Tampil Memukau, Warga Binaan Lapas Perempuan Tangerang Persembahkan Tari Bubuka Mejangeran Nong Baduy

oleh
oleh -

Tangerang, (07/08). 5 orang Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang Persembahkan Tari Bubuka Mejangeran Nong Baduy pada Festival Layanan Hukum dan Hak Asasi Manusia Banten 2024 dalam rangka Hari Pengayoman ke-79 Tahun 2024 dengan tema “KEMENKUMHAM Mengabdi untuk Negeri, Menuju Indonesia Emas 2045” bertempat di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang.

Tari Bubuka Mejangeran Nong Baduy menggambarkan sekelompok orang yang sedang memanen hasil pekerjaannya. Mereka percaya bahwa dengan kerja keras bersama-sama, mereka akan memperoleh hasil yang baik. Semangat gotong royong dan kebersamaan yang ditampilkan melalui gerakan tarian menjadi cerminan nilai-nilai kerja keras dan persatuan yang kuat dalam budaya mereka. Kecantikan kostum dan gerakan yang lincah serta penuh makna menjadikan Tari Bubuka Mejangeran Nong Baduy sebagai sebuah persembahan budaya yang kaya dan mempesona, mencerminkan keindahan dan keragaman budaya Indonesia.

Baca Juga  Lapas Bekasi Gelar Upacara Ziarah dan Tabur Bunga di Taman Makam Pahlawan 

Tarian pembukaan yang dipentaskan oleh warga binaan dari Lapas Perempuan Tangerang menjadi sorotan utama dalam acara tersebut. Tarian tersebut dikoreografi dengan indah dan dilakukan dengan penuh keanggunan, menggambarkan perjalanan pemulihan dan perubahan positif yang dialami oleh para warga binaan selama menjalani masa hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan.

Selain tari Bubuka Mejangeran Nong Baduy, warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang juga turut berkolaborasi dalam penampilan Rampak Bedung dan Band Solid Etnic Assamble. Mereka membawakan medley lagu-lagu tradisional seperti “Jali Jali,” “Manuk Dadali,” “Maumere,” “Situmorang,” dan “Kopi Dangdut,” menambah kemeriahan festival dengan kombinasi musik yang meriah dan beragam.

Baca Juga  Luar Biasa! Kemenkumham Raih Opini WTP 13 Kali Berturut-turut

Kalapas Perempuan Tangerang, Prihartati, mengatakan bahwa penampilan ini merupakan simbol keberhasilan dan semangat transformasi. “Meskipun berada dalam jeruji besi, para warga binaan tetap dapat berkontribusi secara positif terhadap masyarakat melalui seni dan budaya,” ujarnya.