Berjuang untuk Agama, Pesan Abah
Seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA), Herman, marah kepada tentara Jepang yang telah berlaku kasar kepada Babah Liem, guru silatnya. Tentara Jepang akhirnya menangkap murid dan guru itu. Sang guru dibunuh, sedangkan sang murid dijebloskan ke penjara. Kapten Nakamura dan Letnan Izumi (Jepang) khawatir, kalau Herman terus-menerus ditahan, akan adanya perlawanan dari teman-temannya. Herman pun dilepaskan.
Di lain pihak, istri Herman, Marni, diperlakukan tak senonoh oleh sejumlah tentara Jepang. Maka, amarah Herman jadi berkali-kali lipat : ditahan karena membela guru, istri diruda paksa, dan kampung halamannya (Lebak) diduduki penjajah Jepang.
Herman kemudian bergabung dengan pamannya, Kiai Fattah, lalu ikut membentuk pasukan santri untuk melawan penjajah Jepang. Sebelumnya, di sebuah rumah, Herman pamit kepada Abah, seorang tokoh masyarakat.
Mereka berpelukan. “Saya sudah membunuh serdadu Jepang, Bah! Herman akan pergi dari Lebak,” kata Herman, lirih. “Berjuanglah untuk agamamu, bangsamu!” pesan Abah. Herman pun, diam-diam, naik KA jurusan Cirebon, pukul 03.00 dini hari. Herman bersembunyi, ditimbun barang angkutan KA. Maklum, sedang dicari-cari tentara Jepang. Berjuang untuk agama, pesan Abah, jadi pengobar semangat.
Pertempuran sengit pasukan santri dan tentara Jepang kemudian meletus. Pasukan santri berbekal senjata apa adanya, senjata tradisional. Namun, dengan semangat (Lebak) membara, akhirnya “tentara” santri itu berhasil melumpuhkan tentara dari Negeri Matahari Terbit ini.
Ya, Itulah ringkasan cerita film laga “Lebak Membara”, ditulis dan sekaligus disutradarai oleh Imam Tantowi, diproduksi pada tahun 1982. Para bintang film, antara lain, George Rudy (Herman), Minati Atmanegara (Marni), El-Manik (Kapten Nakamura), dan Usman Effendy (Letnan Izumi). Stasiun TVOne pernah memutar kembali “Lebak Membara” itu, Ahad 21 Maret 2021. pukul 21.00 WIB.
Lebak di Cirebon
Lalu, Lebak dalam film “Lebak Membara” itu, nama sebuah kabupaten (kini) di Provinsi Banten? Ternyata, bukan! Lebak dalam film “Lebak Membara” itu merujuk pada nama sebuah desa, bernama Desa Susukanlebak, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
Di Provinsi Banten, memang ada nama Kabupaten Lebak. Salah satu kampungnya, bernama Lebakparahyang (di Kecamatan Leuwidamar), pusat ibu kota pertama Kabupaten Lebak tempo hari. Banyak yang mengira, bahkan yakin, Lebak dalam film “Lebak Membara” itu memang Kabupaten Lebak. Ini memang tak seperti Max Havelaar (Multatuli) yang merujuk langsung ke nama Kabupaten Lebak, yang beribu kota Rangkasbitung.
Apa pun, “Lebak Membara” adalah ksatria perjuangan melawan penjajah, melawan musuh. “Lebak Membara” kita adopsi jadi ksatria perjuangan melawan kemiskinan dan kebodohan. Bagian terakhir ini, jadi salah satu alasan Banten dibentuk jadi provinsi tersendiri. Kata Tryana Sjam’un, tokoh pembentukan Provinsi Banten. “Musuh kita, kemiskinan dan kebodohan”.
Kampanye Politik Lebak RUHAY
Kalau “Lebak Membara” diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda, pastilah “Lebak Ruhay”. Kalau ditinjau atau dikait-kaitakan, pastilah ada kaitannya. Kalau dulu “Lebak Membara” berupa perang fisik pengusiran penjajah agar tanah air merdeka, maka kini “Lebak RUHAY” tampil untuk mengisi kemerdekaan.
RUHAY, bahasa Sunda, bisa diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi kekaguman terhadap sesuatu. Bahkan, gadis cantik, suka disebut ruhay oleh laki-laki. Ruhay dalam bahasa Sunda klasik dinisbatkan pula, misalnya, pada kayu bakar atau benda lain yang masih membara, tanpa nyala api.
RUHAY digunakan pula untuk menggambarkan, misalnya, arang yang masih menyala. Sate dibakar oleh arang yang ruhay, bukan oleh arang yang menyala. Jadi, ada ruhay dalam arti sebenarnya, ada pula ruhay dalam arti yang lain untuk mengekspresikan kekaguman. Ini ruhay simbolik.
“Lebak RUHAY”, dalam kampanye politik pasangan H. Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya, S.H. dan Ir. H. Amir Hamzah, M.Si. (yang kemudian terpilih jadi bupati dan wakil bupati), adalah akronim dari (R)ukun, (U)nggul, (H)egar. (A)man, (Y)akin.
RUHAY, mudah diucapkan, mudah diingat, dan merupakan satu kesatuan singkatan sebagai konsep pembangun Lebak di berbagai bidang. Lebak akan tetap RUHAY selama para pemimpinnya tetap berpihak kepada rakyat. Para pemimpin harus berani mengobarkan semangat bekerja, dan berpihak kepada rakyat. (Dean Al-Gamereau/C,R, Nurdin dkk.)