Guru dan Murid
Setelah melewati rentang masa sekian panjangnya, dan manusia sudah menyebar ke pelosok dunia, barulah ada pengkajian proses pernyataan antarmanusia melalui lisan. Pengkajian dimaksud, kira-kira, 500 tahun sebelum masehi (SM), di Yunani. Objek pengkajiannya, disebut rethorike.
Setelah berkembang di Romawi, rethorike disesuaikan dengan bahasa setempat, bahasa Latin, jadi rethorika. Dalam bahasa Inggris, rethoric. Dalam bahasa Indonesia disebut retorika.
Yunani bisa disebut sebagai tempat pertama pengkajian proses pernyataan antarmanusia, yang disebut rhetorika itu. itu. Tokoh peletak dasar retorika adalah Corax (guru) dan Tisias (murid), di Kota Syracuse (Sisilia). Mereka dikenal sebagai perintis retorika, terutama – ketika itu – dibutuhkan di pengadilan. Guru dan murid ini menyusun struktur pidato (orasi), sebanyak lima bagian, terdiri dari pendahuluan, narasi, argumentasi, sangagahan, dan penutup.
Sekolah Retorika
Tokoh penting lain dalam retorika adalah Gorgias (485 – 380 M). Gorgias seorang Sofis yang mempopulerkan retorika di Athena, lalu membuka sekolah pertama retorika.
Gorgias menulis buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau tentang Alam (On Not Being or On Nature). Gorgias kemudian meninggalkan filsafat setelah menulis buku itu, dan kembali menekuni retorika. Padahal; dia menguasai kedua-duanya. Lalu, apakah ini isyarat dari seorang ilmuwan, bahwa seseorang harus fokus dan spesialisasi dalam penguasaan cabang ilmu.
Dalam berfilsafat, tampaknya, Gorgias tak mengajarkan nilai-nilai tertentu, semua serba relatif. Apa yang bernilai bagi laki-laki, seperti dicontohkannya sendiri, belum tentu bernilai bagi perempuan, dan sebaliknya.
Bagi Gorgias, yang penting adalah meyakinkan tentang sesuatu hal. Maka, bagi Gorgias, retorika adalah seni untuk meyakinkan orang lain, sehingga orang lain itu mengikuti sang orator.
Bagian inilah yang sampai kini jadi anutan para politisi, para calon pejabat publik seperti presiden. Mereka berkampanye, berpidato untuk meyakinkan khalayak agar memilihnya saat penggunaan hak pilih.
Filsafat Sofisme, apakah pandangan Gorgias sendiri? Atau, pandangan kaum Sofis, yang Gorgias salah seorang pendirinya? Pandangan Gorgias atau pandangan Kaum Sofis mendapat kritik tajam dari Protagoras dan Socrates (469 – 399). Retorika, bagi Protagoras, untuk keindahan bahasa. Bagi Socrates, retorika untuk kebenaran dengan jalan dialog. Isocrates dan Plato menyebut betapa pentingnya retorika sebagai persiapan seseorang jadi pemimpin.
Tradisi Teori Komunikasi
Dalam wilayah ilmu komunikasi, retorika termasuk tujuh tradisi teori komunikasi (Littlejohn dan Foss, 2008 : 34), di samping enam tradisi teori komunikasi lainnya (Semiotika, Fenomenologi, Sibernitika, Sosiopsikologi, Sosiokultural, Kritis, dan Retorika). Littlejohn menyebut ketujuh tradisi teori komunikasi itu sebagai Robert Craig’s model – karena memang Craig-lah yang memetakannya.
Retorika dalam tradisi teori komunikasi zaman kini sama dengan pengertian retorika zaman baheula (zaman Yunani). “Dan, komunikasi sebagai disiplin ilmu. bahkan baru dianggap ada setelah munculnya retorika” (Morissan dan Andy Corry, 2009 : 44). Awal ilmu komunikasi, memang, dari tradisi lisan dulu, dari pernyataan antaramanusia melalui lisan. (Dean Al-Gamereau)