Masjid Soeharto
Boleh disebut masjid Indonesia, karena biayanya dari masyarakat Indonesia. Boleh pula disebut masjid Soeharto, karena pembangunannya memang atas inisiatif presiden Indonesia kedua itu. Nama resmi masjid ini, Istiklal Dzamija, terletak di Sarajevo, ibu kota Bosnia dan Herzegovina.
Nama Istiklal sendiri, diadopsi dari masjid negara RI, Istiqlal, artinya, kemerdekaan. Masjid Istiklal, selain lambang kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina, juga simbol persahabatan kedua negara, ditandai dengan dua menara di depan masjid itu. Ada menara Indonesia dan menara Bosnia dan Herzegovina.
Bosnia dan Herzegovina termasuk tujuh negara pecahan Yugoslavia : Slovenia (merdeka, 1991), Kroasia (merdeka, 1991), Bosnia dan Herzegovina (merdeka, 1992), Montenegro (merdeka, 2006), Serbia (penerus Yogoslavia, sejak 2006), Macedonia Utara (1991), dan Cosovo (2008).
Indonesia mengakui kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina pada 20 Mei 1992. Hubungan diplomatik kedua negara dibuka pada 11 April 1994. Presiden Soeharto pernah berkunjung ke Bosnia dan Herzegovina, bertemu dengan Presiden Dr. Alija Izetbegovic (8 Agustus 1925 – 19 Oktober 2003).
Muslim terbanyak di tujuh negara pecahan Yugoslavia itu, Bosnia dan Herzegovina (50% – 51%) dan Kosovo (93% – 95%). Namun, keluar, sering sekali Bosnia dan Herzegovina disebut sebagai negara muslim di Eropa. Padahal, negara muslim di Eropa, hakikatnya, Cosovo, seperti tampak dalam perbandingan jumlah pemeluk Islam di kedua negara Semenanjung Balkan itu.
Arsiteknya, Ayah dan Anak
Arsitek masjid seluas 2.800 meter persegi itu, ayah dan anak akademisi ITB, Prof. Dr. Ir. Noe’man dan Fauzan Noe’man. Mihrab masjid hadiah dari B.J. Habibie dan istrinya, Ainun. Masjid dibangun pada tahun 1995 .Presiden Megawati Sukarnoputri, dalam lawatannya ke Sarajevo, September 2002, menandatangani prasasti pembangunan masjid. Setahun sebelumnya, 2021, Menteri Agama RI (Said Aqil Husin Al-Munawwar) meresmikan berdirinya masjid itu. Biaya pembangunannya mencapai 2,7 juta dolar AS.
Masjid itu seperti kubus cahaya, kokoh, jernih, dan lapang. Masjid dibangun dalam gaya sederhana. Kata sang arsitektur, “Sederhana itu indah. Yang utama bukan bentuk, tapi makna” Sang arsitek, nboleh jadi, terinspirasi oleh hadis tentang bermegah-megahan dalam bangunan masjid termasuk salah satu tanda kiamat. Masjid dibangun dengan tampilan sederhana, namun kokoh nan teguh.
Empat Rumah Ibadah
Ada masjid Huersev Beg Mosque, dibangun pada abd ke-16 oleh seorang gubernur Khilafah Utsmani, Gazi Huersev Beg. Masjid ini yang kali pertama mendapatkan aliran penerangan listrik, tahun 1898.
Ada Sacred Heart Cathedral tempat pemeluk agama Katolik beribadah. Katedral Hati Kudus ini dibangun pada tahun 1889 dengan gaya bangunan neo-gothic. Arsiteknya, Josip Vancas, tersinspirasi oleh gedung Notre Dame di Dijon, Prancis. Katedral pernah hancur saat perang, tahun 1997. Di depan katedral, ada patung Pope John II, sebagai peringatan atas kunjungannya ke Sarajevo untuk pesan damai, tahun 1997.
Ada pula Gerelija Novi Hram, dibangun pada abad ke-16. Sebelum jadi Gerelija Novi Hram, bangunan ini sebelumnya sebuah sinagog tempat beribadah umat Yahudi. Gerelija Novi Hram ini dikenal pula dengan nama Old Jewish Temple atau Old Synagogue. .
Pemugaran bangunan dilakukan pada tahun 1813, lalu tahun 1914 jadi tempat perlindungan dan tempat ibadah, sampai akhirnya jadi museum sejarah Yahudi di Bosnia dan Herzegovina.
Ada lagi, Old Orthodox, gereja tertua dan terbesar di Sarajevo. Gereja ini dibangun pada abad ke-16, didedikasikan untuk Malaikat Michael dan Malaikat Gabriel. Ada pula museum di sini, dibangun pada tahun 1889. Isi museum, antara lain, manuskrip langka, pakaian, dan senjata.
Kerukunan Umat Beragama
Sarajervo sendiri, boleh disebut rumah untuk ragam pemeluk agama, sejak berabad-abad lalu. Saat jadi bagian dari Khilafah Ustmani, ibu kota Bosnia dan Herzegovina itu sudah pula jadi tempat kerukunan umat beragama.
Ada Bosnia muslim, Serbia Kristen Ortodoks, Krosia Katolik, dan Sephardi Yahudi. Lalu, orang-orang menyebutnya Jerusalem di Balkan. Jarak antarrumah ibadah itu berdekatan, terkonsentrasi di Old Sarajevo City,
Keempat pemeluk agama hidup harmonis sambil tetap menjaga identitas masing-masing. Bahasa Forum Kerukunan Umar Beragama (FKUB) di Indonesia kita, “Akidah Terjaga, Kerukunan Terpelihara”..
Mereka bersatu, kompak, karena merasa senasib selama pendudukan Austria – Hungaria, Jerman, Slovakia, Ceko, Yahudi, dan Ashkenazi, seperti dicatat http://www.kemlu.go.id. (Dean Al-Gamereau)






