“Seven Borders of Indonesia,” Gerbang Martabat Bangsa

oleh
oleh -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan empat dari tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu yang ada di perbatasan-perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Keempat PLBN Terpadu tersebut adalah Entikong, Badau, dan Aruk di Kalimantan Barat (Kalbar) dan Motaain di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara tiga lainnya yang belum diresmikan adalah PLB Terpadu Motamasin dan Wini di NTT serta PLBN Terpadu Skouw di Papua.

“Tiga PLBN lagi menunggu presiden, sekarang kondisinya sudah siap semua, sudah fungsional,” tutur Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, di Singkawang, Kalbar, Jumat (17/3/2017).

Sebagai beranda terdepan Indonesia, Jokowi menginginkan ketujuh PLBN Terpadu tersebut lebih baik dari negara tetangga sehingga harkat dan martabat bangsa bisa terjaga dengan baik.

Oleh sebab itu, mantan Wali Kota Solo tersebut memerintahkan Kementerian PUPR untuk membangun dan mempercantik tujuh PLBN Terpadu sejak 2015.

Keinginan tersebut sesuai dengan target karena rata-rata pembangunan tujuh PLBN Terpadu itu dapat diselesaikan pada Desember 2016.

Berikut ini profil tujuh PLBN Terpadu tersebut.

1. PLBN Terpadu Entikong

PLBN Terpadu Entikong merupakan pos perbatasan pertama yang diresmikan Jokowi, yakni pada 21 Desember 2016 silam.

Dalam sambutannya, Jokowi merasa puas lantaran penyelesaian pos perbatasan ini bisa tepat waktu. Bahkan, kondisi PLBN Terpadu Entikong lebih baik dari pos lintas batas milik Malaysia.

“Saya beri waktu dua tahun sejak 2014 dan secara singkat saya minta ini harus lebih baik dari di sana (Malaysia). Sekarang kata Menteri PUPR ini udah lima kali lebih baik dari yang di sana,” tutur Jokowi kala itu.

PLBN Entikong dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya sejak Agustus 2015 hingga Desember 2016.

Fungsi pos perbatasan ini sebagai pos pemeriksaan lintas batas orang dan barang keluar masuk wilayah batas negara.

Selain itu, terdapat konter keimigrasian, kepabeanan, karantina, keamanan, dan lain-lain. PLBN ini hanya terpaut beberapa ratus meter dari Pos Imigresen Malaysia.

Bangunan baru tersebut mengadopsi langgam arsitektur lokal dengan beberapa ornamen dan elemen dekoratif yang menjadi ciri khas Entikong.

Contohnya pada bagian atap yang merupakan hasil transformasi bentuk Rumah Panjang dan Perisai Suku Dayak. Perisai ini adalah simbol pertahanan NKRI yang melindungi.

Sedangkan corak dan warna cerah kuning diterapkan pada bagian dinding dan elemen relief pada bagian pintu gerbang.

Pencahayaan dibuat sealami mungkin dengan pola bukaan dan penggunaan material transparan.

Detail arsitektur yang mengadopsi unsur lokal menjadi komponen yang sangat penting dalam pembangunan PLBN. Luas lahannya mencapai 8 hektar dan luas bangunan 19.493 meter persegi.

Pembangunan Zona Inti PLBN Terpadu Entikong terdiri dari bangunan utama, pos lintas kendaraan pemeriksaan, dan bangunan pemeriksaan kargo.

Baca Juga  Kadiv Pemasyarakatan Kemenkumham Jabar Ikut Musnahkan 1,196 Ton Sabu di Mapolda Jabar

Kemudian bangunan utilitas berupa rumah pompa dan power house, monumen, gerbang kedatangan dan keberangkatan, jalan, lansekap, serta alur pedestrian.

Pembangunan PLBN Terpadu Entikong ini menelan biaya sebesar Rp 152 miliar yang diambil dari APBN 2015-2016.

2. PLBN Terpadu Motaain

Sepekan setelah meresmikan PLBN Terpadu Entikong, Jokowi kemudian meresmikan PLBN Terpadu Motaain di Kabupaten Belu, NTT yang berbatasan dengan Timor Leste.

Dibangun sejak November 2015, PLBN Terpadu Motaain dibangun untuk menggantikan PLBN lama di atas lahan seluas 8,03 hektar dengan biaya Rp 82 miliar.

Pengembangan beranda negara ini meliputi zona inti yang terdiri dari Gerbang Tasbara dan Pos Jaga, Karantina Tumbuhan dan Hewan, Pemeriksaan Imigrasi, Jembatan Timbang, Pemeriksaan X-Ray Kendaraan, Bea Cukai, dan Lambang Negara Indonesia.

Untuk zona sub-inti dan pendukung terdiri dari Wisma Indonesia dan Mess Karyawan serta sarana pendukung lainnya.

