Bantul – Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menunjukkan komitmennya dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat. Tahun ini, tim dosen lintas program studi menghadirkan program Smart Eco-STEAM: Inovasi Otomasi dan Digital Marketing Berbasis Teknologi untuk Meningkatkan Akselerasi Produksi di UMKM Ecoprint Tembindigo, Bantul. (4/8).
Program ini tidak hanya menghadirkan solusi teknologi berupa mesin ecoprint otomatis, tetapi juga memberikan pendampingan diversifikasi produk dan strategi pemasaran digital. Kegiatan dilaksanakan di sentra UMKM Tembindigo, Desa Tembi, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, yang dikenal sebagai kawasan wisata budaya sekaligus pusat pengembangan kriya berbasis kain alami.
Teknologi untuk Mengatasi Keterbatasan Produksi
UMKM Tembindigo, yang dipimpin oleh Yustina Peni Rahayu, selama ini dikenal dengan produk ecoprint yang memanfaatkan daun dan tumbuhan lokal. Namun, dalam praktiknya, mereka menghadapi berbagai kendala, mulai dari kualitas motif yang tidak konsisten hingga keterbatasan kapasitas produksi.
Sebelum adanya program ini, proses produksi masih menggunakan mesin kukus manual yang hanya mampu menghasilkan 5–6 lembar kain sekali produksi. Selain itu, suhu dan tekanan yang tidak stabil menyebabkan motif mudah pudar dan warna kurang tajam.
Menjawab tantangan ini, tim UNY merancang dan menyerahkan teknologi STEAM otomatis yang dapat mengontrol suhu, tekanan, dan waktu secara presisi. Dengan kapasitas hingga 35 lembar kain sekali produksi, mesin ini mampu memangkas waktu, menghemat energi, serta menghasilkan kualitas warna yang lebih kuat dan tahan lama.
“Selama ini perajin ecoprint terbentur masalah teknis dalam produksi. Dengan teknologi otomatisasi, proses pengukusan bisa lebih stabil, hasil motif presisi, dan produk tidak mudah pudar. Teknologi ini akan mengubah cara kerja perajin menuju industri kreatif yang lebih modern dan efisien,” jelas Dr. Ir. Jarwo Puspito, M.P., anggota tim sekaligus dosen Pendidikan Teknik Mesin UNY.
Diversifikasi Produk untuk Pasar yang Lebih Luas
Selain masalah produksi, permasalahan lain yang dihadapi Tembindigo adalah keterbatasan ragam produk. Selama ini, mereka fokus menghasilkan kain lembaran, baju, dan beberapa aksesori sederhana. Banyak kain sisa (perca) yang terbuang begitu saja, padahal memiliki potensi ekonomis tinggi.
Melalui kegiatan ini, tim PkM memberikan pelatihan diversifikasi produk agar limbah kain dapat diolah menjadi barang bernilai, seperti dompet, tas kecil, bucket hat, topi, bahkan hiasan interior. Strategi ini diharapkan mampu memperluas segmen pasar dan menjangkau konsumen lintas usia.
Menurut Dr. Nur Kholifah, M.Pd., Ketua Tim PkM sekaligus dosen Diploma Tata Busana UNY, diversifikasi produk menjadi kunci agar UMKM mampu bertahan dan bersaing.
“Produk ecoprint tidak boleh hanya berhenti di lembaran kain atau pakaian. Dengan kreativitas, sisa kain bisa menjadi produk baru yang ramah lingkungan sekaligus bernilai jual. Kami ingin memberdayakan perajin untuk tidak hanya memproduksi, tetapi juga berinovasi dalam desain dan diversifikasi produk,” ujarnya.
Digital Marketing sebagai Strategi Pemasaran Masa Depan
Masalah pemasaran juga menjadi fokus pendampingan. Selama ini, Tembindigo mengandalkan galeri, penitipan produk di pojok hotel, dan penjualan melalui wisata edukasi. Metode ini terbukti kurang efektif dalam memperluas jangkauan pasar.
