Geopark Bayah Dome

oleh
oleh -

MAJALAHTERAS.COM – Geopark atau taman bumi adalah sebuah wilayah geografi  yang memiliki warisan geologi dari keanekaragaman geologi yang bernilai tinggi, termasuk didalamnya keragaman hayati dan keragaman budaya yang menyatu di dalamnya, yang dikembangkan dengan tiga pilar utama, yaitu konservasi , edukasi dan pengembangan ekonomi lokal.

Dalam hal ini suatu kawasan yang akan mengembangkan geopark terlebih dahulu harus memiliki situs warisan geologi yang bernilai tinggi, sedangkan aspek keragaman hayati selalu ada di berbagai wilayah nusantara karena keberadaannya diatur dengan Undang-undang tentang Tata Ruang. Demikian pula dengan keragaman budaya karena NKRI adalah negara yang memiliki kebudayaan tinggi di setiap daerahnya mengakar kepada sejarah panjang negeri, dimana dahulu terdapat kerajaan-kerajaan besar sejak zaman Hindu, Budha hingga Kesultanan Islam.

Provinsi Banten dalam hal ini memiliki potensi yang baik untuk pengembangan geopark, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Dari ketiganya Kabupaten Pandeglang sudah memiliki geopark nasional yaitu Geopark Nasional Ujung Kulon, kemudian Kabupaten Lebak sudah menentukan geoparknya yaitu Geopark Bayah Dome yang tengah berproses menjadi geopark nasional. Sedangkan Kabupaten Serang masih melakukan inventarisasi geodiversity di daerah Rawa Dano dan sekitarnya yang diyakini para ahli geologi sebagai kaldera gunung api purba.

Geopark Bayah Dome adalah satu diantara 4 Aspiring Geopark Nasional yang saat ini tengah dalam proses untuk peningkatan status menjadi geopark nasional, memulai pembentukannya  sejak tahun 2019 yang kemudian ditentukan oleh Bupati Lebak, dengan memasukkan 12 wilayah kecamatan masuk dalam delineokasi geopark. Pada tahun 2020 diterbitkan Peraturan Bupati Lebak Nomor 133 tahun 2020 tentang Pengelolaan Geopark Bayah Dome dan dibentuk Tim Transisi Badan Pengelola Geopark Bayah Dome.

Kemudian pada Tahun 2022 terbit Keputusan Bupati Lebak Nomor 050/Kep.550-BAPELITBANGDA/2022 tentang Pembentukan Badan Pengelola Geopark Bayah Dome. Pada tahun 2023 terbit Keputusan Bupati Lebak Nomor 050/Kep.114-BAPELITBANGDA/2023 tentang Deliniasi Geopark Bayah Dome yang meliputi 15 wilayah kecamatan.  Selanjutnya diterbitkan SK Bupati Lebak nomor 050/Kep.55-BAPELITBANGDA/2024 tentang Pembentukan dan Penetapan Badan Pengelola Geopark Bayah Dome.

Pada tahun 2020 juga Gubernur Banten menyampaikan permohonan Penetapan Warisan Geologi untuk wilayah Kabupaten Lebak dengan menyampaikan data situs geologi yang telah terinventarisir oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten dan Kementerian ESDM. Kemudian pada tahun 2022 terbit Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 164.K/HK.02/MEM.G/2022, tentang Penetapan Situs Warisan Geologi (Geoheritage) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Penetapan situs warisan geologi tersebut meliputi 32 situs warisan geologi yang secara pemeringkatan terbagi menjadi :

