Majalahteras.com – Sejumlah wisatawan asing mengaku sangat menikmati dan kagum terhadap tradisi menangkap nyale (cacing laut) yang dilakukan oleh ribuan masyarakat di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat menyambut Pasola.
“Ini pertama kali saya ke Sumba, kebetulan kami dapat jadwal bahwa ada pasola yang diawali dengan tradisi Nyale makanya saya penasaran ingin menontonnya,” kata Peter, wisatawan dari Belanda saat ditemui di sela-sela upacara pemanggilan Nyale di Desa Hupumada dan Taramanu Kecamatan Wanukaka, Kabupaen Sumba Barat, NTT, Selasa.
Peter yang sudah berada di NTT selama satu pekan itu mengaku sempat mengelilingi Pulau Flores dan berwisata di Labuan Bajo, kampung adat Waerebo, dan Danau tiga warna di puncak gunung Kelimutu di Kabupaten Ende.
Menurut dia, selama beberapa hari di Flores, ia kagum dengan keindahan alam di pulau itu, karena memiliki budaya serta keindahan alam dan hewan purbakala Komodo yang tak ada duanya di dunia.
Namun, kata dia jika dibandingkan dengan Pulau Flores, Pulau Sumba lebih indah, karena berbalut dengan berbagai potensi budaya serta wisata alam yang indah.
“Pulau Sumba lebih Indah jika dibandingkan dengan Pulau Flores. Tidak heran jika banyak teman-teman kami yang bilang kalau Sumba itu indah,” katanya menambahkan.
Sementara itu, Mark, wisatawan asal Amerika Serikat juga mengaku bahwa tradisi Nyale dan Pasola hanya satu-satunya di dunia.
“Ini kedua kali saya menyaksikan upacara Nyale dan Pasola. Tahun sebelumnya saya menyaksikan di daerah Kodi,” kata dia.
Dia juga mengaku bahwa Sumba merupakan pulau yang indah. Ia sendiri sudah mengelilingi beberapa kawasan wisata di Pulau Sumba, mulai dari Sumba Timur sampai Sumba Barat Daya.
Mark pun berharap agar budaya dan keindahan alam di Pulau Sumba itu dijaga dengan baik, agar tidak punah begitu dan tetap lestari sepanjang zaman.
Selain Peter dan Mark, beberapa wistawan asing dari Jerman, Australia, China, dan beberapa negara lainnya juga ikut menyaksikan upacara pengambilan Nyale tersebut. (antara/jem)