Menelisik Naskah Kuno Media Bambu Pada Gelumpai

oleh
oleh -

PALEMBANG – Bahasa menunjukkan bangsa, begitu kiranya ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kekayaan aksara yang dimiliki oleh masyarakat Sumatera Selatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya banyak peninggalan sejarah berupa naskah kuno dan aksara yang berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya.

Di Palembang misalnya, banyak ditemukan naskah kuno yang beranekaragam, baik dilihat dari jenisnya, bentuk aksara yang digunakan, hingga media yang digunakan untuk menuliskan naskah tersebut. Aksara yang digunakan juga beranekaragam, seperti aksara Jawi, Jawa, Arab, dan Ulu (Ka Ga Nga).

Baca Juga  Alat Musik Tradisional Khas Banten Terebang Gede

Sedangkan jika dilihat dari media yang digunakan, naskah kuno Palembang banyak ditulis pada kulit daun pohon halim dan bambu. Isi naskah tersebut menceritakan banyak hal, seperti tentang sejarah, matera-matera, cerita wayang, doa-doa, hingga pelajaran agama Islam.

Sebagian naskah kuno Palembang dari masa lampau tersebut kini banyak tersimpan di museum-museum Kota Palembang, sebagian lagi masih dimiliki oleh pribadi. Salah satu naskah kuno Palembang yang ditemukan di Museum Balaputera Dewa adalah naskah Ulu dengan media bambu.

Baca Juga  Selayang Pandang Sejarah Jawara Di Bumi Banten

Menurut penjelasan penjaga museum, bambu yang digunakan sebagai media penulisan naskah adalah bambu betung atau yang bernama latin Dendrocalamus Asper. Bambu ini diyakini sangat kuat, tegak, dan bisa mempunyai tinggi hingga mencapai 30 meter, selain juga mempunyai ruas-ruas yang jelas.

Sebelum digunakan sebagai media penulisan naskah, bambu betung direndam di dalam air terlebih dahulu dalam waktu yang lama, kemudian dijemur. Masyarakat Palembang mengenal naskah kuno pada media bambu ini dengan sebutan gelumpai.

Baca Juga  Ada 3 Corak Budaya di Masjid Agung Palembang

Salah satu gelumpai warisan masa lalu Palembang ada yang tersimpan dan menjadi koleksi Museum Balaputera Dewa. Gelumpai tersebut menggunakan aksara Ka Ga Nga, sedangkan teksnya berbentuk prosa dan mempunyai 17 baris. Dilihat dari isinya, gelumpai ini menceritakan tentang petunjuk-petunjuk dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, selain juga terdapat peringatan bagi manusia agar tidak lupa diri.(man)***