Menjadi wanita karir merupakan sesuatu yang tidak mudah, hal itu cukup dirasakan oleh Dr. Neng Dara Affiah M.Si. Sosiolog dan aktivis perempuan ini terpilih menjadi Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ushuluddin atau IKALFU periode 2021-2023.
Kesibukan tidak menyulutkan semangat Neng Dara Affiah untuk menjadi ketua Ikatan Alumni Fakultas Ushuluddin (IKALFU), meskipun awalnya ia tidak terlalu yakin untuk menerima tawaran sebagai ketua IKALFU karena kesibukannya.
Keraguan tersebut segera ditepis oleh Neng Dara Affiah setelah berbincang lama dengan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ushuluddin periode 2019-2023, Dr. Edwin Syarip, M.Ag, via telepon seluler.
“Saya dihubungi oleh Pak Edwin, diminta menjadi ketua IKALFU. Awalnya saya ragu untuk menerima, karena jadwal saya yang padat. Namun, Pak Edwin meyakinkan, dan saya akhirnya bersedia,” kata Neng Dara, saat diawancarai di kediamannya. Rabu, (15/12/2021).
Selayang Pandang IKALFU
Setelah menyatakan kesediaannya, Neng Dara, begitu sapaan akrabnya, mulai menghubungi para alumni untuk mengadakan acara halal bihalal. Pandemi tentu tidak lagi jadi alasan untuk tidak bersilaturrahmi dengan kawan lama. Virtual Room membuat semuanya semakin mudah, kapanpun dan dimanapun berada, asal terkoneksi dengan sambungan internet yang baik, kita bisa melampaui batas-batas regional yang ada.
Berdasarkan penjelasannya, ikatan alumni sudah ada sejak lama, tidak tahu pasti tahunnya, yang jelas pada mulanya ikatan alumni disebut dengan ALFU (Alumni Fakultas Ushuluddin). Keberadaan ALFU hampir tidak diketahui oleh para alumni, kegiatannya pun kurang jelas, bahkan bisa dikatakan tidak aktif untuk sebuah organisasi. Hingga April 2021, Neng Dara dan rekan-rekannya dilantik, struktur ikatan alumni baru terbentuk dengan nama IKALFU.
“Seperti namanya, ikatan alumni, tentu saja perannya penting dalam membantu meng¬-uprade kualitas Fakultas Ushuluddin sendiri. Sebagai salah satu stakeholder fakultas, peran alumni Ushuluddin harus mampu membaca fenomena sekarang dari kacamata agama dan tentunya dengan pendekatan yang modern juga,” ujarnya.
Selain itu, peran alumni sangat dibutuhkan untuk mensyi’arkan pentingnya memperlajari ilmu-ilmu ke-Ushuluddin-an agar ilmu agama tidak dipandang ilmu yang inferior dibanding ilmu-ilmu umum.
“Membantu fakultas Ushuluddin untuk mensyi’arkan ilmu-ilmu keUshuluddinan dalam kehidupan masyarakat,” tutur Bu Neng sembari meraih secangkir teh di hadapannya.
Motivasi sebagai Ketua IKALFU
Semangat yang luar biasa, tentu lahir karena adannya tujuan mulia yang begitu besar. Gejolak yang membara memberi kekuatan penuh untuk menggapai cita. Pun Neng Dara dalam menjalan amanah sebagai ketua IKALFU.
”Saya ingin Ushuluddin tetap bercahaya dan selalu menjadi jantung UIN Jakarta,” tegas Neng Dara tersenyum.
Pesatnya perkembangan teknologi membuat kebanyakan orang lebih memilih ilmu-ilmu umum untuk dipelajari, dan menganggap agama sebagai ilmu yang klasik. Hal tersebut mengoyak hati Neng Dara sebagai alumni fakultas keagamaan.
“Pernah suatu masa, Ushuluddin sepi peminat, dan itu membuat saya sedih. Apa jadinya kalau ilmu ke-Tuhan-an ditinggalkan? Karena itulah saya tetap ingin bersinergi dengan teman-teman yang mau mengembangkan Ushuluddin,” ujar Bu Neng terseduh.
Lakukan Semuanya dengan Cinta
Masa depan selalu menjadi teka-teki bagi setiap orang, kegelisahan atas pekerjaan, rumah tempat berteduh, finansial dimasa tua, dan lain sebagainya yang membuat kita terkadang lupa untuk menikmati masa itu sendiri. Berbagai usaha dilakukan agar dimasa akan datang lebih baik. Namun, tidak bagi Neng Dara. Bagi perempuan alumnus Ilmu Perbandingan Agama (sekarang Studi Agama-Agama) ini, masa depan bukanlah sebuah kekhawatiran. Baginya, yang terpenting adalah kemampuan untuk melakukan hal dengan penuh kecintaan.
“Saya bahkan tidak pernah kepikiran akan bekerja di tempat yang sekarang, selama kuliah saya menjalani hari dengan penuh kecintaan dan menikmati hari-hari dengan mempelajari lebih dalam mengenai studi saya,” imbuh Neng Dara semangat.
Sebagai Anggota Dewan Badan Akreditasi Nasional (BAN) Bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Non-Formal di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK), sekaligus dosen di dua universitas, dan aktif sebagai narasumber seminar nasional, tentu pengelolaan waktu menjadi tantangan bagi Neng Dara dalam memegang tampuk pimpinan IKALFU.
Meskipun demikian, dalam hiruk pikuk kesibukannya, Neng Dara selalu menyediakan waktu setiap harinya untuk membaca dan menulis. Diantara karyanya yang sudah dibukukan adalah ‘Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksulitas’ dan ‘Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia’.
“Menulis adalah hal yang saya latih semenjak masih menjadi mahasiswa,” ujar Neng Dara.
Selain insecurity akan masa depan, sempitnya sudut pandang terhadap sesuatu akan mengakibatkan keterjebakan berpikir, yang pada akhirnya kita gagal memahami sesuatu secara menyeluruh. Hal itu yang sama sekali tidak diharapkan Neng Dara bagi siapapun, khususnya mahasiswa Fakultas Ushuluddin.
“Jangan sesekali memberi batas untuk sebuah studi, buktinya saya. Dulu saya S1-nya di Ushuluddin, sekarang kerja di Kemendikbudristek RI. Lulus dari Ushuluddin tidak harus ke Kementerian Agama. Yang penting itu, semangat menjalani hari, bersyukur, membaca, dan pelajari lebih dalam studi kita. Percayalah, ilmu akan membawa kita ke arah yang lebih baik,” ucap Neng Dara penuh harap.
“Dan bagi saya ilmu yang dulu saya pelajari di Ushuluddin sangat berguna hari ini. Itu yang ingin saya tekankan pada adik-adik yang sedang menimba ilmu di Ushuluddin,” tutupnya. (Iman)
Diwawancarai langsung oleh:
Ana Azzahra
(Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir/7/Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta)
Editing naskah:
Muhamad Tamamul Iman