  • 1 situs warisan geologi peringkat internasional, yaitu Granodiorit Cihara, terletak di Desa Lebakpeundeuy, Kecamatan Cihara;
  • 6 situs warisan geologi peringkat nasional, masing-masing situs warisan geologi batuan metamorf di Lebakpeudeuy Cihara, situs warisan geologi Endapan Delta Karangtaraje Desa Darmasari Kecamatan Bayah, situs warisan geologi Endapan tubidit Karangtaraje di Desa Sawarna Kecamatan Bayah, situs warisan geologi mineralisasi Cirotan di Desa Sukamulya Kecamatan Cibeber, situs warisan geologi Fosil Kayu Sempur di Desa Sukamarga Kecamatan Sajira dan Situs warisan geologi Kudatuan di Desa Sajira Mekar Kecamatan Sajira.
  • 25 situs warisan geologi berperingkat lokal terdiri atas : Curug Munding di Desa Cicaringin Kecamatan Gunungkencana, Mata air panas Citando di Desa Senanghati Kecamatan Malingping, Curug Dengdeng di Desa Kadujajar Kecamatan Cijaku, Curug Rame di Desa Cihujan Kecamatan Cijaku, Pantai Karangmeja di Desa Cihara Kecamatan Cihara, Bukit Sodong di Desa Cihara Kecamatan Cihara, Karangsongsong di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cihara, Lignit Karangkamulyan di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cihara, Intrusi Gunung Buleud di Desa Sindangratu Kecamatan Panggarangan, Gua Awi Ipis di Desa Jatake Kecamatan Panggarangan, Gua Wayang di Cijengkol Kecamatan Cilograng. Gua Lauk di Desa Lebaktipar Kecamatan Cilograng, Pantai Seupang di Desa Sawarna Timur Kecamatan Bayah, Gua Lalay di Desa Sawarna Kecamatan Bayah, Tanjunglayar di Desa Sawarna Kecamatan Bayah, Komplek Gua Langir di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Karangbokor di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Batuan Gunung Api Tua Bantargadung di Desa Bayah Timur Kecamatan Bayah, Batu Bedil di Desa Bayah Timur Kecamatan Bayah, Curug Ciporolak di Desa Hegarmanah Kecamatan Cibeber, Depresi Citorek di Desa Citorek Kidul Kecamatan Cibeber, Curug Cisuren di Desa Citorek Kidul Kecamatan Cibeber, Curug Cipicung di Desa Sukaresmi Kecamatan Sobang, Gua Sanghiang di Desa Hariang Kecamatan Sobang, dan Curug Cikawah di Desa Sobang Kecamatan Sobang.

Selain situs warisan geologi, maka pemerintah Kabupaten Lebak dalam deliniasi Geopark Bayah Dome menetapkan pula 6 lokasi situs keanekaragaman hayati, 9 situs keragaman budaya berwujud dan 5 lokasi destinasi penting lainnya.

Warisan Geologi penting Pembentukan Kubah Bayah

Warisan geologi sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM diatas apabila dilihat secara keseluruhan mencerminkan proses geologi dalam pembentukan Kubah Bayah (Bayah Dome), yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

Bayah dan sekitarnya memiliki tatanan geologi yang unik, terbangun dari berbagai jenis batuan, yaitu batuan sedimen, batuan beku bahkan batuan metamorf, dengan struktur geologi yang rumit pula. Selain itu, bila diurut ini adalah sebuah kawasan geologi yang memiliki formasi batuan yang berkesinambungan secara umur geologi, yaitu mulai dari Eosen Awal atau sekitar 55 juta tahun yang lalu hingga akhir Pleistosen atau sekitar 10 ribu tahun yang lalu.

Uniknya geologi Bayah dan sekitarnya yaitu berupa sebuah morfologi regional seluas (60 x 40) km2 yang terdiri atas pegunungan dan perbukitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah bangun kubah, sehingga pada tahun 1949, seorang ahli geologi dari Belanda bernama Van Bemellen menamakan tatanan geologi tersebut sebagai Bayah Dome atau Kubah Bayah.

Proses geologi pembentukan Kubah Bayah berawal dari terbentuknya tubuh magma besar pada pertengahan   Kala Oligosen atau sekitar 30 juta tahun yang lalu. Kegiatan magmatik ini menghasilkan batuan Granodiorit dan mengakibatkan batuan lebih tua yang diterobosnya terdesak ke atas.

Baca Juga  Spektakuler, Rutan Bangil Peroleh Penghargaan Pengelolaan Konten Media Sosial Terbaik Pertama Tingkat Nasional

Sebelumnya pada awal Kala Eosen atau sekitar 55 juta tahun yang lalu, di wilayah selatan Kabupaten Lebak sekarang, terjadi sedimentasi yang luas di lingkungan transisi (delta) dan laut dangkal. Sedimentasi di llingkungan transisi menghasilkan kelompok batuan Anggota Konglomerat Fromasi Bayah (Teb) yang tersusun dari batupasir, batulempung dengan sisipan batubara dan konglomerat. Sedangkan sedimentasi di lingkungan laut dangkal menghasilkan endapan kelompok batuan sedimen yang disebut Anggota Batulempung Formasi Bayah (Tebm) yang tersusun dari batulempung gampingan, batulempung hitam, serpih dan batupasir serta Anggota Batugamping Formasi Bayah (Tebl) yang tersusun dari batugamping dan napal. Sedimentasi berlanjut dengan terbentuknya batuan Formasi Cicarucup (Tet) yang tersusun dari konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung, tuf dan batugamping.

