YOGYAKARTA — Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terus memperkuat peranannya dalam mengimplementasikan Tridarma Perguruan Tinggi melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Mbangun Desa. Salah satu kegiatan yang baru saja digelar adalah “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ecoprint” di Kampung Emas Sayegan, Sleman, Yogyakarta. Program ini menyasar pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan, melalui keterampilan membuat hijab berbasis teknik ecoprint yang ramah lingkungan.
Kampung Emas Sayegan dipilih karena telah ditetapkan UNY sejak 2024 sebagai laboratorium pemberdayaan masyarakat. Lokasi ini memiliki potensi besar dalam pengembangan industri kreatif berbasis kearifan lokal yang selaras dengan isu pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ecoprint: Karya Ramah Lingkungan, Bernilai Ekonomi
Ecoprint merupakan teknik pewarnaan kain yang memanfaatkan daun, bunga, dan bahan alam lain sebagai media cetak motif, sehingga menghasilkan produk yang unik, bernilai seni tinggi, sekaligus minim dampak lingkungan. Selain ramah lingkungan, metode ini memiliki nilai ekonomi karena produk handmade ecoprint sangat diminati pasar, baik lokal maupun ekspor.
Program pelatihan ini dipimpin Dr. Nur Kholifah, M.Pd., dosen Program Studi Tata Busana UNY, bersama tim dosen Triyanto, S.Sn., M.A., Resi Sepsilia Elvera, M.Pd., serta didukung mahasiswa. Pendekatan yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR) agar masyarakat terlibat langsung dalam seluruh proses: identifikasi kebutuhan, pelatihan, praktik produksi, hingga strategi pemasaran digital.
Meningkatkan Daya Saing Perempuan dan UMKM Lokal
Kegiatan ini secara khusus menargetkan ibu rumah tangga, petani, dan pelaku usaha kecil di Kampung Emas Sayegan agar memiliki keterampilan tambahan yang mendukung ekonomi kreatif berbasis lingkungan. Para peserta tidak hanya diajarkan teknik produksi, tetapi juga strategi pengemasan produk, branding, hingga pemasaran berbasis media sosial dan marketplace.
“Kegiatan ini menjadi solusi konkret bagi masyarakat lokal agar produk ecoprint yang mereka buat bisa bersaing di pasar, memiliki nilai jual lebih, dan mendukung kemandirian ekonomi keluarga,” ujar Dr. Nur Kholifah.
Dari evaluasi program, terjadi peningkatan signifikan pemahaman peserta. Skor pretest dan posttest naik hingga 43,06 poin dengan Normalized Gain Score 0,89. Produk hijab yang dihasilkan dinilai memenuhi standar estetika, teknik, dan nilai jual.
Dukungan Inovasi & Kolaborasi Berkelanjutan
Program ini juga menggandeng mitra UMKM lokal Ecoprint Tembindigo, sebagai model penguatan ekosistem kreatif berbasis desa wisata edukatif. Selain menghasilkan produk, program ini menciptakan luaran Kerjasama (MoA, IA), publikasi ilmiah, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), serta video edukatif yang mendukung literasi masyarakat.
Keberhasilan program ini turut mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, yaitu keterlibatan dosen di luar kampus, peningkatan kolaborasi dengan mitra masyarakat, serta memberikan ruang aktualisasi mahasiswa dalam program pengabdian.
“Kami berharap Sayegan tak sekadar jadi destinasi wisata edukatif, tapi juga dikenal sebagai pusat penghasil produk hijab ecoprint yang bernilai seni, ramah lingkungan, dan berdaya saing,” tambah Dr. Nur Kholifah.
Menginspirasi Ekonomi Kreatif Berbasis Lingkungan
Kegiatan ini sejalan dengan tren industri fesyen global yang semakin menekankan keberlanjutan dan kepekaan sosial-lingkungan. Karya hijab ecoprint menjadi pintu masuk bagi masyarakat, khususnya perempuan, untuk mengembangkan produk kreatif berbasis kearifan lokal dan sumber daya alam yang lestari.
Melalui kolaborasi perguruan tinggi, UMKM, dan masyarakat, UNY berkomitmen terus mendorong ekosistem pemberdayaan yang inklusif, inovatif, dan berdampak langsung bagi kesejahteraan warga desa.