majalahteras.com – Dirinya menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Gerindra, DPRD Lampung Utara. Helda Maria begitu nama lengkapnya, merupakan satu dari sekian banyak, kaum perempuan yang berani tampil menyuarakan pendapatnya demi kepentingan masyarakat.
Karir politik Helda dimulai sejak 2010 sebagai Ketua PAC Kecamatan Abung Barat Partai Gerindra. Kemudian di tahun 2014 ia maju mencalonkan diri melalui Dapil VII dan terpilih menjadi anggota DPRD Lampung Utara hingga kini. “Semua ini semata untuk membangkitkan semangat kaum perempuan. Alhamdulillah kala itu saya dipercaya masyarakat Lampung Utara melalui Dapil VII dari tujuh kecamatan,” ujar Helda.
Menurut Helda mengenai kapasitasnya saat ini, dirinya sebenarnya tidak pernah membayangkan sebelumnya. Karena menurutnya ia berangkat dari dari desa.”Saya betul-betul dari desa. Tapi saya punya mimpi, bagaimana dengan keberadaan saya, derajat kaum perempuan terangkat. Perempuan punya hak yang sama dengan kaum laki-laki namun ada batasnya,” ucap Helda
Disamping cita-cita mulianya tersebut, Helda juga terus aktif memperjuangkan bidang-bidang yang prioritas. ”Pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur. Kita ingin tidak ada lagi anak-anak yang tidak sekolah. Kita juga ingin semua fasilitas infrastrktur itu menjadi lebh baik, gedung sekolah, sarana kesehatan dan faslitas umum lainya yang manfaatnya langsung dirasakan masyarakat,” jelas Helda.
Kesetaraan Gender
Ditegaskan Ketua Fraksi Partai Gerindra, DPRD Lampung Utara Helda Maria, diakui atau tidak pada saat ini peranan wanita sangatlah besar dalam berbagai bidang. Baik dalam peran pendidikan, sosial, budaya, ekonomi. “Bahkan peranan wanita telah kita rasakan diranah publik, seperti contohnya politik. Dan itu artinya wanita dapat memajukan bangsa dan negara melalui SDM yang dimiliki oleh wanita Indonesia,” tuturnya.
Menurut Helda, dipelopori oleh sang pioner emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini yang melegenda dengan kutipan bukunya “ Habislah gelap terbitlah terang” munculah istilah emansipasi wanita. “Berkat jasa beliau, diera globalisasi ini peran wanita bukanlah suatu hal yang tabu untuk melakukan aktivitas yang diluar perkiraan wanita, namun masih dalam batas-batas yang wajib diperhatikan,” katanya.
Diterangkan Helda, kesetaraan gender adalah suatu keadaan setara dimana antara pria dan wanita dalam hak (hukum) dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama. “Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan,” jelasnya.
Namun demikin menurut Helda, alangkah lebih bijaksananya jika kita mengartikan dan memaknai emansipasi wanita sebagai salah satu bentuk kerjasama antara laki-laki dan wanita dalam menjalankan kehidupan. “Sebagai seorang partner, tentu saja mempunyai kedudukan sama tinggi dan mempunyai hak yang sama tanpa adanya perbedaan yang memandang keduanya,” tandasnya.
Lebih jauh Helda menjelaskan, kesetaraan gender sangat dibutuhkan diera globalisasi seperti saat ini. Jangan sampai perempuan selalu di nomor dua kan. Wanita harus bisa menunjukan bahwa mereka bisa menyetarakan diri dengan laki-laki.
“Dengan kerajinan, keuletan, keterampilan perempuan saat ini yang didukung oleh pendidikan yang baik seharusnya perempuan bisa disetarakan dengan laki-laki. Jadi mulai saa ini, tumbuhkan kesadaran akan pentingnya peranan perempuan dalam era globalisasi serta menumbuhkan pemikiran yang mengacu pada kesetaraan gender,” pungkasnya.
Di penghujung perbincangan, ibu dari lima orang anak berujar, “manusia yang memanusiakan adalah manusia yang bisa memberi peran yang adil, keadilan berdasarkan kemanusiaan, bukan konstruk budaya yang mendiskreditkan perempuan.
“Kesejahteraan sosial, di masyarakat manapun harus dibangun dengan fondasi pembagian peran yang adil antara laki-laki dan perempuan. Tradisi, Negara, bahkan Agama tidak berhak mengekang kemerdekaan perempuan. Karena pada dasarnya setiap manusia dilahirkan untuk mengeksprsikan kemerdekaanya,” tegas Helda Maria.@PANGAT