Pada akhir Kala Eosen atau sekitar 40 juta tahun yang lalu terjadi proses vulkanisme yang sangat kuat, sehingga menghasilkan batuan gunung api berkomposisi menengah, dikenal sebagai Formasi Cikotok (Temv) yang tersusun dari breksi gunung api, tuf dan lava andesitik. Karena komposisinya itulah formasi batuan ini di sebut juga sebagai Old Andesite Formation atau Formasi Andesit Tua oleh beberapa ahli geologi dahulu seperti Koolhoven (1933). Batuan tersebut kemudian terubah dan termineralisasi menghasilkan mineral logam yang umumnya terbentuk karena proses hidrotermal dari sistem magmatis yang datang kemudian, menghasilkan urat kuarsa mengandung emas dan mineral lain yang mengikutinya.

Selanjutnya, mengawali Kala Oligosen atau sekitar 35 juta tahun yang lalu juga terendapkan batuan sedimen di lingkungan yang sama seperti lingkungan pengendapan Formasi Bayah, yaitu transisi dan laut dangkal menghasilkan batuan Formasi Cijengkol yang terbagi atas Anggota Batupasir (Toj), Anggota Napal (Tojm) dan Anggota Batugamping (Tojl). Lingkungan transisi mengasilkan sedimen asal organik yang kemudian menghasilkan lapisan batubara, sedangkan lingkungan laut dangkal menghasilkan sedimen batugamping.

Adanya penerobosan oleh magma yang kemudian menghasilkan batuan dalam granodiorit, membuat formasi batuan diatasnya terdesak ke permukaan (terangkat) menghasilkan morfologi kubah. Fasa ini adalah fasa awal pengkubahan. Selain dari itu kontak antara magma dengan batuan yang diterobosnya menghasilkan batuan metamorf yang terdiri atas, gneiss, sekis dan amfibolit.

Selanjutnya proses geologi yang mengakibatkan terjadinya morfologi Kubah Bayah berjalan terus dengan terjadinya deformasi batuan, sedimentasi, vulkanisme dan penerobosan (intrusi)  yang terjadi terus menerus sepanjang Kala Miosen zaman Tersier atau sejak 24 – 2 juta tahun yang lalu hingga zaman Kuarter (2 juta tahun yang lalu hingga sekarang).

Sedimentasi menghasilkan kelompok-kelompok batuan sedimen berumur Miosen, yaitu Formasi Citarate (Tmt dn Tmtl),  Formasi Cimapag (Tmc, Tmck dan Tmcl), Formasi Sareweh (Tmcs dan Tmcl), Formasi Baduy (Tmd dan Tmdl), Formasi Bojongmanik (Tmbc dan Tmbl), Formasi Genteng (Tpg), Formasi Cipacar (Tpc) dan formasi batuan berumur Kuarter seperti Formasi Bojong (Qpb) yang berumur Pleistosen. Dalam hal ini aktifitas vulkanik yang dominan mewarnai genesa batuan Formasi Cimapag, Formasi Baduy dan Formasi Genteng.

Hasil aktivitas vulkanik yang sangat dominan membentuk kelompok batuan hasil gunung api seperti tuf, lava dan breksi gunung api, diantaranya Tuf Malingping (Tpmt) Tuf Citorek (Tpv), Batuan Gunung Api Endut (Qpv), Lava Halimun (Qvl), Breksi Tapos (Qvb). Basal (Qb) dan Batuan Gunung Api Kuarter (Qv).

Batuan-batuan yang berasal dari proses intrusi magma di antaranya adalah intrusi Gunung Buleud dan intrusi dasit (Tmda), intrusi diorite kuarsa (Tmqd) dan intrusi andesit (Tma) yang berumur Miosen dan intrusi-intrusi lainnya yang berumur Pliosen bahkan Pleistosen.

