Dari coba-coba akhirnya malah keterusan. Begitulah perilaku para remaja yang awalnya hanya ikutan tren mencoba rokok elektrik (vape), akhirnya malah menghisap rokok tembakau.
Hal itu tercermin dalam sebuah survei di AS tahun 2014. Selain malah keterusan merokok tembakau, para remaja yang sudah terbiasa merokok tradisional dan mencoba vape juga akhirnya tak tertarik untuk berhenti merokok.
Hasil studi tersebut menunjukkan bukti kuat antara rokok elektrik beraroma dengan kerentanan untuk tetap merokok. “Di antara orang yang tak pernah merokok, pemakai rokok elektrik cenderung lebih tertarik untuk mencoba rokok tembakau,” kata Hongyung Dai, peneliti.
Survei yang dilakukan Dai itu menggunakan data National Youth Tobacco Survey yang melibatkan anak-anak kelas 6-12 di 50 negara bagian. Sekitar 22.000 anak mengisi kuesioner survei yang menanyakan tentang penggunaan rokok elektrik dalam 30 hari terakhir.
Dalam survei itu juga ditanyakan tentang penggunaan rokok tembakau saat ini, riwayatnya dan ketertarikan di masa datang.
Sekitar tiga perempat anak mengaku tidak pernah merokok. Namun, sekitar 3 persen dari yang tidak pernah merokok tembakau pernah menggunakan rokok elektrik paling tidak satu kali dalam sebulan terakhir.
Hampir separuh dari pengguna rokok elektrik itu mengatakan mereka memilik rasa mint, permen, buah, alkohol, atau cokelat. Secara umum, hampir 60 persen pengguna rokok elektrik memilih yang memiliki aroma dan rasa.
Walau tidak pernah merokok tembakau, tapi 58 persen remaja yang sudah mencoba rokok elektrik mengaku tertarik untuk mencoba rokok tembakau.
Memang hasil survei itu tidak menunjukkan apakah rokok elektrik memang pintu masuk rokok tembakau. Tetapi, memang ada kecenderungan dari pengguna rokok elektrik untuk merokok tradisional.
Beda usia memang berbeda pula alasannya mencoba rokok elektrik. Pada kelompok yang lebih tua, mereka memilih rokok elektrik untuk berhenti merokok.