Pemerintah Berkomitmen Remajakan Perkebunan Karet 50.000 Hektare

oleh
oleh -
Ilustrasi Net

Majalahteras.com – Pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan peremajaan (replanting) karet alam hingga 50.000 hektare per tahun sebagai salah satu kebijakan yang dicapai dalam pertemuan antarnegara produsen karet alam dunia.

“Karet sebenarnya belum pernah dilakukan peremajaan secara sistematik sejak ditanam 100 tahun yang lalu. Pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mulai melakukan peremajaan ini. Ke depan kita akan menggiring sampai 50 ribu hektare,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pada konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Senin (25/2).

Ia menjelaskan bahwa replanting karet alam menjadi kebijakan yang diambil untuk jangka panjang dari hasil pertemuan khusus International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi tiga negara produsen karet, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Baca Juga  Lapas Perempuan Tangerang Gelar RAT dan Pemilihan Pengurus KPPDK

Menko Darmin menjelaskan bahwa program peremajaan perkebunan karet telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian, namun baru mencapai sekitar 6.000 hektare dari total lahan perkebunan karet Indonesia mencapai 3,6 juta hektare.

Oleh karena
itu, pemerintah akan melakukan percepatan peremajaan perkebunan karet sehingga bisa mencapai 50.000 hekare per tahun.

Peremajaan karet alam melalui Supply Management Scheme (SMS) telah disepakati tiga negara produsen utama karet dunia yang tergabung dalam (ITRC).

Baca Juga  Kodim 0602/Serang Gelar Binkom Cegah Konflik Sosial

Tidak hanya Indonesia, Thailand berencana mengoptimalkan replanting pohon karet sebesar 65.000 hektare per tahun, sedangkan Malaysia sebesar 25.000 hektare per tahun

Skema SMS ini berperan penting dalam pencapaian titik keseimbangan antara supply dan demand karet alam dengan mengakselerasi penanaman kembali (replanting) karet alam.

Untuk mencegah agar tidak terjadi kelebihan pasokan (oversupply) di kemudian hari, Pemerintah Indonesia menetapkan bahwa hanya 60 persen lahan peremajaan yang ditanami karet, sedangkan sisanya ditanami oleh komoditas perkebunan lainnya, seperti kakao maupun tanaman hortikultura.

“Dengan bibit baru, agar produksinya tidak meledak, masyarakat silakan pilih tanaman apa, bisa kopi atau cokelat, atau tanaman ekspor lainnya. Kalau kita bisa meremajakan cukup besar setiap tahun, kita bisa mengurangi produksi sementara,” kata Darmin.

Baca Juga  Gelar Solat Idul Adha 1443 H, Ini Pesan Karutan Pandeglang Kepada Warga Binaan

Untuk mengatasi harga karet alam yang berada di level rendah sepanjang 2018 hingga awal 2019, ketiga negara yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia memutuskan ada tiga kebijakan yang akan diterapkan.

Kebijakan tersebut dilakukan untuk jangka pendek dengan mengatur jumlah ekspor karet alam, jangka menengah dengan peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri dan jangka panjang melalui peremajaan (replanting) karet alam. (antara/jem)