MAJALAHTERAS.Com – Semua orang tahu jika sampah adalah material yang tidak mungkin habis sepanjang masa. Bahkan jumlahnya yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu karena sampah merupakan konsekuensi dari aktivitas manusia yang tidak mungkin bisa dihindari. Melihat penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 250 juta jiwa, maka sampah yang dihasilkannya pasti akan sangat banyak.
Sejatinya pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan volume sampah yang dihasilkan. Fakta di lapangan terjadinya penumpukan tanpa solusi pengolahan yang terintegrasi. Selain itu tingkat inovasi dan kemauan dalam mengelola sampah dengan cara modern masih sangat kurang. Diperlukan konsep baru dalam mengenalkan teknologi dalam mengelola sampah, salah satunya Waste to Energy (WTE).
Konsep Waste to Energy (WTE) adalah paradigma baru yang mengatakan bahwa sampah adalah sahabat, bukan barang buangan yang tidak bernilai. Konsep ini memungkinkan transformasi sampah menjadi energi yang berguna bagi masyarakat luas.
Konsep ini terdiri atas metode biochemical dan biothermal, lebih rinci lagi biochemical terdiri atas lanfill dan anaerobic digester sedangkan biothermal terbagi menjadi tiga yaitu insenerasi, gasifikasi dan pirolisis. Pemilihan teknologi didasarkan pada keuntungan dan kerugian dari setiap proses.
Kota Jambi terpilih bagi proyek percontohan pengolahan sampah menjadi energi. Pilot project Integrated Resource Recovery Center (IRRC) Waste to Energy (WTE) yang telah dilaksanakan groundbreaking-nya pada September tahun lalu, diresmikan oleh Wali Kota Jambi pada Senin pagi (29/1).
Turut hadir pada peresmian tersebut Secretary General UCLG ASPAC Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi, perwakilan UNESCAP Curt Gariggan, Project Coordinator UNESCAP Mr. Rahul Teku Vaswani, Direktur Waste Concern (Bangladesh) Magsood Sinha, Sekretaris Ditjen PSLB3 KLHK Drs. Ade Palguna, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Ir. Sudirman, Deputi Gubernur Prov DKI Dr. Oswar Mungkasa, Bupati Probolinggo, Wakil Wali Kota Surakarta, dan perwakilan dari berbagai kota/kabupaten di Indonesia.
IRRC-WTE sejatinya merupakan project hibah dari UNESCAP (United Nations Environmet and Commision for Asia and the Pacific) yang bermitra dengan UCLG-ASPAC (United Cities And Local Governments Asia Pasific). Project tersebut dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di Kota Jambi dan Kabupaten Malang.
Tujuan utamanya adalah menjadikan Kota Jambi sebagai percontohan dalam mengelola masalah sampah secara modern, berbiaya rendah (murah), ramah lingkungan, berpihak kepada masyarakat miskin, dan bernilai ekonomis bagi masyarakat. Manajemen pengolahan limbah yang ada di Kota Jambi ini memiliki manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar, berupa energi gas dan listrik yang dapat dimanfaatkan masyarakat secara cuma-cuma.
Keberhasilan Kota Jambi meraih kepercayaan terhadap pilot project tersebut menyisakan kisah yang panjang dan penuh determinasi. Komitmen dan kesungguhan Wali Kota Fasha dalam membangun manajemen persampahan berwawasan lingkungan yang dilakukan secara berkelanjutan di Kota Jambi, menggugah lembaga asing untuk menaruh kepercayaan penuh bagi Kota Jambi.
Setidaknya apresiasi tersebut yang terlontar dari pernyataan Secretary General UCLG ASPAC Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi, yang mengungkapkan bahwa Wali Kota Jambi memiliki komitmen tinggi dalam membangun kota dengan konsep berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
“Kota Jambi telah melalui perjalanan panjang untuk meraih project ini. Ini adalah yang pertama di Indonesia. Saya bangga dengan komitmen Wali Kota yang mau berjuang untuk meraih project ini dan akan mengembangkan project ini diberbagai tempat di Kota Jambi. Kita ingin IRRC tidak hanya ada di Kota Jambi, namun diseluruh Indonesia dan Asia Pasifik. Harapan kita Kota Jambi menjadi contoh bukan hanya di Indonesia namun juga dunia. Semoga yang dilakukan oleh Kota Jambi dapat direplikasi oleh seluruh pemda di Indonesia,” sebutnya.
Senada dengan Dr. Bernadia Irawati, perwakilan UNESCAP Curt Gariggan mengungkapkan hal yang sama. Ia turut memberikan apresiasinya atas komitmen Pemerintah Kota Jambi dibawah kepemimpinan Wali Kota Fasha.
“Project yang diimplementasikan di Kota Jambi dan Malang ini adalah hasil kerjasama yang baik yang telah terjalin selama 3 tahun ini antara UNESCAP, UCLG ASPAC, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kota Jambi. Saya ucapkan terima kasih kepada Wali Kota Jambi Syarif Fasha yang sangat visioner dan memiliki komitmen yang kuat mengimpelentasikan pelaksanaan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Saya harap Pemerintah Kota Jambi dapat mereplikasikan project ini kepada daerah lain di Indonesia,” ungkap Curt Gariggan.@TINIK