Menurut beberapa studi anyar, ¾ karyawan pria di Amerika Serikat lebih memilih bekerja untuk pemimpin pria dibandingkan wanita.
Lalu, ¾ karyawan wanita mengatakan bahwa bos wanita mereka acap kali “menusuk” dari belakang dan kurang bisa membatasi masalah personal di kantor.
Kemudian, studi juga menemukan bahwa bos wanita mudah terintimidasi baik secara emosional dan profesional.
Hal lain yang dikeluhkan karyawan terhadap bos wanita adalah ekpektasi terlalu tinggi, terlalu banyak mengandalkan anak buah, dan emosi mudah naik turun.
Selanjutnya, penemuan yang lebih mengejutkan datang dari American Management Association, yang mengatakan bahwa 95 persen karyawan wanita mengaku, karier mereka sering tidak dihargai oleh sesama wanita di tempat kerja.
Hasil survei ini sangat berbeda dengan teori yang membeberkan bahwa bos wanita lebih baik daripada pria.
Pasalnya, wanita lebih aktif dalam memberi dukungan, pintar mendelegasikan tanggung jawab, dan protektif pada anak buah terutama karyawan wanita.
Rahasia umum yang terjadi di sebuah perusahaan atau tim kerja dengan bos wanita yang dianggap diktaktor, mereka disebut dengan istilah Sindrom Ratu Lebah.
Sindrom ini mendefinisikan seorang wanita alfa yang berusaha untuk menebarkan kekuasaan dengan segala cara.
Alih-alih memberikan promosi untuk karyawan berpotensi, bos wanita justru merasa terancam dengan kehadiran anak buah yang cakap dan inovatif.
Menurut periset dari Jerman, karyawan yang memiliki bos wanita yang galak, berpotensi tinggi menderita depresi, sakit kepala akut, sesak napas, dan insomnia.
Selanjutnya, studi menjelaskan bahwa bos wanita yang mengalami Sindrom Ratu Lebah ini, umumnya besar dengan nilai-nilai kehidupan yang secara tidak disadari memberikan tekanan.
Biasanya, anak perempuan dibesarkan dengan nasihat dan motivasi bahwa mereka cantik dan pintar.
Lalu, ketika mereka tak lagi muda dan merasa tidak menarik, mereka menjadi gelisah bakal digantikan dengan karyawan wanita lain yang lebih muda, lebih cerdas, atau siapa pun yang kompetitif mengincar posisi pemimpin.
Sebaliknya, pria tidak memiliki kekhawatiran seperti tersebut di atas. Pria cenderung lebih percaya diri dan merasa berhak mendapatkan posisi puncak di tangga karier perusahaan.
sumber : kompas.com