Majalahteras.com – Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melonjak secara signigikan sejak awal perdagangan hari ini, Kamis (7/10/2021), hal tersebut dipengaruhi oleh aksi beli bersih oleh investor asing dan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.05 WIB, saham UNVR melesat tinggi 16,86% ke Rp 4.990/saham, melanjutkan kenaikan dalam 3 hari terakhir. Nilai transaksi saham UNVR mencapai Rp 588,8 miliar, tertinggi di bursa. Sementara volume perdagangan mencapai 128 juta saham.
Di tengah kenaikan saham UNVR, asing melakukan beli bersih Rp 152,3 miliar, terbesar di BEI pagi ini.
Dengan ini dalam sepekan saham UNVR terkerek naik 26,33%, sementara dalam sebulan melesat 21,95%. Namun, secara year to date (ytd), saham UNVR masih ambles 32,11%.
Adapun nilai kapitalisasi pasar UNVR mencapai Rp 190,37 triliun pagi ini.
Kenaikan saham UNVR berbarengan dengan saham barang konsumer non-siklikal lainnya, seperti saham produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang masing-masing naik 7,91% dan 7,19%.
Duo saham Indofood, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga naik masing-masing 1,89% dan 1,41%. Saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) juga terkerek 4,72%.
Berkat lonjakan saham-saham tersebut, indeks saham sektor barang konsumer non-siklikal melonjak 4,35%, memimpin di antara indeks sektoral lainnya di tengah IHSG menguat 0,61% ke 6456,69.
Mengenai kinerja keuangan, laba bersih UNVR per Juni tercatat sebesar Rp 3,05 triliun, turun 15,75% dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,62 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat ini (23/7), penurunan laba bersih seiring dengan koreksi pendapatan di periode 6 bulan ini. Pendapatan UNVR tercatat Rp 20,18 triliun, turun 7,30% dari Juni 2020 sebesar Rp 21,77 triliun.
Penjualan dalam negeri mencapai Rp 19,29 triliun, turun dari Rp 20,77 triliun, sementara ekspor juga turun menjadi Rp 888,11 miliar dari Rp 1 triliun
Penjualan kepada pihak terafiliasi terbesar yakni ke Unilever Asia Private Limited, Unilever (Malaysia) Holdings Sdn Bhd, Unilever Philippines, Inc., Unilever EAC Myanmar Company Limited, Unilever Australia Ltd, dan Unilever Thai Trading Limited.
Perseroan mencatatkan laba bruto Rp 10,25 triliun, juga turun dari sebelumnya Rp 11,18 triliun, sementara harga pokok penjualan turun menjadi Rp 9,93 triliun dari Rp 10,59 triliun.
Adapun beban pemasaran dan penjualan berhasil diturunkan menjadi Rp 4,22 triliun dari sebelumnya Rp 4,29 triliun.
Per Juni, jumlah aset tercatat Rp 20,27 triliun, dari Desember 2020 Rp 20,53 triliun di mana kas dan setara kas berkurang drastis menjadi Rp 526,36 miliar dari Desember 2020 sebesar Rp 844,08 miliar.
Total kewajiban mencapai Rp 16,26 triliun dari Desember 2020 Rp 15,59 triliun, dengan ekuitas Rp 4,01 triliun dari Desember 2020 Rp 4,94 triliun.
Ira Noviarti, Presiden Direktur Unilever Indonesia, menyampaikan bahwa pertumbuhan pasar FMCG (Fast Moving Consumer Goods) belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19. Ini yang menyebabkan konsumen masih berhati-hati dalam memilih pola konsumsi di beberapa kategori basic.
“Berbagai tantangan tersebut tentunya mempengaruhi tingkat pertumbuhan dari perseroan. Kondisi ini juga ditambah dengan kenaikan harga komoditas yang mulai mempengaruhi biaya produk,” kata Ira, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat ini (23/7). (*/cr2)
Sumber: cnbcindonesia.com