Oleh: Drs. H.A. Taufik Nuriman, MM, MBA
Hidup itu sementara. Ia harus digunakan untuk mencari sebanyak-banyaknya bekal untuk menghadapi akhirat yang selamanya. Karenanya, memperbanyak sembari memperbaiki kualitas amal shaleh amatlah penting untuk dikerjakan di sepanjang jenak kehidupan.
Apalagi selepas mati, hanya tiga amal yang bermanfaat untuk seseorang; ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, dan doa anak yang shaleh bagi kedua orang tuanya. Ketiga amalan inilah yang harus senantiasa diproduksi sepanjang hari agar kelak kita bisa memanennya di Hari Kiamat.
Amal saleh adalah bekal yang akan dibawa seseorang ketika keluar dari kehidupannya di dunia dan akan dirasakan buahnya di kehidupan akhirat nanti. Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga hal yang akan mengiringi orang yang meninggal dunia, yang dua akan kembali dan yang satu akan terus bersamanya. Keluarga, harta, dan amalnya akan mengiringinya, namun keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan bersamanya.”
Maka manfaatkanlah usia yang sebentar dengan beragam proyek menuntut ilmu dan menyebarkannya kepada orang-orang yang kita cintai dan masyarakat sekitar. Ikhlaslah dalam mengupayakannya. Dan, wakafkan diri sepanjang hayat dikandung badan untuk mengamalkannya.
Sebab satu ilmu yang dipraktikkan dengan sempurna di sepanjang kehidupan sehingga menjadi amalan unggulan, adalah lebih baik dari jutaan teori yang justru membuat pemiliknya semakin jauh dan ingkar kepada Allah Ta’ala.
Jika berilmu, maka kita akan mengetahui waktu dan amalan apa yang paling tepat. Misalnya; sebelum hingga Subuh dimanfaatkan dengan dzikir, tilawah, dan perbanyak istighfar. Setelah Subuh, dilanjutkan dengan dzikir pagi dan keutamaan lainnya.
Siang hari, di sela-sela kerja, sebagai salah satu bentuk rehat yang paling bagus; maka ia bergegas mendirikan Dhuha, kemudian melakukan tidur siang sesaat sebelum Dhuhur sebagai salah satu sunnah Nabi, dan seterusnya.
Semua itu, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berilmu. Sehingga, tak ada masa yang sia-sia. Bagi orang yang berilmu, setiap jenak adalah peluang untuk perbanyak amal shaleh guna mengumpulkan bekal kehidupan di akhirat kelak.
Allah Subhanahu wata’ala juga telah memberitakan di dalam banyak ayat-Nya bahwa amalan yang dilakukan seseorang dicatat oleh malaikat dan di akhirat nanti akan diberikan catatan amalannya serta akan ditimbang dengan timbangan keadilan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran, maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Q.S al-A’raf: 8—9).
Yang patut dicatat, ada amalan-amalan penghapus pahala. Jika amalan ini dikerjakan di akhir hayat, maka amalan setinggi gunung atau sebanyak air di samudera, bisa habis sebab satu amalan itu. Misalnya, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu sabdanya yang berstatus Hasan Gharib ini:
“Sungguh, ada orang yang melakukan kebaikan selama tujuh puluh tahun, tetapi ia berwasiat dan zhaim dalam wasiatnya, lalu menutup usianya dengan kejelekan amalnya sehingga ia dimasukkan ke dalam neraka. Dan sungguh, ada orang yang melakukan keburukan selama tujuh puluh tahun, lalu ia adil dalam wasiatnya, dan menutup usianya dengan kebaikan amalnya, sehingga ia dimasukkan ke dalam surga” (Hr. Imam Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah).
Hendaklah berhati-hati dan wasapada; jangan berhenti beramal dengan ikhlas hingga ajal menjemput. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari akhir yang buruk, dan menjadikan kita akhir yang baik dalam kehidupan. Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menjadikan kita semua orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Wallahu a’lamu bish-shawab. Aamiin…