Majalahteras.com – Pendidikan tinggi abad ke-21 harus sangat kuat dalam kolaborasi multidisiplin. Begitu juga wirausahawan harus berbasis sains terapan dan teknologi untuk meraih kemajuan yang lebih besar. Tantangan baru terus muncul, seiring makin pesatnya perkembangan teknologi. Tantangan itu adalah meningkatkan efisiensi dari segala aspek.
“Karena dengan meningkatkan efisiensi ini, manusia bisa lebih berkembang dari masa-masa sebelumnya,” kata Adrian Lembong, Direktur Teknologi PT Adaro Power pada kuliah perdana mahasiswa baru, di Universitas Prasetiya Mulya, Kampus BSD.
Adrian menyampaikan hal itu dalam orasi ilmiah Peningkatan Efisiensi Melalui Kolaborasi Bisnis, Sains Terapan dan Teknologi dalam Perkembangan Dunia Era Modern. Acara yang merupakan bagian dari kuliah perdana bertajuk ‘Kolaborasi Pendidikan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemajuan Bisnis-bisnis STEM Inovatif di Indonesia’. itu dihadiri pembina Yayasan Prasetiya Mulya, perwakilan Kopertis Wilayah III, mitra-mitra kerjasama, serta kepala sekolah SMA sederajat se-Jabodetabek.
“Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul tantangan baru manusia, yaitu meningkatkan efisiensi dari segala aspek. Karena dengan meningkatkan efisiensi ini, manusia bisa lebih berkembang dari masa-masa sebelumnya,” kata Adrian dalam keterangannya.
“Sekarang ini setiap orang dituntut terus berpacu dengan ragam informasi, yang tidak hanya terbatas pada satu bidang, tapi juga bidang-bidang lain. Indonesia punya potensi entrepreneurship yang besar, maka bidang bisnis, sains dan teknik harus bersinergi supaya hasil yang diciptakan bisa lebih optimal,” ujarnya.
Prof. Djisman S Simandjuntak, selaku Rektor Universitas Prasetiya Mulya menambahkan bahwa Indonesia harus memiliki banyak wirausahawan berbasis sains terapan dan teknologi. Menurut dia, itu salah satu cara untuk terbebas dari jebakan negara dengan pendapatan menengah.
“Pendidikan tinggi yang akan datang pasti lain sekali dengan pendidikan tinggi yang kita nikmati dulu ketika kita masih mahasiswa. Menurut saya, tantangan Indonesia kalau diletakkan dalam satu kalimat itu sangat sederhana, yaitu keluar dari perangkap kesedangan,” ujar Djisman.
Bulan ini, lanjut Djisman, memasuki babak baru dalam perjalannya, Prasetya Mulya yang kini sudah bertransformasi menjadi universitas akan memperingati Dies Natalis ke-35 pada September 2017. Membawa tema besar “Embarking on Sci-Tech Driven Business”, kampus tersebut berupaya memperluas portofolionya dengan menggunakan platform kolaborasi antara rumpun ilmu bisnis dengan sains terapan dan teknologi.
Salah satu yang digadang-gadang adalah cross over study melalui School of Business & Economics dan School of Applied STEM. Djisman mengatakan, inovasi ini diharapkan bisa memanfaatkan potensi entrepreneurship yang besar melalui sinergi bisnis, sains dan teknik.
“Semua pertanyaan besar yang dihadapi manusia tidak bisa dipecahkan hanya dengan satu disiplin ilmu. Pemecahan harus secara multidisiplin. Ini hanya bisa dilakukan lewat kolaborasi. Pendidikan tinggi abad ke-21 harus sangat kuat dalam kolaborasi multidisiplin,” ujarnya.@IMAN