Bangunan PLBN mengadopsi bentukan atap rumah Matabesi, rumah tradisional masyarakat Belu.

3. PLBN Terpadu Badau

PLBN Terpadu Badau di Kapuas Hulu, Kalbar yang berbatasan dengan Malaysia merupakan pos perbatasan ketiga yang diresmikan Jokowi, tepatnya pada 16 Maret 2017.

Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan semua PLBN yang telah dibangun membanggakan bangsa Indonesia dan tidak kalah dengan negara tetangga.

“Saya minta tidak hanya pos lintas batas saja yang dibangun, tetapi juga pasar modern agar masyarakat bisa menikmati. Tahun ini mulai dibangun dan tahun depan ditargetkan selesai,” kata dia.

Beroperasinya PLBN Terpadu Badau ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan lintas batas negara, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu juga menumbuhkan pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai embrio kawasan perbatasan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Adapun total dana yang digelontorkan Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR untuk membangun kembali teras negara ini adalah sebesar Rp 153,85 miliar.

PLBN Terpadu Badau mengakomodasi bangunan khas Kalimantan yaitu Rumah Panjang. Rumah Panjang merupakan rumah adat yang biasa dihuni oleh suku Dayak.

Rumah ini biasa digunakan oleh beberapa keluarga sekaligus. Selain untuk tinggal dan menghindari serangan binatang buas, Rumah Panjang juga sering difungsikan sebagai tempat bermusyawarah dan upacara adat.

Rumah Panjang dianggap cocok menjadi konsep dasar filosofi arsitektur PLBN karena kontekstual dengan perletakan PLBN Terpadu Badau.

Bangunan tersebut juga dinilai dapat mewadahi aktivitas PLBN yang mementingkan sirkulasi pergerakan orang, barang dan kendaraan dalam kawasan tersebut sehingga tidak terkesan tebal.

PLBN ini menempati lahan 8,8 hektar dan luas bangunan 7.612 meter persegi. Zona intinya terdiri dari bangunan utama, klinik, gudang sita, bangunan jembatan timbang, dan bangunan X-ray mobil pengangkut barang.

Kemudian terdapat bangunan pelayanan terpadu kedatangan mobil kargo, cek poin, bangunan utilitas, dan koridor pealan kaki.

Baca Juga  IAS Sukses Tuntaskan Penanganan Kargo Logistik MotoGP 2024 Mandalika

Sementara zona sub inti memiliki luas 1.193 meter persegi. Zona ini terdiri dari Wisma Indonesia, mess karyawan, dan gedung serba guna.

Ada pun zona pendukung memiliki luas 1.300 meter persegi. Zona ini diisi oleh restoran, pusat ATM, masjid, gereja, dan bangunan pos polisi.

4. PLBN Terpadu Aruk

Pos perbatasan keempat yang diresmikan Jokowi adalah PLBN Terpadu Aruk di Kabupaten Sambas, Kalbar pada Jumat (17/3/2017) atau sehari setelah peresmian PLBN Terpadu Badau.

Dalam sambutannya, Jokowi menyebutkan tiga PLBN di Kalbar termasuk dalam kategori paling mewah di antara tujuh PLBN yang dibangun oleh Kementerian PUPR.

“Kemarin saya resmikan PLBN di Badau, tiga bulan lalu Entikong, dan sekarang di Aruk. Tiga PLBN di Kalbar ini desainnya paling megah dan mewah,” tutur dia di PLBN Aruk.

Pembangunan PLBN Terpadu Aruk merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian PUPR dan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk selama satu tahun sejak Desember 2015-Desember 2016.

PLBN Terpadu Aruk dibangun dalam dua tahap. Sampai saat ini pengerjaan tahap I yang terdiri dari pengerjaan zona inti berupa bangunan utama PLBN, pos pemeriksaan kendaraan, gudang sita, rumah pompa dan genset, serta check point telah rampung dibangun.

Berdasarkan pengamatan KompasProperti, bangunan utama PLBN Terpadu Aruk telah berdiri kokoh dengan konsep arsitektur Rumah Panjang yang merupakan rumah tradisional suku dayak.

Kemudian ornamen-ornamen yang ada pada bangunan utama beranda negara untuk mengadaptasi corak ukiran tradisional dayak.

Pembangunan tahap I PLBN Terpadu Aruk diperkirakan menghabiskan dana hingga Rp 131,13 miliar.

Menempati area 9,1 hektar, bangunan PLBN Terpadu Aruk dirancang seluas 2.829,9 meter persegi. Sementara itu, pembangunan kawasan perbatasan tahap II rencananya bakal diteruskan hingga 2019 nanti dan saat ini tengah dalam proses pembangunan.

Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan PLBN Terpadu Aruk tahap II adalah 17,79 hektar dengan bangunan mencapai 4.441 meter persegi.

