Dastin Arjuna Wianzah atau biasa dipanggil Kak Dastin dikenal sebagai salah satu asisten dosen yang aktif dalam berinovasi di dunia IT dengan berbagai proyeknya selama menempuh perkuliahan di Program Diploma IPB pada program studi Teknik Komputer angkatan 57 yang sekarang sudah bertransformasi menjadi Teknologi Rekayasa Komputer.
Lelaki kelahiran Baturaja, 7 Juni 2002 dahulu cukup aktif di SMA 1 Ogan Komering Ulu sebagai anggota OSIS, pramuka, juga paduan suara. Beliau sekarang aktif mengajar sebagai asisten dosen di beberapa mata kuliah seperti Administrasi Jaringan, Machine Learning, Dasar Pemrograman, Arsitektur Komputer Sistem Operasi, hingga Data Mining. Semua mata kuliah yang dipegang itu menjadikannya terus belajar ilmu baru yang tidak terlalu dipahami dan dipelajari semasa mahasiswa.
Dimulai dari 2020 sebagai mahasiswa baru yang merasakan perkuliahan secara online, Kak Dastin merasakan kurang maksimalnya kegiatan belajar mengajar jika tidak diselingi dengan praktik menggunakan alat dan bahan yang memadai. Berhubung bidang yang didalami adalah teknisi dan IT sehingga sulit untuk memahami pembelajaran. Namun, hal tersebut terbayarkan saat memasuki semester 4 yang disibukkan dengan proyek bersama dosen untuk mengikuti lomba nasional dalam bidang IT terkhusus jaringan bernama NetRider demi menambah pengalaman sambil dibimbing dosen untuk mempelajari materi-materi baru yang ternyata akan dipelajari pada semester berikutnya.
Produktivitas semakin terasa di semester 5 dengan dimulainya proyek baru. Pada kesempatan tersebut Kak Dastin bersama rekan kelompoknya bermitra dengan Desa Tamansari untuk menciptakan alat yang berguna untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Alat yang dibuat dalam proyek itu berupa alat penetas telur otomatis yang dibutuhkan untuk memudahkan pekerjaan para peternak dalam mengurusi telur. Tak hanya ilmu dalam bidang IT saja yang diterapkan, tetapi juga teknik public speaking, menjelaskan pada masyarakat terkait demonstrasi penggunaan alatnya hingga maintenance-nya. Kak Dastin merasakan langsung dampak dari Project Based Learning ini. Bagaimana mahasiswa dapat langsung menerapkan ilmunya di lingkungan masyarakat berdasarkan pada permasalahan yang terjadi.
Tak cukup disitu saja, di semester 6 pun Ia kembali melaksanakan proyek bersama mitra di mata kuliah Proyeksi Sistem IoT sehingga alat yang dibuat perlu berbasis pada sistem IoT atau Internet of Things. Pada kesempatan ini, Kak Dastin dengan rekan-rekannya bekerjasama dengan Poliklinik Hewan Sekolah Vokasi IPB dalam membuat alat penghitung tetes infus otomatis sehingga tenaga medis hanya perlu memeriksa melalui layar ataupun gawai untuk memantau tetes infus tersebut. Inovasi tersebut diterima sebagai penelitian dosen muda sebagai bentuk inovasi dari mahasiswa bimbingan hingga mendapatkan kesempatan wawancara oleh Bapak Rektor dalam mempresentasikan alat tersebut. Inovasi alat ini juga dirilis di jurnal internasional yaitu International Journal of Progressive Science and Technologies (IJPSAT) yang berjudul ‘Manufacturing Animal Infusion Fluid Control And Monitoring Tools As Health Facilities At The Animal Polyclinic Of IPB Vocational School’
Memasuki masa-masa magang, Kak Dastin mendapatkan kesempatan di perusahaan Telkom sebagai Data Management yang bertugas untuk mengelola dan memperbaiki data klien. Diselingi kesehariannya di kantor, Ia juga membahas proyek tugas akhirnya bersama dua rekan lainnya dalam membuat alat pendeteksi stress pada karyawan Telkom. Menariknya, alat ini memiliki tiga sensor utama yaitu melalui keringat yang diperiksa dari keringat tangan, detak jantung melalui denyut di jari, dan iris mata melalui sensor kamera. Masing-masing
sensor disetting oleh satu orang sebagai bahan untuk tugas akhir nantinya. Kak Dastin sendiri bertugas mengatur sensor iris mata yang dinilai cukup rumit dan menghabiskan banyak dana.
