Tupping, Pesan Patriotisme yang Bersenyawa dalam Seni Topeng

oleh
oleh -

Lampung memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri dalam seni dan budayanya. Hal ini lah yang menjadikan Lampung sebagai salah satu daerah yang penuh keunikan di Indonesia.

Di Lampung, ada tradisi seni topeng. Tupping namanya. Seni topeng ini berkembang dari daerah Kalianda, Lampung Selatan. Tupping merupakan topeng kayu dengan berbagai ekspresi wajah dan karakter tokoh yang berbeda-beda.

Karakter yang ditampilkan dalam tupping antara lain karakter ksatria yang sakti, tetua yang bijaksana, kesatria berwatak kasar, ksatria berwibawa, putri yang lemah gemulai, anak-anak yang sedang bersedih, dan tokoh jenaka. Karakter topeng yang ditampilkan disesuaikan dengan kisah yang ditampilkan dalam pertunjukan.

Baca Juga  Pasar Malam Sungai Musi, Representasi Kearifan Lokal Palembang

Pada masa lalu, keberadaan tupping dianggap memiliki nilai sakral yang tinggi. Karena itu, jumlah tupping di suatu daerah amat spesifik, tidak dapat ditambah, dikurangi, atau ditiru. Kesakralan Tupping pun membuat tidak sembarang orang dapat mengenakan topeng ini.

Di daerah Kuripan, misalnya. Tupping di daerah ini berjumlah 12 buah dan masing-masing hanya dapat digunakan oleh orang dari garis keturunan tertentu. Sementara, tupping dari daerah Canti (yang juga berjumlah 12 buah) hanya boleh digunakan oleh pemuda berusia 20 tahun.

Baca Juga  Tradisi Pernikahan Adat Suku Ogan

Pada saat ini, oleh masyarakat Lampung, tupping ditampilkan sebagai drama tari kepahlawanan. Drama ini biasa ditampilkan antara lain dalam prosesi pernikahan adat Lampung. Cerita yang diangkat biasanya mengisahkan kegigihan pasukan Radin Inten I (1751-1828), Radin Imba II (1828-1834), dan Radin Inten II (1834-1856) dalam melawan kolonial Belanda.

Para tokoh ini dikenal sebagai pahlawan kebanggaan masyarakat Lampung yang gigih mengobarkan semangat perlawanan terhadap pasukan Belanda.***

Baca Juga  Pelestarian Musik Dambus Bangka