Majalahteras.com – Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menggelar kegiatan akademis dalam bingkai Kuliah Umum, kali ini menyoroti problematika dan tantangan di era saat ini. Kuliah Umum yang bertema “Ushuluddin dan Tantangan Peradaban Dunia” ini dihelat di Ruang Teater, Gedung Fakultas Ushuluddin Lantai.4. Rabu (8/11/2023).
Kuliah Umum ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kelembagaan Din Wahid, MA, Ph.D, didampingi oleh Dekan Fakultas Ushuluddin Prof. Ismatu Ropi, MA, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik Prof. Dr. Media Zainul Bahri, MA, Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Umum Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Dr. Eva Nugraha, M.Ag, para Kaprodi dan Sekprodi, Kabag FU dan para Kasubag, para Dosen, Tenaga Kependidikan, DEMA dan SEMA FU dan mahasiswa yang berjumlah lebih dari 150 orang.
Pembicaraa Utama, Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA, Ph.D atau yang lebih dikenal dengan nama Din Syamsudin, menyampaikan materinya tentang “Peran Fakultas Ushuluddin untuk Menjawab Tantangan Peradaban Dunia” disambut antusias mahasiswa yang memadati sudut Ruang Teater, yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Media Zainul Bahri, MA.
Mengawali kuliah, Media Zainul Bahri, menyampaikan pengantar tentang bagaimana posisi Ushuluddin dalam problematika yang tengah terjadi secara global.
“Sebagai intelektual ushuluddin, kita harus tahu dan mengerti bagaimana posisi ushuluddin dalam permasalahan yang terjadi saat ini. Peradaban dunia dalam konteks global mengalami tantangan yang berat. Para pakar bilang dunia sekarang adalah dunia yang tidak teratur, dunia yang sedang tidak baik-baik saja,” katanya.
Dalam pemaparan awalnya, Din Syamsudin menyampaikan rasa terima kasih dan bahagianya karena telah diundang kembali “rumah”.
“Kesempatan ini semacam back to home bagi saya, karena saya lahir dari fakultas ini. Dulu saya pernah menjadi ketua senat mahasiswa FU. Saya merasa bahagia bisa kembali lagi kesini. Banyak hal yang saya dapat disini yang kemudian bisa mematangkan saya di masa depan,” kenangnya.
Tema ini, dia menambahkan, lebih memproyeksikan bagaimana dunia yang berantakan dan tidak teratur ini memang mengalami keadaan yang disruptif.
“Ada fluktuasi ekonomi, perang dan ketiadaan damai. Ketiadaan damai ini dipandang dalam konteks kekejaman, kemiskinan, kekerasan ketidakadilan dan sebagainya. Inilah yang membawa dunia ini menjadi berantakan. The world uncertainty, dunia yang tidak pasti baik secara ekonomi maupun politik. Banyak kasus terjadi di Gaza, Ukraina dan sebagainya yang bisa menjadi contoh riil dari keadaan ini,” jelasnya.
Menurutnya, beberapa tahun dan dekade ke depan pasti tidak akan mudah, karena dunia sekarang mengalami era disruptif, dunia sedang demam, tidak hanya pemanasan global, tetapi justru sudah mendidih.
“Terjadi juga pergeseran besar dalam kehidupan global, tidak hanya pergeseran Barat ke Timur, tetapi sudah terjadi pergeseran pusat gravitasi ekonomi Barat ke Asia Timur, ada perubahan geo-strategis, geo-ekonomi dan geo-politik. Sehingga sampai hari ini masih banyak terjadi berbagai macam kekerasan,” paparnya.
Solusi dari Islam, lanjut dia, menawarkan peradaban alternatif, karena Islam harus menawarkan pemikiran yang solutif.
“Ini belum menjadi kenyataan, masih dirumuskan strategi peradaban baru. Disinilah peran Ushuluddin berperan, bagaimana pemikir Ushuluddin bisa menjadi agen yang bisa memberikan jawaban, karena Ushuluddin ini adalah intinya agama,” ujarnya.
“Agama, khususnya Islam, harus hadir tidak semata mata hanya sistem ritual saja, tetapi harus berlanjut pada akhlak. Kalau berhenti pada shalat, tidak akan menjadi apa-apa, harus terus menjadi tekad baik. Karrna Islam sangat kuat. Ada Etika Islam yang lebih fungsional, yang berorientasi kepada masa depan, keuletan dan kedisiplinan. Ushuluddin dengan segala cabang ilmu yang dikaji, sangat relevan dengan peradaban zaman. Namun harus ada kontekstualisasi, sehingga lahirlah paradigma etis dan nilai-nilai keutamaan,” imbuhnya.
Di akhir acara, Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Ismatu Ropi, MA, Ph.D menyampaikan apresiasinya atas kedatangan Prof. Din Syamsudin.
“Terima kasih atas kesediaan untuk dating dan berbagi ilmu kepada mahasiswa-mahasiswi kami. Kami memang berharap bisa selalu mengundang para founding father FU untung hadir kesini, berbagi pengalaman yang luar biasa kepada mahasiswa, agar mahasiswa tau betapa besarnya Ushuluddin,” katanya.@Man