Kegiatan intrusi yang berulangkali terjadi tersebut menyebabkan kawasan Bayah Dome menjadi sebuah kawasan mineralisasi logam, khususnya logam mulia, sehingga kawasan ini dikenal sebagai gold district. Mineralisasi tersebut semuanya diakibatkan adanya larutan hidrotermal sebagai fasa akhir pembekuan magma yang naik ke permukaan. Dalam perjalanannya menuju permukaan larutan hidrotermal ini mengikat berbagai unsur dan kemudian meninggalkannya dalam tubuh yang membeku sebagai   urat kuarsa. Dengan demikian unsur-unsur mineral logam dasar dan logam mulia umumnya terdapat dalam tubuh urat kuarsa tersebut. Pada sistem mineralisasi tipe epitermal ini unsur logam yang diekstraksi berupa emas dan perak serta di bagian lain, yaitu timbal (Pb) dalam bentuk mineral galena.

Komplek mineralisasi emas di Banten Selatan sudah sejak lama dikenal, bahkan dalam buku-buku pelajaran geografi nama Tambang Emas Cikotok sudah sejak dulu diabadikan sebagai lokasi pertambangan emas pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan modal pertambangan pertama di Cikotok dan kemudian Cirotan, setelah melalui eksplorasi terus menerus, maka umur tambang emas ini bertambah dengan penemuan lokasi-lokasi prospek yang secara ekonomis sangat layak untuk ditambang meskipun dengan teknik penambangan bawah tanah (underground mining), sehingga dikenal lokasi-lokasi tambang, Cimari, Lebaksembada hingga akhirnya Cikidang sebagai penutup kegiatan penambangan emas oleh PT. Aneka Tambang Tbk. Sebetulnya daerah prospek emas masih cukup luas, karena menurut hasil eksplorasi di wilayah Pegunungan Halimun, indikasi keterdapatan emas masih banyak di bawah permukaan tanah yang ditutupi hutan lebat ini, tetapi Negara telah menetapkan kawasan Pegunungan Halimun sebagai hutan konservasi dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), sehingga dalam Peta Wilayah Usaha Pertambangan (WIUP) yang ditetapkan oleh Menteri ESDM, kawasan propek emas di komplek pegunungan Halimun dinyatakan sebagai Wilayah Pencadangan Nasional (WPN), dimana selama termasuk dalam kawasan taman nasional, tidak boleh diberikan izin pertambangan kepada siapapun.

Di lokasi bekas penambangan daerah Cirotan, melalui Geopark Bayah Dome dijadikan situs geologi penting yang ekmudian ditetapkan Menteri ESDM sebagai situs warisan geologi berperingkat nasional, dengan nama Mineralisasi Cirotan. Situs ini berlokasi di pinggir jalan antara Warungbanten-Citorek, dimana terdapat beberapa lobang bekas penambangan. Namun mengingat kondisinya yang kurang memungkinkan, maka situs warisan geologi mineralisasi Cirotan yang dapat dikunjungi atau dikelola sebagai lokasi situs geodiversity menarik pada Geopark bayah Dome tersebut berada di Curug Kadupunah, dimana disebelah curug terdapat lobang bekas penambangan yang masih cukup terjaga dengan baik.

Baca Juga  Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang Ikuti Workshop dan Launching Buku Proyeksi Pelaksanaan Pidana Kerja Sosial di Indonesia

Selain menyisakan situs warisan geologi Mineralisasi Cirotan, Tambang Emas Cikotok juga meninggalkan beberapa bangunan cagar budaya seperti kantor dan mess direksi dan lift tambang yang berfungsi menaikkan dan menurunkan pekerja tambang bawah tanah saat itu. Namun disayangkan bahwa pabrik pengolahan bijih emas di Pasirgombong saat ini menurut informasi sudah tidak berbekas, padahal sebelumnya telah dipasang plang sebagai bangunan dan benda cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi Banten.

Proses magmatik-vulkanik tidak hanya menghasilkan mineralisasi logam tetapi juga menghasilkan warisan geologi lain, seperti fosil kayu dan mineral opal, yaitu salah satu jenis batu permata yang di kawasan Banten disebut sebagai Kalimaya.

