Kesejahteraan Guru Honorer Perlu Perhatian

oleh
oleh -

Rufus Goang Swaradesy, M.Phil
Dosen Matakuliah Filsafat Umum dan PPKn
Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Majalahteras.com – Kompleksitas permasalahan pendidikan semakin rumit, tetapi para guru tetap mau dan bersedia untuk mendedikasikan dan membagi ilmu yang dimilikinya untuk siswa. Pahlawan adalah orang yang saat susah dia tetap bejalan dan menghadapainya, dan guru adalah salah satu bukti nyata.

Tinggal sekarang bagaimana kah cara kita maupun pemerintah berusaha memperhatikan para pahlawan pendidikan tersebut?

BIla menyoal tentang pendidikan, ada 3 aspek utama yang masih menjadi masalah. Aspek pertama yakni pembangunan system pendidikan (kurikulum) yang masih terkesan “coba-coba”. Aspek ini tampak dalam perubahan kurikulum pendidikan dimana titik tumpu penguatan masing-masing kurikulum yang berbeda seiring perkembangan zaman. Menyoroti kurikulum terbaru (K13) ini, masih belum menunjukkan hasil karena memang baru dalam tahap pengenalan dan penyesuaian kurikulum untuk siswa, sekolah, dan guru.

Aspek kedua adalah peningkatan kualitas pendidik. Tidak cukup keahlian yang didapat semasa guru berkuliah. Upaya untuk memperbanyak pelatihan-pelatihan hingga beasiswa untuk guru sudah dilakukan pemerintah, namun ada kendala baru yakni semakin banyak dan ribetnya administrasi pendidik, mempengaruhi berkurangan focus perhatian pendidikan untuk siswa.

Baca Juga  UNMA Banten Gelar Seminar Nasional Pendidikan Matematika

Aspek ketiga yakni kesejahteraan guru. Aspek ini penting mengingat tuntutan guru yang harus memperhatikan siswa tak terbatas waktu; guru juga dituntut tidak hanya focus ke sisi pengetahuan siswa tetapi juga karakter siswa; ditambah dengan laporan administrasi guru yang sangat banyak; tuntutan guru untuk multitalent ini tidak diimbangi dengan hasil yang diperoleh, kesejahteraan guru belum sepadan dengan seberapa tinggi dedikasinya.

Pemerintah terutama lewat instansi terkait (kemendikbud, kemenristek, dan kemenag) perlu memperhatikan lebih untuk ini. Ketiga kementrian itu menurut saya tumpang tindih, jika ingin menghemat biaya operasional anggaran pendidikan, menurut saya dimulailah dengan memfokuskan pendidikan pada satu kementrian saja dengan cara kementrian tersebut membentuk suatu badan khusus di bawah kementrian yang menangani pendidikan ini.

Ada 2 guru yakni PNS dan honorer. Guru PNS tidak perlu kita bahas karena kesejahteraan untuk guru PNS ini sudah diatur oleh undang-undang.

Khusus untuk guru honorer, Rufus menambahkan, ini yang masih perlu perhatian. Untuk honor guru honorer diberikan honor tidak sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang dia miliki, tetapi dengan seberapa kuat sekolah yang ditempati untuk memberikan honor.
Anggaran BOS (biaya operasional sekolah) sudah dialokasikan 30% untuk guru honorer, namun kendala selanjutnya adalah jika sekolah yang ditempatinya mempunyai siswa yang jumlahnya sedikit, ada kemungkinan honor yang diperolehnya juga sedikit. Honor guru honorer tak lebih dari 300-500 ribu per bulan yang jelas tidak sepadan dengan beban kerja di sekolah.

Baca Juga  Polsek Cipondoh Sambangi SMP, SMA dan SMK Muhammadiyah Kota Tangerang

Ada beberapa daerah yang sudah koordinasi antara dinas pendidikan dengan pemda terkait untuk memecahkan masalah ini tetapi karena alokasi anggaran dari pemda belum ada, jadi ya belum terselesaikan masalah ini. Solusi baru dari pemerintah yakni mempusatkan perekrutan CPNS tahun 2018 untuk bidang pendidikan, dan PPPK (Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja) tetapi upaya ini menurut hemat saya juga belum maksimal karena ratio guru honorer dengan jumlah kuota perekrutan tidak sebanding.

Meski sudah tahu kalau kesejahteraan guru tidak tercukupi, apa sebab masih banyak guru yang tetap mendedikasikan ilmunya dalam pendidikan?

Baca Juga  Wagub Papua Barat : Persoalan Gaji Guru Jangan Terulang

Tidak lain dan tidak bukan karena ijazah dan passion mereka terhadap pendidikan. Jenjang pendidikan yang diperolehnya adalah jurusan pendidikan itu menuntut untuk bekerja dalam bidang pendidikan, hal ini sebenarnya realita dan sekaligus refleksi bagi system pendidikan kita yang cenderung mengarah kepada satu focus keahlian saja dengan membekali dengan keahlian lain sehingga ketika banyak lulusan guru baru mereka tidak dapat bekerja di lain bidang kecuali pendidikan. Di lain sisi, orang yang sudah menemukan kenyamanan dalam dunia pendidikan, tidak ada orang lain yang mampu menghentikannya. Dan ini adalah soal passion pendidikan.

Harapannya, alokasi 20% dari APBN untuk pendidikan harus terus dipertahankan bahkan kalau bisa dilebihkan lagi. Terutama guru honorer diberikan alokasi anggaran yang setidaknya minimal UMR atau setidaknya honor yang diterima sesuai dengan beban kerja yang didapatnya. Syarat2 untuk mendapatkan sertifikasi guru dipermudah.@Iman

SETIAP OPINI MENJADI SEPENUHNYA MENJADI TANGGUNG JAWAB PENULIS