MAJALAHTERAS.Com – Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, bahan bakar (biodiesel) dan bahan bakar hayati (biofuel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pekanbaru merupakan salah satu provinsi di Sumatera sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Indonesia telah banyak mengekspor kelapa sawit ke berbagai negara selama bertahun-tahun sehingga dengan diputuskannya pembuatan biodesel tidak menggunakan kelapa sawit lagi oleh Parlemen Eropa yang menuding bahwa kelapa sawit merupakan penyebab disforsi, membuat pemerintah Indonesia menyayangkan hal tersebut.
Maka dari itu, Duta Besar Lingkungan Hidup Prancis, Xavier Sticker berkunjung ke Indonesia, yakni Pekanbaru untuk melakukan kunjungan resmi kenegaraan. Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) meyakini pihak kementerian akan merundingkan terkait kendala perdagangan minyak sawit dan biodiesel untuk kawasan Uni Eropa.
Dalam kunjungan kali ini, juga disebutkan adanya pertemuan dengan pihak Kementerian Luar Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Perdagangan, termasuk LSM dan asosiasi yang menaungi petani.
Disebutkan bahwa kunjungan ke perkebunan sawit di Pekanbaru, untuk melihat secara langsung praktik perkebunan berkelanjutan di wilayah tersebut. Press Conference with Mr. Xavier Sticker, French Ambassador for the Environment digelar pada Kamis (25/1/2018) pada pukul 16.30 WIB.
Kunjungan Sticker ke Indonesia apalagi melihat langsung perkebunan sawit di Indonesia menjadi sorotan. Mengingat pada Rabu (17/1/2018), telah dilakukan pengambilan suara (voting) terkait penolakan biodiesel berbahan CPO di tingkat Parlemen Eropa.
Tercatat, proposal yang mengatur larangan konsumsi sawit sebagai bahan pembuat biofuel, disetujui oleh 492 orang. Sementara itu, anggota parlemen yang menolak sebanyak 88 orang dan 107 orang lainnya menyatakan abstain.
Xavier menuturkan dia akan bertemu dengan para petani sawit dan pelaku industri produk kelapa sawit tersebut.
“Kita datang ke Indonesia karena kita ingin mendengarkan dan terlibat dengan mitra kita dan juga mengunjungi perkebunan untuk melihat apa yang telah mereka capai, tantangan dan peluang mereka,” ujar dia saat ditemui di kantor Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, Kamis (25/01/2018).
Selain itu, dia akan melakukan penelitian mengenai kelapa sawit melalui Pusat Kerja Sama Internasional untuk Agronomi (CIRAD) milik Prancis. “Kehadiran pusat penelitian internasional untuk agronomi ini merupakan mitra yang kuat bagi Indonesia dan negara-negara di kawasan untuk mengembangkan mekanisme keberlanjutan berdasarkan lanskap pertanian,” serunya.
Menurut dia, adalah baik berbagi pengetahuan lewat penelitian. Dengan demikian, bisa dinilai kebijakan terbaik untuk membantu memenuhi harapan para pemegang saham kecil dan produsen, serta menciptakan syarat untuk konservasi alam dalam membantu negara mencapai target.
Lewat CIRAD, Xavier berharap bisa mengembangkan kerja sama melalui dialog mengenai pelestarian kelapa sawit. Dan untuk terlibat dengan Indonesia, tuturnya, diperlukan penilaian intens dalam skala luas antara produsen dan konsumen.
Prancis sendiri akan mencoba mengajak Uni Eropa untuk melakukan upaya dalam melakukan dialog reguler dengan negara-negara produsen kelapa sawit, termasuk Indonesia.
“Penting ini untuk menangani masalah yang terkait dengan kelapa sawit, dan itu antara Indonesia dan Uni Eropa, dan secara luas antara Uni Eropa dengan negara-negara produsen kelapa sawit. Kami akan mendorong Uni Eropa mengembangkan rencana untuk menyelesaikan semua dengan berupaya bersama demi mendapatkan hasil yang baik,” tutupnya.
Parlemen Eropa akan menghapus penggunaan biodiesel dari minyak nabati pada 2030 dan dari minyak kelapa sawit, termasuk dari Indonesia, pada 2021.
Upaya itu akan diwujudkan lewat pemungutan suara rancangan Proposal Energi bertajuk “Report on the Proposal for a Directive of the European Parliament and of the Council on the Promotion of the use of Energy from Renewable Sources” di kantor Parlemen Eropa, Strasbourg.
Indonesia berpandangan bahwa usulan Komite Lingkungan Hidup (ENVI) Parlemen Eropa tersebut bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas dan adil dan menjurus kepada terjadinya diskriminasi “crop apartheid” terhadap produk sawit di Eropa.
Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi juga menekankan adanya keterkaitan erat antara kelapa sawit dan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia, sesuai dengan aspirasi dalam komitmen SDGs 2030.
Dalam pidato tahunannya, Menlu Retno menyatakan Indonesia tidak akan diam menghadapi kampanye negatif dan diskriminasi di Eropa dan Amerika Serikat terhadap kelapa sawit.@TINIK