Warisan geologi unik dari Geopark Bayah Dome, yaitu Fosil kayu

Fosil kayu masih bisa dijumpai di beberapa lokasi dengan cukup mudah tetapi kalimaya yang merupakan batu permata cantik yang popularitasnya mendunia sudah sangat sulit ditemukan, meskipun masih ada yang mencari dan menggalinya di beberapa lokasi di Cimarga dan Curugbitung. Pemasaran kalimaya yang sempat ramai di Kabupaten Lebak dan sekitarnya, kini sangat terbatas, sekalipun di pusat penjualan batu mulia dan batu permata seperti di Rawabening Jakarta.

Fosil kayu yang ada di Banten sejauh ini hanya ditemukan sebagai fosil kayu terkersikkan atai atau tersilikakan, karena materialnya secara dominan berbentuk silika (SiO2) dalam formula SiO2.nH2O, atau silika terhidrasi. Begitupun dengan kalimaya bahkan proses kejadiannya serupa. Apabila fosil kayu terbentuk karena proses pelindian (leaching) dari batuan yang sangat kaya material silika masuk dalam ruang yang ditinggalkan oleh kayu yang terkubur material sedimen, sedangkan kalimaya terjebak dalam pori-pori atau rongga dalam batuan. Formasi batuan yang kaya dengan fosil kayu dan juga kalimaya adalah Formasi Genteng yang berumur Pliosen Bawah atau sekitar 5 juta tahun yang lalu. Salah satu lokasi keterdapatan fosil kayu sudah ditetapkan sebagai situs warisan geologi, yaitu di Kecamatan Sajira. Situs warisan geologi ini dalam Keputusan Menteri ESDM tentang Warisan Geologi (Geoheritage) Kabupaten Lebak diklasifikasikan berperingkat nasional, apabila diperlakukan dengan sangat baik bukan tidak mungkin bisa diakui sebagai warisan geologi berperingkat internasional.

Dari kondisi yang ada sekarang, fosil kayu sangat perlu untuk dilindungi karena selama puluhan tahun telah digali dan bahkan pada sekitar tahun 1990 hingga tahun 2003 telah diekspor dalam keadaan raw material ke berbagai negara. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah konservasi maka bukan tidak mungkin pada suatu waktu kita hanya dapat menyaksikan fosil kayu di museum atau taman batu di negara lain padahal aslinya berasal dari kita.

Warisan geologi penting lainnya dalam kawasan Geopark Bayah Dome diantaranya adalah  dengan terdapatnya gua-gua dalam batuan karbonat atau batugamping yang dikelompokan sebagai kawasan bentang alam karst (KBAK). Kawasan ini sangat penting untuk dilindungi karena fungsi lingkungannya, terutama apabila di dalam gua-gua biasanya dihiasi ornament gua tersebut mengalir sungai bawah tanah. KBAK ini di wilayah Geopark Bayah Dome sudah terdeliniasi dan termasuk dalam situs warisan geologi, seperti ; Gua Sangiang, Gua Awi Ipis, Gua Lauk, Gua Wayang, Gua Lalay dan Kompleks Gua Langir serta Karang Bokor.

Gua-gua tersebut termasuk dalam kelompok batuan berumur Miosen Awal, dari anggota Batugamping Formasi Cimapag dan Anggota Batugamping Formasi Citarate dengan kisaran umur sekitar 20 juta tahun yang lalu.

Keragaman Hayati (Biodiversity)

Geopark Bayah Dome juga mempunyai keragaman hayati yang unik, seperti yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), kawasan hutan lindung atau kawasan hutan produksi. Keragaman tersebut diantaranya termasuk kekayaan fauna dan flora yang langka dan harus dilindungi.

Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yaitu salah satu kawasan konservasi yang merupakan tempat perlindungan habitat hutan tropis yang sangat perlu dijaga kelestariannya. Kawasan seluas 113.357 hektar ini meluputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Keragaman hayati dalam kawasan TNGHS sangat kaya dengan tidak kurang dari 700 spesies tumbuhan berbunga, 61 spesies mamalia, 244 spesies burung, 27 spesies amfibi, 50 spesies reptil, 26 spesies capung dan 31 spesies ikan.

