RM Margono Djojohadikoesumo Dinilai Berjiwa Besar dan Patriotik

oleh
oleh -

JAKARTA – Kebesaran hati dan membelakangkan ambisi pribadi menjadi cermin seorang patriotik dan jiwa besar seorang Kusuma bangsa.

Firdaus Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) pusat menceritakan bagaimana sosok RM Margono Djojohadikoesumo dengan legowo menyerahkan Bang sentral bentukan hindia Belanda sebagai Bank Sentral Indonesia, dan mengkesampingkan BNI yang di gagas nya.

“RM Margono Djojohadikoesumo pendiri Bank Negara Indonesia, yang sempat menjadi bank sentral negara Indonesia, dengan legowo menyerahkan kebijakan penetapan Bank Sentral Indonesia ke Bank bentukan hindia belanda,” paparnya.

Baca Juga  SMSI Pusat, Mengapresiasi Keberhasilan Kemendagri

Lebih lanjut ia mengatakan, peran RM Margono Djojohadikoesumo bukan hanya dibidang ekonomi, tapi juga terlibat langsung dalam perumusan kemerdekaan Republik Indonesia bersama Badan Persiapan Panitia Kemerdekaan Indonesia (BPPKI), untuk itu RM Margono Djojohadikoesumo dinilai pantas menyandang gelar pahlawan Nasional.

Sementara itu Dewan pakar SMSI Pusat, Buyung Wijaya Kusuma dalam kesempatan tersebut memaparkan bahwa RM Margono Djojohadikoesumo mendirikan Bank Negara Indonesia pada tahun 1946.

Baca Juga  Pembukaan Giat Karya Bhakti TNI Satkowil, Ini Kata Walikota Serang

“Dari tahun 1946 sampai 1949 BNI menjadi Bank Sentral Indonesia, kemudian pada tahun 1949 posisi Bank BNI digeser dari status Bank Sentral Indonesia sesuai hasil perjanjian Linggarjati antara Indonesia dengan Belanda,” paparnya.

Ia juga menjelaskan, bagaimana perjuangan RM Margono Djojohadikoesumo dalam kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk paska kemerdekaan, dan harus membangun negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Baca Juga  Kemenkumham Malut Gelar Verifikasi Data Lapangan Survei Integritas dan Kepuasan Masyarakat pada Lapas Jailolo

“Dalam kondisi keterpurukan ekonomi setelah kemerdekaan, Ia harus menggagas pembentukan Bank Sentral untuk memperbaiki tata kelola keuangan negara, hingga bisa mencetak uang sendiri yang diakui secara internasional,” papar Buyung dalam penyampaian materi diskusi. (Iwan)