Sepenggal Cerita RSU Kota Tangsel, Pantang Menyerah di Zona Merah

oleh
oleh -

Majalahteras.com – Rumah sakit yang berdiri megah di tengah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ini menjadi salah satu alternatif solusi bagi masyarakat yang sakit. Para Tenaga Kesehatan (nakes) disana, begitu aktif dan responsif melayani berbagai keluhan kesehatan dari masyarakat. Tak hanya itu, sikap ramah dan humanis membuat RS yang berdiri sejak tahun 2012 ini terus memberikan pelayanan terbaik.

Sejak mewabahnya pandemi covid-19, RSU Kota Tangsel sudah berkomitmen membantu program pemerintah untuk menekan angka penyebarannya, khususnya di wilayah Kota Tangsel. Pasalnya, RSU Kota Tangsel selalu kebanjiran pasien Covid-19. Pada awalnya, dari total 18 bed yang diperuntukan untuk pasien Covid-19 hingga IGD, selalu terisi penuh.

Direktur RSUD Kota Tangsel, dr. Umi Kulsum menerangkan, saat itu, RSU Kota Tangsel menerapkan konsep pandemi Covid-19. Dimana semua pelayanan terhadap pasien Covid-19 lebih diprioritaskan. Meski begitu, pihaknya tetap melayani pasien umum.

“Waktu awal konsep pandemi itu, yang sekarang eksisting 130 tempat tidur. Rencananya, optimalisasi 250. Kalau tidak pandemi 297 tempat tidur. Ya, itu untuk seluruh gedung 1, 2, dan 3,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya. Sabtu (11/12/2021)

Menilik Jejak Historis RSU Kota Tangsel

Menilik sejarahnya, Kota Tangsel merupakan daerah otonom yang terbentuk pada tanggal 26 November 2008, berdasarkan Undang-undang nomor 51 tahun 2008 tentang pembentukan Kota Tangsel. Pembentukan daerah otonom tersebut yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

Kota Tangsel memiliki 7 Kecamatan, Luas wilayah 147,19 km2 yang merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut 44 m. Kota Tangsel adalah kota yang batas wilayah sebelah timur berbatasan langsung dengan Kota Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta, batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang dan sebelah utara dengan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.

Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tangsel, yaitu dengan memperbanyak fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kota Tangsel memiliki 29 Puskesmas (Sumber: Kepwal no. 440/kep.122-HUK/2018) yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya masyarakat Kota Tangerang Selatan.

Namun belum sepenuhnya dirasakan dan belum memadai untuk masyarakat Kota Tangsel, dimana kasus rujukan ke Rumah Sakit cukup tinggi, sementara jarak Rumah Sakit Pemerintah dari Kota Tangerang Selatan relatif jauh, seperti RSUP Fatmawati, RSCM, dan lain-lain.

Baca Juga  Kenali dan Waspadai Gejala Tumor Otak

Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangsel pada awal beroperasi (07 April 2010) sampai dengan Maret 2012, RSU Kota Tangsel menggunakan bangunan sementara di wilayah Puskesmas Pamulang Jalan Surya kencana No 01 Pamulang yang diresmikan oleh Gubernur Banten, Hj.Ratu Atut Chosiyah pada tanggal 07 April 2010 yang bertepatan dengan Hari Kesehatan Sedunia dengan nama RSUD As-Sholihin.

RSU Kota Tangsel telah menjadi SKPD dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan.

Optimalisasi Gedung Baru

Direktur Utama Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang Selatan, dr. Umi Kulsum mengungkapkan, pihaknya selalu mengupayakan optimalisasi pelayanan kesehatan di RSU Kota Tangsel. Hal itu dilakukan mengingat akan rampungnya gedung baru, yakni Gedung 3, yang berlokasi di Pamulang.

“Kita melakukan optimalisasi sejumlah pelayanan kesehatan yang ada di Gedung 3 RSUD Tangsel,” ujar dr. Umi saat menghadiri acara tasyakuran Hari Ulang Tahun Kota Tangsel ke-12 di kawasan Serpong, Tangsel.

dr. Umi menjelaskan, secara rinci gedung 3 terdiri dari delapan lantai. Di lantai pertama, terdapat layanan instalasi gawat darurat, instalasi laboratorium, dan instalasi radiologi. Untuk pengoptimalisasian pelayanan tersebut, pihaknya bakal menambahkan sejumlah alat medis yang dibutuhkan.

Di lantai 2, terdapat ruang pelayanan meliputi pediatric intensive care unit (PICU), neonatal intensive care unit (NICU), intensive care unit (ICU), dan high care unit (HCU). Di masing-masing ruangan tersebut, Umi mengatakan akan melakukan optimalisasi jumlah tempat tidur.

Saat ini PICU memiliki tiga tempat tidur, dan nantinya akan dikembangkan dengan kapasitas sembilan tempat tidur. NICU saat ini ada 19 tempat tidur, dan akan dikembangkan sebanyak 31 tempat tidur. Adapun, ICU kondisi saat ini terdapat empat tempat tidur, dan akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 10 tempat tidur. HCU sendiri tersedia empat tempat tidur.

“Lantai 3 akan dimanfaatkan sebagai ruang operasi. Saat ini ada tiga ruang yang nantinya akan dikembangkan sebanyak enam ruang operasi,” kata dr. Umi.

Sementara itu, lantai 4 digunakan untuk ruang tidur. Lantai 5 untuk rawat inap penyakit dalam dan bedah yang saat ini sudah operasional sebanyak 42 tempat tidur. Nantinya akan dikembangkan menjadi sebanyak 52 tempat tidur.