Secara garis besar, Kak Dastin menyampaikan kendala dalam penyempurnaan alat tersebut terjadi karena beberapa faktor. Sensor yang kurang akurat karena data yang dikumpulkan masih kurang beragam dan tidak terperinci. Penjelasan pada jurnal pun masih belum mendetail seperti tingkatan stress yang belum dideskripsikan secara jelas. Ditambah lagi iris mata orang Indonesia pun rata-rata hitam dan coklat sehingga sensor cukup sulit untuk mendeteksi garis pada iris sebagai tanda dari stress yang dirasakan.
Teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan kembali hingga diterbitkan pada jurnal nasional yang bernama KURAWAL Jurnal Teknologi, Informasi, dan Industri. Adapun judul artikel yang diterbitkan bersama dosen pembimbingnya Bapak Ahmad Ridha yaitu ‘Prototipe Alat Identifikasi Pola Nerve Ring pada Iris Mata menggunakan Raspberry PI dan Detectron2’. Produktivitas yang dijalankan Kak Dastin memberikan banyak pengalaman dan masih terus berlanjut hingga saat ini Ia mendedikasikan dirinya sebagai asisten dosen pada program studi Teknologi Rekayasa Komputer juga Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak.
Sebagai asisten dosen yang banyak berinteraksi dengan mahasiswa ajarnya satu hingga empat angkatan di bawahnya menyadarkannya dengan sistem pembelajaran yang cukup banyak berubah. Salah satunya penggunaan AI dalam memudahkan mahasiswa mengerjakan tugas akademiknya. Baginya, AI memang sangat membantu mulai dari pemberian saran terkait optimalisasi program, pencarian kesalahan pada coding, menemukan rumus, dan lain sebagainya. Namun, nampaknya mahasiswa ajarnya terkhusus pada TRK dan TRPL memanfaatkan AI tanpa melakukan improvisasi pada hasil yang didapatkannya sehingga terkesan bergantung pada teknologi AI dan kurang menangkap ilmu yang diterangkan dosen.
Menurutnya, inovasi sangat mudah untuk dibuat dan ide mudah untuk dikembangkan. Namun, mahasiswa masih dinilai kurang ketertarikannya dalam mendalami bidang IT untuk menciptakan teknologi sebagai solusi dari berbagai permasalahan umum. Baginya, salah satu pelajaran yang cukup sulit pada prodi ini yaitu terkait jaringan, mulai dari konfigurasi jaringan dan topologi, routing, firewall, dns, dan masih banyak lagi pembahasan yang perlu jam belajar ekstra bahkan waktu praktikum pun masih kurang dalam memahami cabang ilmu tersebut. Maka Ia ingin mahasiswa dapat aktif mencari sumber pembelajaran lain bukan hanya di kelas atau saat praktikum.
Ia berharap dengan berkembangnya teknologi di masa kini, mahasiswa terkhusus bagi yang mendalami di bidang IT perlu lebih meningkatkan ketertarikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak membaca dan tak hanya terpaku pada satu informasi. Bersikap terbuka dan aktif dalam diskusi juga bertanya. Dan yang terpenting tentunya lebih menghargai dosen sebagai pengajar, menyerap ilmu yang disampaikan dosen dengan maksimal. Jujur dalam mengerjakan tugas yang diberikan karena bagaimanapun tujuan diberikannya tugas kepada mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman dalam ilmu yang diajarkan. Jika mahasiswa hanya mengandalkan AI untuk mengerjakan tugasnya tentunya ilmu tak akan dipahami dengan baik oleh mahasiswa.