Majalahteras.com – Provinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu Suku Baduy berada di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.
Masyarakat tradisional Baduy berada di areal seluas 5.101 hektar, dengan jarak tepuh sekitar 38 KM atau kurang lebih 1,5 jam dari kota Rangkasbitung. Masyarakat tradisional Baduy ,merupakan suku yang unik, yang terbagi dalam dua bagian yaitu Baduy luar dan Baduy dalam, mereka hidup selaras dengan alam dan menghindari dunia modern.
Mereka tidak boleh sekolah, memelihara ternak yang berkaki empat, berpergian dengan kendaraan, menggunakan alat elektronik. Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan hidup mata pencaharian utama masyarakat adalah bercocok tanam padi huma, menjual hasil kerajinan tangan khas Baduy, seperti Koja dan Jarog (tas yang terbuat dari kulit kayu teureup), tenunan berupa selendang, baju, celana, ikat kepala, sarung serta golok/parang, juga berburu.
Pemukiman masyarakat Baduy berada di daerah perbukitan. Tempat yang paling rendah berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sehingga dapat dibayangkan bahwa rimba raya di sekitar pegunungan Kendeng merupakan kawasan yang kaya akan sumber mata air yang masih bebas polusi.
Lokasi yang dijadikan pemukiman pada umumnya berada di lereng gunung, celah bukit serta lembah yang ditumbuhi pohon-pohon besar, yang dekat dengan sumber mata air. Semak belukar yang hijau disekitarnya turut mewarnai keindahan serta kesejukan suasana yang tenang. Keheningan dan kedamaian kehidupan yang bersahaja.
Masyarakat Baduy bagaikan sebuah negara yang tatanan hidupnya diatur oleh hukum adat yang sangat kuat. Semua kewenangan yang berlandaskan kebijaksanaan dan keadilan berada di tangan pimpinan tertinggi, yaitu Puun. Puun bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan hidup masyarakat yang dalam menjalankan tugasnya itu dibantu juga oleh beberapa tokoh adat lainnya.
Sebagai tanda setia kepada Pemerintahan RI, setiap akhir tahun suku yang berjumlah 7.512 jiwa dan tersebar dalam 67 kampung ini mengadakan upacara Seba kepada “Bapak Gede” (Panggilan Kepada Bupati Lebak) dan Camat Leuwidamar.
Kekaguman untuk menggambarkan komunitas masyarakat tradisional baduy, tidak hanya pada masyarakat dan tata nilai budaya yang sampai saat ini masih memepertahankan ke aslianya. Tapi keindahan alam Baduypun menyimpan mutiara yang menajubkan yang akan membangkitkan kagum pengunjung.dengan panorama alam yang indah, nyaman dengan suasana udara yang sejuk, akan membawa kita ke suasana alam perdesaan yang di sekelilingnya mengalir sungai yang masih jernih di hiasi hamparan hutan tropis, keberadaan rumah rumah asli kampung bergaya arsitektur tradisional yang menderet rapi akan memanjakan mata kita dalam setiap langkah–langkah menyusuri dari satu kampung ke kampung lainnya, mencerminkan bahwa masyarakat Baduy hidup harmonis dengan alam dan lingkunganya.
Rumah Tradisional Baduy
Rumah tradisional Baduy sangat memepertahankan gaya arsitektur tradisional, bentuknya sederhana tapi menarik, dengan letak tertata rapi, yang menghadap Utara-Selatan mencerminkan bahwa masyarakat Baduy peduli terhadap estetika alam dan lingkungan, alam pembuatan rumah sepenuhnya menggunakan bahan baku lokal yang di dominasi oleh bambu, kayu, daun rumbia, serta ijuk pohon aren. Bentuk rumah panggung, dengan ketinggian 50 sampai dengan 70 CM yang di lengkapi tangga rumah, teras, ruang tengah, serta letak tata ruang kamar dan dapur maupun isi rumah di desain sebagaimana adanya sehingga dapat dilihat dengan jelas dan utuh kekhasan rumah tradisional masyarakay Baduy.
Dalam pembuatan tidak menggunakan paku, tidak terdapat jendela, hampir semua rumah masyarakat memiliki khas yang sama tidak ada perbedaan bentuk dan warna sehingga tidak ada perbedaaan antara yang kaya dan yang miskin maupun perbedaan perbedaaan status sosoial masyarakat. @WIRI dari berbagai sumber