Fauna penciri kawasan TNGHS adalah owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul jawa (Panthera pardus melas)  dan elang jawa (Apalharpactes reinwardtii). Selain itu terdapat pula kucing hutan (Felis chaus), surili (Presbytis comate), Lutung (Trachypithecus auratus), ajag atau anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), sigung (Midaus javanensis) dan kukang (Nycticebus coucang). Sedangkan tumbuhan yang langka diantaranya rasamala (Altingia excelsa), saninten (Castanopsis javanica), ganitri (Elaeocarpus ganitrus),  kayu putih (cinnamomum sp.), dll.

Selain Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, di Geopark Bayah Dome juga terdapat beberapa lokasi keragaman hayati dengan luasan cukup besar, yaitu lokasi-lokasi yang dikuasai oleh Perum Perhutani atau PTP milik BUMN dan perkebunan teh swasta. Perhutani menguasai banyak wilayah seperti di sebagian Kecamatan Gunungkencana, Kecamatan Malingping, Kecamatan Cihara, Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Bayah dan Kecamatan Cilograng.

Di Kecamatan Gunungkencana terdapat hutan produksi dengan jenis tumbuhan meranti (shorea) yang juga sudah mulai dikelola sebagai tempat wisata karena memiiki panorama alam yang sangat indah. Di Kecamatan lainnya seperti Cihara, terdapat beberapa lokasi yang dikelola Perum Perhutani, seperti di Pantai Karangsongsong yang juga sudah ditetapkan sebagai situs warisan geologi, Pantai Cibobos dan di Desa Lebakpeundeuy. Bahkan di Desa Lebakpeundeuy terdapat situs warisan geologi berperingkat internasional, yaitu Granodiorit Cihara dan situs warisan geologi berperingkat nasional, yaitu Batuan Metamorf.

Baca Juga  Realisasi Dana Desa Alaswangi Menes, Pembangunan Insfrastruktur Rampung 100%

Di Kecamatan Bayah, terutama di Desa Sawarna Perum Perhutani menguasai lahan hutan produksi dimana juga terdapat situs warisan geologi seperti Karangbokor dan Komplek Gua Langir. Lokasi ini sudah lama dijadikan tempat wisata yang cukup ramai dukunjungi, bahkan Komplek Taman Gua Langir akhir-akhir ini sangat padat oleh wisatawan pada setiap akhir pekan dan hari-hari libur nasional. Lokasi lain yang juga ramai dikunjungi dan kaya dengan keragaman hayati adalah lokasi wisata Pulau Manuk yang banyak dihuni oleh kera ekor panjang.

Di Kecamatan Malingping keragaman hayati terpenting yaitu adanya kawasan hutan mangrove di Danau dan Pantai Telanca. Kawasan hutan ini sangat penting dalam rangka perlindungan daerah pesisir dari abrasi laut dan bisa agak meredam atau meminimalkan daya rusak air apabila terjadi gelombang tsunami, karena daerah pesisir di Kecamatan Malingping bagian barat mempunyai kontur yang sangat landai hingga jauh ke daratan.

Lokasi-lokasi keragaman hayati terutama yang dikuasasi Perum Perhutani juga dihuni oleh fauna yang dilindungi seperti macan tutul, macan kumbang, kera ekor panjang, lutung hingga berbagai jenis burung seperti burung julang atau rangkong.

Selain kawasan hutan, keragaman hayati dalam kawasan Geopark Bayah Dome juga dilengkapi dengan sebuah perkebunan teh organik dengan kualitas prima, karena proses produksi khusus sejak penanaman, pemetikan hingga pengolahan. Produk teh ini kebanyakan di ekspor ke berbagai negara maju, seperti Jepang, Amerika dan beberapa negara di Eropa.

Keragaman Budaya (Cutural Diversity)

Banten memiliki keragaman budaya yang sangat beragam dan unik. Salah satu diantaranya adalah Suku Baduy yang memiliki tradisi sangat kuat dalam menjaga adat istiadat dari leluhurnya dimana di pusat kawasan Baduy kehidupan berlangsung dengan cara-cara tradisional tidak tersentuh oleh pengaruh luar termasuk kemajuan teknologi.

Masyarakat Baduy umumnya menghuni sebuah desa yaitu Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Berdasarkan karakteristiknya dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, masing-masing; Tangtu, Panamping dan Dangka

Tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam yaitu yang sangat ketat mengikuti adat, mereka tinggal di tiga kampung; Cibeo, Cikertawana dan Cikeusik. Ciri khas yang tampak dari pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua dengan ikat kepala berwarna putih. Masyarakat Baduy dalam ini menolak teknologi modern dalam keseharian, memegang teguh tradisi dan patuh pada peraturan adat.

