Majalahteras.com – Di tengah masih merebaknya ancaman wabah Covid-19, tidak membuat arus transfer pengetahuan menjadi statis, karena proses belajar mengajar masih bisa dilakukan secara daring. Pembelajaran Jarak Jauh ini juga dilakukan oleh Dr. Yulianti Fitriani, S.Pd., M.Sn., Dosen STKIP Situs Banten dalam Kuliah Umum Kesenian Banten yang dilakukan melalui aplikasi zoom meeting. Senin (29/6/2020).
“Kesempatan seperti ini sangat langka terjadi, dimana kita ingin mencoba sesuatu di segala situasi. Dalam kondisi seperti ini tentu membuat kita semakin harus terus mencari jalan untuk tetap berkreativitas tiada henti. Jadi jangan sampai menyurutkan semangat kita untuk belajar,” kata Yulianti saat membuka kelas.
Tujuan perkuliahan ini, Yulianti menambahkan, dari materi yang disampaikan dapat membangkitkan rasa ingin tahu mahasiswa, sehingga selanjutnya berkesempatan untuk bisa lebih lanjut mencari informasi terkait kesenian Banten.
“Fokus materi diarahkan pada unsur kesenian yang merupakan bagian dari kebudayaan Banten. Nanti mahasiswa bisa melihat bagaimana realita yang terjadi, ini akan menjadi pemantik untuk mengembangkan pengetahuannya tentang kesenian Banten di kemudian hari dengan berbagai cara. Tentu saja sebagai upaya konservasi sekaligus revitalisasi,” imbuhnya.
Ia melanjutkan, Kebudayaan Banten secara historis, dimulai dari peradaban sebelum agama Islam masuk. Namun bukan perkara sejarah kemunculannya yang masih menyimpan fakta historikal yang mengalami proses pengungkapan, urgensinya justru lebih kepada kontribusi pemikiran dan karya kreatif mahasiswa sebagai generasi milenial sangat diharapkan untuk membantu upaya pembangunan dan perkembangan budaya melalui kesenian-kesenian tradisi serta mengembalikan ruh jati diri bangsa.
“Antara realita dan harapan, bagaimana kesenian Banten dalam konteks pendidikan berbicara, adalah persoalan yang akan kita bahas bersama. Yang kita tahu, potensi dan kekhasan budaya banten yang perlu dilestarikan diantaranya: seni bela diri pencak silat, debus, rudat, terebang gede, ubrug, tari saman, tari topeng, tari cokek, dog-dog lojor, patingtung dan lain-lain,” paparnya.
Kesenian, menurutnya adalah keahlian atau keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. “Ukuran keindahannya bergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan, maka menjadi satu kesatuan produk manusia yang sejatinya bernilai estetik” lanjutnya.
“Kesenian Banten lebih diarahkan pada internalisasi nilai simbolik yang berwujud ritual-ritual keagamaan yang dikemas dengan unsur seni. Sehingga akan sangat memungkinkan tercipta berbagai warna dengan tingkat fleksibilitas kecenderungan yang akulturatif, mengingat Banten merupakan Provinsi hebat yang sedang berupaya menyusun pola-pola kehidupan masyarakatnya”, jelas Yulianti.@Iman
@Iman