Baca Juga  Kurang Serat Bisa Sebabkan Obesitas

Selanjutnya, lantai 6 digunakan untuk rawat inap anak dan persalinan. Saat ini terdapat 44 tempat tidur yang tersedia, dan akan dioptimalisasi sebanyak 51 tempat tidur.

“Lantai 7 merupakan ruang perawatan VIP atau eksekutif yang nantinya akan ada sebanyak 33 tempat tidur. Lantai 8 ada ruang pertemuan auditorium, kurang lebih nanti berkapasitas 150 orang dipergunakan untuk rapat, pelatihan, atau seminar,” jelasnya.

Berikan Layanan Maksimal di Tengah Pandemi

Ketika memuncaknya kasus positif covid-19 beberapa bulan silam, wilayah Tangsel sempat masuk dalam zona merah. Hal itu tentu menjadi perhatian besar dari Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie.

Menurut Benyamin, Pemerintah Kota (pemkot) Tangsel akan meningkatkan pengawasan dan pemantauan saat pemberlakuan pembatasan kegiatam masyarakat (PPKM).

“Kita tetap mengingatkan kepada masyarakat untuk terus disiplin menerapkan protokol kesehatan, karena hampir semua rumah sakit (RS) di Kota Tangsel sudah hampir penuh akibat lonjakan kasus. Saat ini tenaga medis di Kota Tangsel juga sudah kewalahan dan kelelahan akibat peningkatan kasusnya ini,” kata Benyamin, Rabu (30/6/2021).

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Tangsel dr. Allin Hendalin Mahdaniar meminta semua RS di Tangsel, termasuk puskesmas tidak menolak pasien Covid-19.

“Puskesmas rawat inap diwajibkan untuk tidak menolak pasien Covid-19 sebelum pasien mendapatkan rumah sakit rujukan. Saya juga menghimbau masyarakat diimbau mengecek diri sendiri terlebih dahulu, jangan tergantung puskesmas, dan yang berstatus OTG (orang tanpa gejala) bisa langsung isolasi mandiri,” tutur dr. Allin.

Ketika itu, Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie mengaku kesulitan menambah tempat tidur intensive care unit (ICU) khusus penanganan pasien Covid-19. Ketika itu, dalam waktu dekat belum akan ada ruang ICU baru untuk merawat pasien Covid-19 karena saat ini seluruhnya sudah terisi.

“Kami agak kesulitan menambah ruang ICU di rumah sakit yang ada di Kota Tangerang Selatan,” ujar Benyamin di Rumah Dinas Wali Kota Tangsel, Selasa (6/7/2021).

Dalam keadaan dan situasi seperti ini, RSU Kota Tangsel juga kebanjiran pasien covid-19, dari IGD hingga kamar semuanya penuh. Dari total 18 bed yang diperuntukan untuk pasien Covid-19 hingga IGD, sudah terisi penuh.

Baca Juga  Gandeng PT Kalbe Farma, PBMA Menes Gelar Pengobatan Gratis

Direktur RSU Kota Tangsel, dr.Umi Kulsum mengatakan, seluruh pasien Covid-19 berada di Gedung 1. “Jadi konsepnya IGD Covid-19 dan rawat inap Covid-19, itu di Gedung 1. Yang positif saat ini 18 bed,” ujar dr. Umi.

Saat ini RSU Kota Tangsel menerapkan konsep pandemi Covid-19. Di mana semua pelayanan terhadap pasien Covid-19 lebih diprioritaskan. Meski begitu, RSU Kota Tangsel tetap melayani pasien umum, karena prinispnya adalah bagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

“Konsep pandemi itu, yang sekarang eksisting 130 tempat tidur. Rencananya, optimalisasi 250. Kalau tidak pandemi 297 tempat tidur. Ya, itu untuk seluruh gedung 1, 2, dan 3. Untuk sekarang full pasien,” jelas Umi.

Di tengah tingginya jumlah pasien, RSU Kota Tangsel sempat mengalami kekurangan tenaga kesehatan (nakes) untuk melakukan perawatan. Hal ini terjadi, karena ada nakes yang mengundurkan diri dan terpapar COVID-19.

Kepala Bagian Tata Usaha RSU Tangsel, Khusnul Amanah mengatakan, RSUD Tangsel hanya bisa menampung 63 pasien COVID-19 dan selalu penuh. Tidak jarang, terjadi antrean hingga berjam-jam demi mendapatkan pelayanan.

“Yang kurang perawat dan analis laboratorium. Sementara ini, kami mengurangi kapasitas rawat inap non COVID-19. Namun problem ini bisa teratasi dengan menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan,” katanya. Kamis (5/8/2021).

Menambah Sarana Prasarana

Angka penyebaran COVID-19 di Kota Tangsel mulai mengalami penurunan. Kondisi itu terlihat dari mulai dikuranginya kapasitas tempat tidur rawat inap pasien COVID-19 di RSU Kota Tangsel.


Khusnul Amanah mengatakan, pihak rumah sakit sedang membahas strategi penambahan bed untuk pasien rawat inap non-COVID-19. “Kami masih bahas, seiring menurunnya pasien COVID-19,” katanya.

Dia menjelaskan, saat kasus COVID-19 di Kota Tangsel tinggi, kapasitas bed rawat inap non-COVID-19 sempat dikurangi, dari semula 93 bed menjadi 73 bed. Sedang bed isolasi khusus untuk pasien COVID-19 ada 55 bed.

Sebelumnya, RSUD Kota Tangsel sempat kewalahan menangani pasien COVID-19 yang membeludak. Kesulitan itu makin bertambah, saat banyak tenaga kesehatan (nakes) yang mengundurkan diri dan terpapar COVID-19.

Namun, semua problem tersebut bisa diatasi dengan baik, karena RSU Kota Tangsel selalu berkomitmen untuk melakukan yang terbaik bagi masayarakat Kota Tangsel.(Iman)