Pengembangan tahap II ini nantinya akan terdiri atas zona inti berupa car wash, zona sub inti berupa mess pegawai, dan zona pendukung seperti pasar perbatasan, Wisma Indonesia, Gedung Serbaguna, food court, masjid, gereja, dan pasar.

Nilai pembangunan PLBN Aruk tahap II diperkirakan mencapai Rp 201,543 miliar.

5. PLBN Terpadu Motamasin

Kementerian PUPRPLBN Motamasin

PLBN Terpadu Motamasin merupakan pos perbatasan kedua di NTT setelah PLBN Terpadu Motaain yang sama-sama berbatasan dengan Timor Leste.

PLBN Terpadu Motamasin saat ini sudah selesai dibangun dan rencananya juga bakal segera diresmikan oleh Jokowi dalam waktu dekat ini.

Pengembangan PLBN Terpadu Motamasin di atas lahan seluas 11,29 hektar meliputi zona inti yang terdiri dari Gerbang Tasbara dan Pos Jaga, Karantina Tumbuhan dan Hewan, Pemeriksaan Imigrasi, Jembatan Timbang, Pemeriksaan X-Ray Kendaraan, Bea Cukai, dan Lambang Negara Indonesia serta helipad untuk sarana transportasi udara.

Baca Juga  Moment Upacara HUT Ke-79 RI, Pj. Wali Kota Bekasi Sampaikan: "Wujudkan Kota Bekasi Yang Aman, Investor Meningkat, Lapangan Kerjapun Meningkat,"

Untuk zona sub-inti dan pendukung terdiri dari Wisma Indonesia dan Mess Karyawan, serta sarana pendukung lainnya

Adapun nilai kontrak pembangunan PLBN Motamasin diperkirakan mencapai Rp 145 miliar.

6. PLBN Terpadu Wini

Kementerian PUPRPLBN Wini

PLBN Terpadu Wini merupakan pos perbatasan ketiga di NTT setelah Motaain dan Motamasin. PLBN Terpadu Wini memiliki luas lahan 4,42 hektar.

Sebagai manajemen kontraktor, PT Indah Karya mengeimplementasikan unsur lokal dalam pemilihan material dan filosofi desain.

Material batu merah banyak terdapat di Kecamatan Insana Utara. Selain untuk menunjukkan lokalitas, penggunaan material lokal juga merupakan salah satu usaha konstruksi hijau (green construction).

Lopo merupakan bangunan khas Kabupaten Timor Tengah Utara dan diletakkan di depan bangunan utama sebagai simbol kawasan.

Menurut tradisi, Lopo adalah tempat tinggal kaum laki-laki. Bangunannya semi terbuka, sehingga kesan volume terasa kuat. Hal ini disebabkan adanya unsur linear vertikal yang dibentuk oleh kolom dan bidang naungan berupa atap.

Struktur PLBN Terpadu Wini juga memadukan partisi dari bilah bambu, atap ringan dengan desain tropis monumental, dinding batu tektonik, dan platform hirarki ruang.

PLBN Wini memiliki luas lantai 5.025,7 meter persegi. Dari total ini, bangunan utama PLBN memiliki luas 4.292 meter persegi.

Bangunan utama sebagai peneduh, menggunakan tanaman sekitar yaitu pohon. Di dinding bangunan utama, dirancang juga dinding pamer sebagai galeri budaya yang memperlihatkan budaya lokal.

Berdasarkan rencana induk, zona inti PLBN Terpadu Wini terdiri dari bangunan utama, pencucian mobil, jembatan timbang, pemindai kendaraan, pemeriksaan kedatangan kendaraan kargo, dan pemeriksaan terpadu mobil pribadi dan umum.

Juga terdapat gudang sita berat dan ringan, lapangan penimbunan, utilitas, kennel, check point, monumen garuda, gerbang tasbara, tiang bendera, parker tamu negara, helipad, dan Lopo.

7. PLBN Terpadu Skouw

PLBN Terpadu Skouw yang berada di Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua telah difungsikan sejak Rabu (15/3/2017).

PLBN Terpadu Skouw yang dibangun di atas lahan seluas 10,7 hektar dengan dana sebesar Rp 165,994 miliar ini berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini.

Sama dengan enam PLBN Terpadu lainnya, Skouw juga dibangun dengan tujuan untuk mempercantik beranda terdepan Indonesia.

Berbagai peralatan sudah dipasang seperti x-ray dan lainnya karena di PLBN dilengkapi petugas Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Pertanian, Karantina Kesehatan, dan Karantina Ikan.

Ketujuh PLBN Terpadu ini bahkan membuat Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memiliki ide untuk “menyaingi” Seven Wonders atau Tujuh Keajaiban yang ada di dunia.

“Total tujuh PLBN ini membuat saya menyebutnya sebagai Seven Borders of Indonesia,” pungkas Basuki. @SAMSUL