Panamping disebut juga sebagai Baduy Luar, tinggal dan tersebar di kampung-kampung yang mengelilingi perkampungan Baduy Dalam, seperti kampong Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu dll. Masyarakat Baduy Luar mempunyai ciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Baduy Luar sudah terpengaruh oleh budaya luar dan kemajuan teknologi, tetapi tetap patuh pada adat istiadat.

Dangka adalah kelompok Baduy yang berada di luar Desa Kanekes, fungsi keberadaan mereka adalah sebagai buffer zone atas pengaruh dari luar.

Masyarakat Baduy sangat menjaga ekosistem di dalam kawasan dan sangat anti perusakan lingkungan baik hutan maupun perairannya, sehingga demi menjaga sungai, salah satu larangan adat mereka adalah penggunaan detergen atau sabun.

Masyarakat Baduy dipimpin oleh seorang kepala adat yang disebut dengan Puun. Puun inilah yang dapat menentukan aturan yang berkaitan dengan kehidupan seluruh masyarakat adat Baduy dan lingkungannya.

Dalam rangka kepatuhan dan kesetiaan terhadap negara, mereka juga mau diatur oleh pemerintah, dalam hal ini Kepala Desa atau yang mereka sebut sebagai Jaro. Bentuk kesetiaan luar biasa yang menjadi tradisi masyarakat adalah adanya kegiatan tahunan Seba Baduy, berupa kunjungan kepada Kepala Daerah, yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Banten. Dalam acara tersebut mereka secara aktif dan tegas menyampaikan aspirasi terhadap Kepala Daerah sambil menyerahkan sebagian hasil pertanian mereka selama setahun. Uniknya dalam perjalanan menuju kantor Kepala Daerah, mereka (terutama warga Baduy Dalam) berjalan kaki dengan tertib sejauh puluhan kilometer.

Kabupaten Lebak juga memiliki masyarakat adat terkenal lainnya, yaitu Kasepuhan Banten Kidul di beberapa lokasi, bahkan diantaranya sampai di Kabupaten Sukabumi. Masing-masing Kasepuhan dipimpin oleh ketua adat yang mengatur kehidupan masyarakat adat terutama dalam hal produksi pertanian. Kasepuhan adat inipun memiliki acara tahunan yang bernama Seren Taun. Dalam acara tersebut diselenggarakan berbagai kegiatan sampai seminggu, mulai acara ritual penyerahan/penyimpanan hasil pertanian di Leuit (Lumbung Padi), hingga acara-acara hiburan tradisional. Beberapa kasepuhan yang biasa menggelar acara seren taun dengan meriah seperti Kasepuhan Karang di Kecamatan Muncang, Kasepuhan Pasir Eurih di Kecamatan Sobang, Kasepuhan Cisungsang dan Kasepuhan Citorek di Kecamatan Cibeber.

Destinasi penting lainnya

Dalam peta Geopark Bayah Dome juga terdapat destinasi penting lainnya yang biasa ramai dikunjungi wisatawan, lokasi-lokasi tersebut diantaranya :

  • Museum Multatuli
  • Pantai Bagedur
  • Pantai Pulomanuk
  • Lereng Cibolang
  • Tirta Lebak Buana

Museum Multatuli adalah sebuah museum sejarah di daerah dengan materi yang lengkap tentang sejarah Indonesia, khususnya terkait perjuangan seorang Edward Douwes Dekker dalam rangka membela rakyat yang tertindas oleh kewajiban tanam paksa.

Pantai Bagedur adalah sebuah pantai berpasir yang sangat luas di Kecamatan Malingping yang pernah menjadi tujuan favorit wisatawan ke Banten Selatan

Pulomanuk adalah sebuah tempat wisata pantai di Sawarna yang juga sangat kaya dengan keragaman hayati dari fauna hingga flora

Lereng Cibolang adalah sebuah tempat wisata dengan panorama menarik di Kecamatan Lebakgedong

Lebak Tirta Niaga adalah tempat wisata pemandian air panas di Cipanas Lebak.(Adv)