Majalahtera.com – Upaya pemerintah dalam memantau penyakit menular berkolaborasi dengan mitra internasional dalam menyusun peta jalan Sistem Informasi Zoonosis dan EIDs (SIZE) nasional. SIZE adalah sistem informasi terintegrasi dan realtime terkoordinasi yang dioperasionalisasikan melalui dukungan tenaga kesehatan, di sektor kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan satwa liar untuk dapat bertukar informasi kejadian penyakit menular secara realtime agar dapat dilakukan deteksi dini, lapor dini, dan respon dini.
Penyusunan peta jalan SIZE nasional dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dengan melibatkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan mitra internasional.
SIZE yang awalnya dikembangkan Kemenko PMK bersama BPPT (SIZE 1.0) untuk implementasinya ditingkatkan menjadi SIZE versi 2.0 melalui Kementerian Pertanian dan FAO bekerja sama dengan BPPT. Hingga kini berfokus pada penyakit rabies dan telah diujicoba di empat kabupaten pada empat provinsi lokasi Pilot One Health.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengatakan bahwa merupakan amanat dari pelaksanaan Inpres No. 4/2019, khususnya dalam mendukung kapasitas Deteksi Zoonosis/EIDs yang terkoordinasi lintas sektor.
“SIZE ini sangat penting karena bisa meningkatkan awareness kita dan memberikan respon cepat dalam mengantisipasi penyakit,” ujarnya seraya membuka resmi Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor Dalam Rangka Focus Group Discussion Penyusunan Roadmap SIZE Nasional secara daring, Selasa (24/8).
Menurut Agus, kalau awarenesa kita bagus dan respon kita cepat maka efisiensi menjadi lebih besar. Ditambah pengetahuan sebagai modal utama serta sebuah sistem yang mampu menciptakan informasi akurat, pencegahan penyakit akan lebih efektif.
“Jadi bukan hanya Covid-19 saja, tapi semua penyakit. Kita tentu membutuhkan update penyakit-penyakit apa saja yang berisiko dan informasi ini harus cepat atau realtime,” cetusnya.
Sementara itu, Konsultan USAID IDDS Anis Fuad secara rinci menjelaskan tentang kerangka konseptual peta jalan SIZE nasional. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia adalah salah satu hotspot emerging infectious diseases.
“Karena itu, diperlukan penguatan kapasitas nasional untuk pengetahuan dan pengendalian penyakit menular baru dan zoonosis berpotensi pandemi melalui sistem survailans yang andal,” paparnya.
Di samping itu, ia menyatakan perlunya kolaborasi lintas sektor menggunakan pendekatan One Health. Tentunya didukung dengan sistem informasi dan mekanisme berbagi data melalui antar kementerian/lembaga dan semua komponen kesehatan.
Sebelumnya, kesepakatan berbagi data untuk penyakit zoonotic strategis prioritas yaitu anthrax, rabies, Al, leptospirosis, dan EIDs.
“Tantangan kita ke depan adalah memperluas implementasi pilot, cakupan penyakit, koordinasi, manajemen pengetahuan, infrastruktur komunikasi dan jaringan, pembiayaan, serta interoperabilitas,” ungkapnya.
Untuk tahapan peta jalan SIZE nasional, sebut Anis, yaitu dimulai pada tahun ini melalui komitmen K/L terkait aspek hukum dan kelembagaan, kualitas data, serta manajemen pengetahuan.
“Tahun 2022 bisa kita lakukan perluasan ujicoba, pengembangan modul baru. Tahun 2023 mulai memanfaatkan data yang bermakna untuk survailans dan di 2024 harapannya kita sudah bisa menghasilkan SIZE nasional yang mantap dan andal,” pungkasnya. (*/cr2)
Sumber: kemenkopmk.go.id