majalahteras.com – Hengkangnya Wahidin Halim dari Demokrat ke Nasdem banyak menuai polemik dalam konstelasi politik lokal di Banten. Partai Nasdem merasa mendapat energi ekstra dengan berlabuhnya mantan orang nomor satu di Banten tersebut. Sebaliknya, Partai Demokrat meradang ditinggal salah satu kadernya.
Pengajar politik dari Universitas Islam Syeikh Yusuf, Ibrahim Rantau menilai perpindahan politisi dari satu partai ke partai yang lain masih menjadi fenomena yang wajar di Indonesia.
“Partai politik belum terlembagakan dengan baik di republik ini, sehingga ideologi dan platformnya juga belum matang. Maka tidak mengherankan apabila politisi masih trial and error dalam menggunakan kendaraan politik nya,” ujar Ibrahim belum lama ini.
Terlebih untuk Partai Demokrat, Ibrahim menilai partai berlambang merci ini terlihat mengalami degradasi dalam konteks pelembagaan politik.
“Sekarang banyak keputusan politik penting ditingkat lokal ditarik ke DPP, seperti suksesi DPC dan DPW, hingga rekomendasi calon kepala daerah. Sehingga kader-kader yang tidak memiliki kedekatan dengan Cikeas akan sulit mendapatkan ruang di tingkat lokal,” pungkasnya.
Masih menurut Ibrahim, eksodus kader ke partai lain sudah cukup lama terjadi di Demokrat.
“Dalam satu dekade terakhir Demokrat banyak ditinggal kader kader terbaiknya. Seperti Tuan Guru Bajang (TGB) di NTB , Saan Mustopa di Jawa Barat, Isran Noor di Kaltim, Ilham Arief Sirajudin di Sulsel, keluarga Soekarwo di Jatim, hingga Wahidin Halim di Banten,” cetus Ibrahim
Oleh karena itu menurut Ibrahim, Partai Demokrat sepertinya harus memperbaiki pola pendekatannya terkait dinamika politik lokal. Hengkangnya figur penting seperti Wahidin Halim di Banten, yang merasa tidak mendapatkan dukungan baik selama menjadi Gubernur Banten maupun dalam proyeksi politiknya kedepan harus menjadi bahan evaluasi di internal Partai Demokrat.
Ibrahim juga mengingatkan bahwa dalam pemilu 2019 Demokrat adalah partai yang paling banyak kehilangan suara, baik secara keseluruhan maupun kursi di parlemen.
“Positioning dalam konstelasi politik nasional dan banyaknya kesalahan dalam mengelola politik lokal adalah penyebab utama Partai Demokrat terlihat sangat menderita dalam Pemilu 2019 yang lalu,” tandas Ibrahim.(**)