Seminar Internasional Bertajuk Moderasi Beragama, FU UIN Jakarta Gandeng Al-Azhar University

oleh
oleh -

Majalahteras.com – Seminar Internasional kembali digelar, kali ini Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersinergi dengan Al-Azhar University. Seminar ini dilaksanakan secara offline di di Room Theatre H.A.R. Partosentono, Gedung FU Lantai.4. Rabu (15/6/2022).

Bertajuk “Pemahaman Moderasi Beragama”, Seminar Internasional ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada dosen dan mahasiswa Fakultas Ushuluddin tentang pentingnya semangat moderasi beragama, untuk mewujudkan bangsa yang penuh damai dengan semangat toleransi.

Seminar ini dihadiri oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Amany Lubis, MA, Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. Yusuf Rahman, MA, Guru Besar Fakultas Ushuluddin Prof. Kusmana, M.Ag, Ph.D, dan Prof. Dr. M. Amin Nurdin, MA, delegasi dari Al-Azhar University Mesir, yakni Syeikh Ali Ibrahim Abdullah, Syeikh Dr. Fathallah Muhammad, Syeikh Dr. Syauqi Al-Atthar, dan Syeikh Muhammad Salim Amir.

Seminar Internasional ini diawali oleh lantunan ayat suci Al-Quran yang dibawakan oleh Syeikh Muhammad Salim Amir, dan dimoderatori oleh Dr. Ahmad Ridho, DESA dan Khairul Insan, M.S.I.

Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. Yusuf Rahman, MA, dalam sambutannya mengatakan, hampir semua nama Fakultas dan Program Studi yang ada di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta ini sebagian besar mengikuti nama Fakultas dan Program Studi yang ada di Al-Azhar University.

Baca Juga  Kesejahteraan Guru Honorer Perlu Perhatian

“Moderasi atau Ummatan Wasathan ini termasuk ayat yang secara eksplisit disebutkan dalam Al-Quran dan untuk menunjukkan pentingnya tema moderasi beragama ini. Apalagi di dalam kondisi kita sekarang ini maraknya aksi terosisme dan radikalisme. Kita berharap para dosen dan mahasiswa bisa mengambil pelajaran dan mengiplementasikannya dari apa yang akan dijelaskan di dalam seminar. Semoga kita bisa ikut serta dalam menwujudkan moderasi beragama dan Indonesia yang damai,” jelasnya sekaligus membuka acara.

Guru Besar Fakultas Ushuluddin, M. Amin Nurdin mengatakan, saat ini kita hidup di dunia yang semakin kompleks dan berbahaya.

“Umat manusia masih dirundung perselisihan etnis dan agama, intoleransi dan prasangka, kesalahpahaman dan miskomunikasi, dan kekerasan antarnegara dan intra-negara. Persepsi yang terpolarisasi dan perasaan ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang meluas sering menyebabkan kekerasan dan konflik, mengancam perdamaian dan konflik internasional,” jelasnya ketika menyampaikan materi tentang “Moderasi Beragama”.

Baca Juga  Napi di Lapas Serang Jalani Pembinaan Pramuka

Konsep moderasi, Ia melanjutkan, adalah masalah yang kompleks karena tidak terlepaskan dengan masalah agama, sosial budaya, ekonomi, dan politik.

“Untuk itu perlu didekati secara sosiologis dan teologis. Secara teologis Tuhan tidak menciptakan manusia bercorak homogen (tunggal/seragam). Dan ini merupakan kehendak Tuhan dan sudah menjadi sunnatullah. Karakter Islam Indonesia adalah moderat, inklusif, dan toleran. Islam di Indonesia sangat kompatibel dengan kemoderenan, demokrasi, dan fenomena lain dari dunia kontemporer. Meski telah berjalan selama 2 dekade terakhir, Islam tetap toleran dan inklusif sebagai karakter mainstream Islam di Indonesia,” paparnya.

Ketua Delegasi dari Al-Azhar University Mesir, Syeikh Ali Ibrahim Abdullah mengatakan, Wasathiyah ibarat pohon yang kita berteduh di bawahnya, yang menjaga dari radikalisme, ektrimisme dan jenis-jenis kekerasan lainnya.

“Padahal agama mengajarkan bersikap lembut, damai kasih sayang, namun banyak kita saksikan di media, kekerasan dimana-mana. Wasathiyyah manhaj syar’i dan mathlab hadhori, bukan karangan manusia. Maka Hendaknya setiap muslim menunjukkan kelembutan dan kasih sayang yang merupakan hakikat syariat Islam. Manhaj wasathiyyah bukan hanya dalam Al-Quran, namun juga dalam sikap dan akhlak Rasulullah,” ujarnya.

Baca Juga  Brantas Hoaks, Pemuda Muhammadiyah Laporkan Situs ke Polisi dan Kominfo

Syeikh Dr. Fathallah Muhammad juga menjelaskan, wasathiyyah banyak disebutkan dapam Al-Quran baik secara tersurat maupun tersirat, dan juga sudah diaplikasikan dalam pergaulan dan keseharian Rasulullah.

“Diantara bentuk teladan Rasulullah tentang wasathiyyah adalah keputusan terhadap tawanan Perang Badar. Nabi pun bermusyawarah dengan para sahabat. Abu Bakr berkata: bebaskan dengan tebusan. Umar berkata: mereka mendustakan, menzhalimi dan menyakiti kamu, maka bunuh mereka. Dan Rasulullah memilih pendapat Abu Bakr dengan memaafkan mereka,” jelasnya.

Senada dengan para narsum sebelumnya, Syeikh Dr. Syauqi Al-Atthar mengatakan, Agama Islam sangat jelas, ajaran yang begitu damai dan mengutamakan persaudaraan.

“Adapun wasathiyyah adalah mengikuti agama dan syariat yang Allah turunkan, dengan penuh ketaatan dan ketundukan,” pungkasnya.
Diakhir acara, dilakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Dekan Fakultas Ushuluddin Yusuf Rahman dan ketua delegasi Al-Azhar University Mesir Syeikh Ali Ibrahim Abdullah sebagai tanda kerjasama dari kedua belah pihak.@Iman