Oleh : Widodo Asmowiyoto
SESEKALI cobalah iseng bertanya kepada rakyat Indonesia yang ditinggal di luar Pulau Sumatera: di mana letak Kota Padang dan Bukittinggi itu? Insyaallah mereka akan segera menyebutkannya di Sumatera Barat. Tapi coba tanyakan lagi di mana Kabupaten Pesisir Selatan, atau di mana Mandeh itu? Besar kemungkinan mereka akan mengerutkan dahi untuk segera menjawabnya. Terkesan mereka masih bingung atau tidak tahu, sekalipun nama Mandeh sudah mulai mendunia belakangan ini.
Adalah H. Hendrajoni, SH, MH, kelahiran Kambang, Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Provinsi Sumatera Barat yang sangat besar motivasinya untuk mengangkat kesejahteraan rakyatnya sejak dia menjadi Bupati Pessel 17 Februari 2016 lalu. Latar belakang profesinya sebagai polisi (pangkat terakhir Ajun Komisaris Besar) di Mabes Polri dan belakangan juga sebagai politisi, yang mendorong pria kelahiran 8 November 1961 itu untuk segera mengorbitkan Pessel baik di tingkat Sumbar maupun nasional.
Saat memberikan sambutan pada pelantikan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Pessel periode 2019-2022 dan pembukaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Painan Convention Center (PCC), Senin (26/8/2019), Hendrajoni mengungkapkan langkah awalnya setelah dilantik menjadi bupati. Dia segera mengumpulkan jajaran pimpinan Pemda Pessel. Kepada mereka disampaikan sebuah pertanyaan yang menantang, apa yang harus dilakukan bersama jika mereka menghendaki rakyat Pessel bisa hidup lebih sejahtera. Intinya mereka setuju untuk membangun dengan lebih cepat dan mengangkat potensi alam dan budaya yang dimiliki rakyat Pessel.
Mereka menyadari bahwa potensi besar yang dimiliki Pessel adalah kekayaan dan keindahan alam serta budaya. Karena itu Bupati Hendrajoni segera membangun Kawasan Wisata Bahari Terpadu (KWBT) Mandeh. Problem legalitas pengadaan lahan kawasan seluas 400 hektare pun segera diurusnya. Masalah pembebasan tanah yang sempat membuat ragu para pejabat pun dibereskannya.
Berikutnya bagaimana membangun akses ke KWBT Mandeh. Untuk itu ditingkatkanlah kapasitas jalan di pinggir pantai sepanjang lebih kurang 50 kilometer yang menghubungkan Passel – Padang dan juga Passel – Provinsi Bengkulu. Jalan yang semula hanya bisa dilalui sepedamotor dan para pejalan kaki, segera dilebarkan dan diaspal sehingga dapat dilewati kendaraan mobil. Kendaraan berat seperti truk sengaja tetap dilewatkan jalan lama yang juga menghubungkan Passel-Padang dan Passel Bengkulu.
Jalan baru tersebut memang tidak cocok untuk dilalui truk dan kendaraan berat lainnya. Alasan utamanya karena jalannya berkelok-kelok, turun naik, dan ada beberapa di antaranya yang berupa tikungan sangat tajam dan menanjak atau menurun tajam. Sangat rawan bagi kendaraan truk dan kendaraan berat lainnya, di samping lebar jalan memang hanya memadai untuk persimpangan mobil-mobil kecil.
Di lain pihak, jalan baru yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tahun 2018 itu sangat cocok bagi para pengendara mobil dan sepeda motor. Karena sambil menyetir pun mereka dapat menikmati keindahan alam pegunungan dan pantai di sepanjang pesisir Kabupaten Pessel. Salah satu pantai terindah yang mulai populer adalah Pantai Mandeh, dan salah satu lokasi yang paling nyaman untuk melihat keindahan alam sekitarnya adalah Puncak Mandeh.
Dari jalan beraspal tersebut, para wisatawan dapat berhenti sejenak atau berlama-lama di Puncak Mandeh. Mereka dapat menyaksikan keindahan alam, terutama keberadaan beberapa pulau kecil –dengan dikitari laut biru dan permukaannya tenang– yang menghuni KWBT Mandeh. Pemda dan warga Pessel menyebut pulau-pulau kecil itu adalah “raja ampatnya” Pessel.
Keberadaan KWBT Mandeh pada gilirannya memang mampu meningkatkan kesejahteraan warga setempat. Sebagai bukti, menurut pemilik sepuluh perahu yang menghubungkan pulau-pulau “raja ampat” tersebut, Elfi Mayuni, semula di kawasan Pantai Mandeh hanya ada sekitar 30 perahu, tapi jumlah itu kini meningkat cepat menjadi hampir 300 perahu. Perahu-perahu ini rata-rata kapasitas angkutnya 12 orang wisatawan.
Sesuai dengan potensi alamnya, di antara pulau-pulau tersebut yang layak dikunjungi para pelancong adalah Cubadak, Sultan atau Setan, Sironjong Besar, Sironjong Kecil, Traju, Kapo-kapo. Di kawasan pulau-pulau itu para wisatawan bisa berenang, menyelam, bermain jet ski, dan melakukan jumping dari tebing. Perkembangan pesat kepariwisataan KWBT Mandeh khususnya dan Pessel umumnya ini, pada gilirannya memotivasi warga setempat untuk meningkatkan keterampilan atau skill. Warga setempat yang selama ini menjadi petani dan nelayan, berangsur-angsur beralih menjadi pelaku usaha wisata atau pemandu wisata.
Terbuka lebarnya kesempatan kerja baru di bidang industri pariwisata ini lambat atau cepat akan menantang masyarakat setempat untuk meningkatkan kompetensinya. Sebab Bupati Pessel kini sedang terus berusaha agar KWBT Mendeh juga akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Perkembangan positif ini tampaknya juga sudah diantisipasi oleh kalangan pegiat olahraga. Misalnya, jalan baru di pinggiran pantai Pessel ini akan dijadikan bagian dari rute balap sepeda Tour De Singkarak.
Menurut data Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar seperti dikutip Majalah Lionmag edisi Agustus 2019, pada musim libur Idul Fitri 2019 lalu KWBT Mandeh dikunjungi 795.747 wisatawan. Angka ini melonjak hampir 500 persen dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang hadir ke sana selama 2018. Data ini sekaligus membuktikan bahwa Kawasan Mandeh telah menjadi primadona atau magnet baru bagi pariwisata Sumbar. Para wisatawan domestik dan mancanegara –banyak di antaranya dari Malaysia– kini tidak lagi hanya tahu Padang dan Bukittinggi, tapi juga Pessel terutama Mandeh.
Pemda dan warga Pessel tentu saja tidak puas hanya menduniakan Mandeh karena daerah ini masih memiliki banyak objek wisata lainnya yang juga layak dikunjungi para pelancong. Karena itu mereka telah menggaungkan pula sebuah motto: “Pessel itu Negeri Sejuta Pesona”. Ya pesona pantai, alam pegunungan, kuliner, dan budaya.