Dominasi produk industri baja dari China saat ini menguasai 50 persen pasar dunia. Hal ini dikeluhkan oleh para pelaku industri baja di Indonesia. PT Krakatau Steel (Persero) salah satunya.
Direktur Pemasaran Krakatau Steel Purwono Widodo mengungkapkan bahwa meski permintaan baja di China rendah, nyatanya produksi baja China justru sebaliknya.
Imbasnya, industri baja di negara lain terkena getahnya, lantaran kelebihan pasokan baja dari China.
“Demand baja mereka rendah, dilempar saja 5 persen atau 50 juta ton habis kita. Makanya kalau bicara baja ya China,” ujar Purwono di Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Demand kebutuhan baja China di negaranya diketahui hanya berkisar 400-550 ton. Namun sebaliknya, produksi baja di China justru mencapai 800 juta ton per tahun.
Bahkan kapasitas produksi baja China bisa mencapai 1,2 miliar ton per tahun.
“Tantangan global kita China kelebihan pasokan. Semua perusahaan baja dunia menyurati China. Kita marah semua. China sulit sekali dihadapi,” kata Purwono.
Meski dipotres banyak perusahaan baja dari berbagai negara, China justru menaikkan jumlah produksi industri bajanya per tahunnya.
“Mereka janji kurangi jumlah produksi, tapi nyatanya malah jumlah produksinya naik. Ini ada modus bahwa China lakukan pembunuhan berencana baja di ASEAN,” tutup dia.(rm)