Majalahteras.com – Kegiatan sosial dalam bidang pendidikan ini merupakan perpanjangan dari salah satu program KKN UGM di Lombok Tahun 2010. Ada satu program yang seharusnya dijalankan yaitu reservoir air namun tidak berjalan dengan lancar karena terhambat support dari beberapa kalangan masyarakat. Lalu diputuskanlah untuk membuat perpustakaan dengan penggalangan donasi buku yang dilakukan lokal di Jogja.
“Harapan kami waktu itu tidak banyak, kami butuh sekitar 200 buku untuk membuat 1 perpustakaan. Namun ternyata yang datang pada kami lebih dari 1000. Dan kami membuat 6 perpustakaan sekaligus disana,” ungkap Eny Susilowati, Youth and Peace Building Enthusiast.
Sejak saat itu, kami percaya bahwa orang baik itu masih ada dan kita semua harus bersinergi bersama.
Kegiatan ini diteruskan berangkat dari hobi seluruh anggota komunitas ini yang suka travelling dan merasa bahwa seharusnya hobi ini tidak hanya menjadi hobi yang ‘sia-sia’ jika bisa serta merta melakukan sesuatu di dalamnya.
“Jadi kami memilih untuk partisipasi dalam mewujudkan pemerataan pendidikan dengan cara men-support amunisi buku di perpustakaan yang akan kami buat di seluruh penjuru Indonesia,” lanjutnya.
Dara yang kini aktif membuat program developing untuk young people berbasis softskills, memiliki keyakinan bahwa bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar dalam arti sesungguhnya.
“Saya adalah orang yang sangat optimis bahwa suatu hari nanti Indonesia akan berubah menjadi negara yang baik, besar dan maju serta bisa berkompetisi aktif dalam dunia internasional,” ungkap Eny Susilowati, aktivis kemanusiaan Universitas Gadjah Mada.
Berangkat dari keyakinan tersebut, lanjut Eny, kami memutuskan untuk turut serta dan mengambil bagian pada part apapun yang bisa kami lakukan guna mewujudkan cita-cita tersebut. Dan ini salah satu dari sekian banyak cara yang bisa kami lakukan.
Ada beberapa program utama yang dilakukan Eny dkk. Pertama, Sekolah Berjalan; kegiatan bermain sambil belajar yang dilakukan 1x sebulan di sekolah-sekolah di Yogyakarta yang letaknya sedikit jauh dari kota. Bekerja sama dengan sekolah SD, kami datang dan sharing beberapa hal dengan adik-adik yang ada disana dengan mengemas menjadi game. Kedua, Hari Kumpul Buku; kegiatan yang merupakan salah satu movement untuk mewadahi siapa saja yang ingin berdonasi buku tetapi tidak tahu harus menyerahkannya kemana, kapan dan dimana. Kegiatan ini dilakukan 1x sebulan, di minggu terakhir setiap bulannya.
“Semua buku nantinya akan kami pilah, buku untuk anak-anak akan kami bawa dalam project perpustakaan dan yang di luar itu, akan kami open jika ada komunitas lain/tim KKN yang membutuhkan,” jelas Eny.
Ketiga, Voluntourism; kegiatan yang menggabungkan antara konsep Voluntary dan Tourism. Ini adalah satu bentuk fund raising kami. Disini kami membuka program live in berbayar selama 5 hari 4 malam dengan peserta bisa melakukan kegiatan bersama warga sekitar dan mengajar anak-anak di SD yang ada di lokasi voluntourism. Kegiatan ini dilakukan 6 bulan sekali. Keempat, Project Perpustakaan; Project ini dilakukan selama kurang lebih 10 hari. Volunteer akan menginap di lokasi project dan tinggal di rumah warga, bekerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat disana untuk membuat perpustakaan untuk anak-anak mereka. Perpustakan bisa dibuat di sekolah dan atau di rumah warga. Lokasi project sudah ditentukan bersama dan disurvey terlebih dahulu segala kondisi di dalamnya. Kegiatan ini dilakukan 1x 4 bulan.
“Sejujurnya, kendala dalam melakukan kegiatan ini hampir tidak ada. Hanya saja di project terakhir di Papua, kami terkendala medan yang curam, cuaca yang ekstreem dan kondisi keamanan daerah setempat yang membuat kami pulang lagi ke Jawa setelah menunggu 2 minggu disana. Program terpending dan baru bisa dilanjutkan 1-2 bulan setelahnya,” ungkapnya.
Masyarakat, lanjut Eny, sangat support dan menyambut baik program kegiatan tersebut. Tak jarang masyarakat memberikan pertolongan berupa tempat tinggal dan beberapa fasilitas yang mendukung kelancaran program ini.
“Kami membuka donasi dalam bentuk apapun dan melibatkan semua orang dengan peran apapun. Kami sedang bekerja sama dengan artis dan desainer muda Yogyakarta untuk membuat desain yang nantinya akan kami konversikan menjadi merchandise (kaos, tote bag, notebook) yang kami jual untuk menggalang dana. Atau, kami membuat crowd funding di sosial media dan melibatkan seluruh relasi untuk bantu menyebarkannya. Selebihnya, ada beberapa donatur yang kemudian datang dengan sendirinya dengan cara-cara tak terduga. Mereka memberi kami donasi dalam bentuk buku dan atau uang,” ungkap Eny.
Cita-cita besar, Eny menambahkan, bisa akan terwujud dengan memulai satu langkah kecil di awalnya, bukan? Harapan saya semoga sejak hari ini dan seterusnya semakin banyak lagi manusia, khususnya anak muda yang mau terlibat aktif dan positif dalam memajukan Indonesia. Apapun itu cara dan bidangnya. Karena jika bukan kita yang membangun optimisme itu, lalu, siapa lagi?(man)***