak baik Sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga lain seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” katanya.
Ulfiyani, yang juga sebagai TU SMP Satap Sayar menambahkan, sekolah dan guru juga harus bekerja sama dengan BNPB dan instansi terkait. BNPB juga sudah menyiapkan modul tentang pendidikan tangguh bencana sebagai tambahan materi tentang pengetahuan pendidikan mitigasi bencana untuk dipelajari oleh guru dan siswa.
“Untuk lingkungan hidup ke depan, semoga semua pihak yang terkait dan seluruh masyarakat lebih peka lagi terhadap cara-cara pencegahan terjadinya bencana dan senantiasa menjaga lingkungan dan alam sekitarnya terutama alam Indonesia ini,” harapnya.@IMAN