Strategi Gizi dan Pendidikan, Pilar Menuju Indonesia Emas 2045

oleh
oleh -

JAKARTA – Visi Indonesia Emas 2045 menuntut perbaikan serius pada dua aspek fundamental: kualitas gizi dan pendidikan. Demikian ditekankan dalam Dialog Nasional bertema ‘Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Menuju Indonesia Emas 2045’ yang diselenggarakan oleh Forum Masyarakat Indonesia Emas (Formas) dan Universitas Podomoro pada Sabtu (7/9/2024).

Ketua Umum Formas, Yohanes Handojo Budhisedjati, menyatakan bahwa gizi dan pendidikan adalah kunci dalam pembangunan SDM berkualitas. “Kemiskinan telah menahan kita, dan perbaikan gizi adalah prioritas untuk mengejar ketertinggalan,” ujarnya.

Baca Juga  Kakanwil Kemenkumham Maluku Utara Andi Taletting Beri Pandangan pada Pembahasan Draft Renstra KI 2025-2029

 

Yohanes menyoroti pentingnya nutrisi untuk perkembangan optimal anak-anak Indonesia, terutama di masa-masa pertumbuhan kritis.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menambahkan, masalah stunting menjadi hambatan utama dalam peningkatan kualitas SDM. “Stunting mengganggu kemampuan belajar anak-anak kita. Diperlukan kebijakan yang mendukung pemberian makanan bergizi gratis,” tegas Hashim, seraya menyatakan bahwa program ini akan menjadi prioritas pemerintahan Prabowo Subianto jika terpilih.

 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Tarumanegara, Prof. Dr. Ariawan Gunadi, SH, MH, menyatakan bahwa 70% penduduk Indonesia akan berada di usia produktif pada tahun 2045. Hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk tampil sebagai kekuatan global jika generasi mudanya memiliki daya saing tinggi.

Baca Juga  Dilantik Hari Ini, Ini Visi dan Susunan Pengurus PWI Pusat 2018-2023

 

‘Peningkatan kualitas pendidikan dan penguasaan teknologi menjadi krusial,” imbuhnya.

 

Peta jalan menuju Indonesia Emas 2045 mencakup empat tahapan strategis, termasuk peningkatan SDM, penguasaan teknologi, serta pemerataan pembangunan. Targetnya, pendapatan per kapita mencapai 30.300 dolar AS, dengan tingkat kemiskinan turun menjadi 0,5-0,8% dan ketimpangan ekonomi ditekan hingga 0,29-0,32%.

 

Baca Juga  Menkeu: Pemulihan Ekonomi Berlanjut, Penerimaan Pajak Tumbuh 59,39 Persen

Sejumlah pakar pendidikan, termasuk Dr. Sonny Y Soeharso, SE, MM, MPsi, serta Dhitta Puti Sarasvati R, M.Ed, menekankan pentingnya pendidikan berbasis karakter dan gotong royong. Menurut mereka, gotong royong adalah solusi utama dalam membangun pendidikan nasional yang kokoh, sedangkan musuh utama pendidikan adalah egoisme yang harus dilawan bersama.

 

Dialog nasional ini menjadi landasan penting untuk merumuskan strategi pembangunan SDM unggul yang mampu bersaing di tingkat global.