Melalui pendampingan digital marketing, tim PkM membekali mitra dengan kemampuan mengelola akun media sosial, membuat konten produk, hingga menggunakan strategi iklan berbayar di platform e-commerce. Pendampingan dilakukan secara bertahap, mulai dari pembuatan akun, unggah produk dengan deskripsi yang menarik, hingga analisis pasar untuk menghindari kerugian.
“Digitalisasi pemasaran menjadi keharusan. Melalui media sosial dan platform e-commerce, produk UMKM seperti Tembindigo dapat menembus pasar nasional bahkan internasional. Kami melatih mereka agar mampu mengoptimalkan potensi digital marketing, sehingga pemasaran tidak lagi terbatas pada lingkup lokal,” terang Dr. Sunarta, M.M., M.Pd., dosen Manajemen Pemasaran UNY.
Kolaborasi Lintas Disiplin dan Mahasiswa
Kegiatan ini merupakan kolaborasi lintas disiplin dari tiga program studi UNY: Diploma Tata Busana, Pendidikan Teknik Mesin, dan Diploma Manajemen Pemasaran. Tidak hanya dosen, mahasiswa juga terlibat aktif dalam berbagai tahapan, mulai dari administrasi, pendampingan workshop, hingga pembuatan konten promosi digital.
Beberapa mahasiswa yang terlibat antara lain Fitria Oktariani, Desnanda Putri Sagita, Tian Ivandaru, Bartolomius Dias, dan Arif Rizkiawan Saputra. Mereka mendapatkan pengalaman nyata sekaligus rekognisi kredit semester (RPL) dari keterlibatan dalam kegiatan ini.
Sejalan dengan Visi UNY dan SDGs
Triyanto, Koordinator Program Studi Diploma Tata Busana UNY, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata implementasi visi UNY dalam pemberdayaan masyarakat.
“UNY berkomitmen untuk mendampingi masyarakat dengan keterampilan vokasi yang kreatif dan inovatif. Melalui program Smart Eco-STEAM ini, kami tidak hanya menyelesaikan masalah produksi, tetapi juga membangun ekosistem UMKM yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan SDGs, khususnya SDG 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta SDG 9 tentang industri, inovasi, dan infrastruktur,” ungkapnya.
Apresiasi dari Mitra
Pemilik UMKM Tembindigo, Yustina Peni Rahayu, menyambut baik program ini. Menurutnya, bantuan teknologi dan pendampingan yang diberikan sangat relevan dengan kebutuhan perajin ecoprint.
“Kami berterima kasih kepada UNY. Teknologi mesin otomatis ini menjawab kendala kami dalam produksi, sementara pelatihan diversifikasi dan pemasaran digital membuka wawasan baru untuk mengembangkan usaha. Program ini benar-benar sesuai dengan harapan kami,” ujarnya.
Penyerahan Teknologi dan Monitoring
Kegiatan ditutup dengan serah terima mesin ecoprint otomatis kepada UMKM Tembindigo. Tim PKM juga melakukan monitoring penggunaan mesin untuk memastikan teknologi dapat dioperasikan dengan baik dan berkelanjutan.
Selain itu, evaluasi dilakukan melalui diskusi dengan pemilik dan perajin mengenai ketercapaian program, baik dari sisi produksi maupun pemasaran. Ke depan, diharapkan Tembindigo dapat berkembang menjadi produk unggulan Kabupaten Bantul sekaligus contoh pemberdayaan UMKM berbasis teknologi di Yogyakarta.
Melalui program Smart Eco-STEAM, UNY tidak hanya memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga merancang keberlanjutan program dengan mengintegrasikan riset, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan teknologi yang lebih canggih, produk yang lebih beragam, dan pemasaran yang lebih luas, Tembindigo berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi kreatif di Bantul.
“Harapan kami, Tembindigo tidak hanya bertahan, tetapi tumbuh menjadi ikon ecoprint Bantul yang berdaya saing nasional dan internasional,” pungkas Dr. Nur Kholifah.***