Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Segelas Beras untuk Sesama

oleh
oleh -

Para siswa SMP Negeri 5 Purwakarta tampak berkumpul di lapangan sekolah. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok yang melakukan aktivitas berbeda-beda. Ada yang mengumpulkan, ada pula yang menyebarkan.

Hari itu Kamis, para pelajar masing-masing membawa segelas beras dari rumahnya. Beras itu nantinya diserahkan pada siswa yang tidak mampu dan warga miskin yang tinggal di sekitar sekolah.

Kegiatan sosial yang dilakukan para siswa memang bagian dari program Poe Welas Asih atau Hari Kasih Sayang yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Hari Kamis dipilih sebagai hari berbagi pada sesama, baik di sekolah, tempat tinggal, atau tempat bekerja.

Salah seorang pelajar Kelas IX SMPN 5 Purwakarta, Rangga (14), mengaku dirinya merasa tergugah untuk berbagi pada teman-teman satu sekolah yang kurang beruntung.

Program Poe Welas Asih diakuinya membantu dirinya untuk mau berbagi pada sesama yang membutuhkan. “Berasnya banyak, ini mau dibagi-bagi ke sekitar sekolah,” katanya.

Baca Juga  Fakultas Ushuluddin Gelar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2024

Salah satu siswa yang kebanjiran kasih sayang adalah Saifullah (14). Ia menerima beras dari teman-teman satu sekolah. Senyumnya tambah mengembang saat menerima tiga ekor domba betina dan seekor domba jantan dari Bupati Purwakarta.

Setiap hari, Saifullah memang menggembalakan kambing milik tetangganya. Pekerjaan itu dilakoni untuk menambah penghasilan bagi keluarganya.

“Alhamdulillah dapat bantuan banyak hari ini. Saya jadi tambah semangat belajar,” katanya.

Sekelompok siswa lainnya berjalan ke luar kompleks sekolah. Seorang siswa laki-laki memanggul setengah karung beras di pundaknya.

Mereka menuju belakang gedung sekolah. Di sana tinggal Mak Karsih (65) janda tua yang hidup sebatang kara.

Para pelajar didampingi seorang guru menyerahkan paket beras pada Mak Karsih. Perempuan tua itu menerima beras dengan senang. “Baik-baik anak sekolah ini, Alhamdulillah Mak dikasih beras,” ujarnya.

Menurut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi program Poe Welas Asih merupakan bagian dari pendidikan karakter berbasis kondisi lokal.

Baca Juga  International Physics Seminar (IPS) UNJ, Menggemakan Publikasi Ilmiah Internasional

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga kini masih menyiapkan Peraturan Menteri (Permen) terkait program itu.

“Baik yang berkaitan dengan kesopanan, kesantunan, integritas, kejujuran, hormat kepada ulama, para kyai, para ustad, para gurunya, Saya kira karakter-karakter itulah yang ingin kita kuatkan dengan perpres ini,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Rabu (13/9/2017).

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan. PPK bertujuan memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.

Sinergi antar-satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat dibutuhkan dalam PPK yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Pemerintah berupaya serius untuk merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi berbagai elemen dalam ekosistem pendidikan.

Baca Juga  PWI Pandeglang Gelar Literasi Media Road To School

Selain pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, PPK juga menyasar kelompok masyarakat dan lingkungan keluarga sebagai pendidik utama dan pertama.

Pemerintah daerah sendiri berperan penting sebab bertanggung jawab menjamin terlaksananya penyelenggaraan PPK sesuai dengan kewenangannya serta menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam penyelenggaraan PPK.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan, penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter diharapkan bisa bersinergi dengan organisasi formal dan informal di sekitar sekolah.

Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, penerapan pendidikan karakter merupakan prioritas di setiap sekolah. Utamanya, ia melanjutkan, di tingkat SD dan SMP.

Dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, ia mengungkapkan sekolah bisa mengadaptasi kearifan lokal dalam membentuk karakter anak. Lingkungan di sekitar sekolah bisa menjadi sarana pengembangan diri anak.(man)***