
Johann Carolus (1575 – 1634) menerbitkan koran Relation Aller Furnemmem und Gedenckwurdigen Historien (Kumpulan Kisah Terkenal dan Patut Diingat), di Strasbourg (kini di wilayah Prancis), pada tahun 1605 (Koran Tempo, Hal. C6 – C7, Kamis, 15 Juni 2005).
Sebelum dicetak, Relation sebenarnya ditulis tangan dulu. Carolus membeli toko percetakan yang lengkap, milik seorang janda kaya, pada tahun 1604. Carolus pun berbenah, meliputi percetakan dan manajemen.
Dalam pembenahan manajemen, antara lain, Carolus merintis lahirnya koresponden yang dibayar untuk menulis laporan. Carolus meletakkan dasar ekonomi media. Dia membandingkan untung dan rugi Relation yang ditulis tangan dan Relation yang dicetak. Relation terdiri dari 4 – 6 halaman, terbit untuk pelanggan orang-orang kaya. Dokumentasi Relation disimpan di The Gutenberg Museum, Maiz, Jerman.
Sebelum koran Relation dimaksud terbit, sebetulnya, Pemerintah Venesia (Italia) telah menerbitkan Notizie Scritte (Berita Tertulis). Ini koran bulanan, terbit pada tahun 1501. Namun, World Association of Newspaper (WAN) yang berpusat di Paris (Prancis), menetapkan Relation sebagai koran cetak pertama di dunia. Dengan titik tolak Relation yang terbit pada tahun 1605, maka tahun 2005 dijadikan hari ulang tahun ke-400 terbitnya koran (surat kabar) pertama di dunia.
Catatan. Ada koran cetak yang lain, juga bernama Relation, terbit tahun 1609, di Jerman. Nama korannya yang lengkap, Avisa Relation Oder Zeitung. Semula, Relation inilah yang disebut sebagai koran cetak pertama di dunia. Namun, kemudian ditemukan Relation lain yang empat tahun lebih tua (1605)
Di samping Jerman sebagai tempat pertama terbit koran edisi cetak, juga Jerman dianggap sebagai tempat cikal bakal berkembangnya ilmu per-surat kabar-an atau ilmu perkoranan. Hal ini disampaikan oleh Walter Hagemann, guru besar ilmu per-surat kabar-an. Dalam pidatonya, pada International Congress of University Teacher of the Science of the Press, di Amsterdam (Nederland), pada tahun 1933, Hegemann menyebutnya begitu.
Orang yang kali pertama mengajarkan ilmu per-surat kabar-an atau per-koran-an adalah Karl Bucher, di Universitas Bazel (Basel?), pada tahun 1884. Mata kuliah yang diajarkannya, sejarah pers, organisasi pers, dan statistik pers. Kuliah ilmu per-surat kabar-an itu dilanjutkan di Universitas Leipzig, pada tahun 1892.
Dari kuliah-kuliah Bucher inilah muncul istilah publizistik wissenshaft. Kuliah-kuliah Bucher dikembangkan, sehingga mencakup Geschichte des Zeitungwesens, Organization und Technik des modernen Zeitungswessens (organisasi dan teknik modern pengetahuan pers-surat kabar-an), dan pressepolitik (politik pers).
Setelah Relation terbit di Jerman (dan ditulis dengan bahasa Jerman), seperti disebutkan terdahulu, menyusul terbit koran edisi cetak lainnya. Misalnya, Corante di Inggris (1621), Post-och Inrikes Tidningar di Swedia (1645), Publick Occurences di Amerika Serikat (1690), Review, di Eropa, diterbitkan oleh penulis Robinson Crussoe, seorang wartawan terkenal (1704), The Times di Inggris (1814), Yomiuri Shimbun di Jepang (1874, koran beroplag terbesar di dunia, terbit dengan 10 juta eksamplar setiap hari), dan Iskra di Jerman (1900), didirikan oleh Vladimir Lenin, sebagai koran corong propaganda komunis
Dengan hadirnya pernyataan antarmanusia melalui koran atau tulisan, maka kajian proses komunikasi pun kemudian bertambah dengan kajian komunikasi tulisan. Tak pelak lagi, memang, maka proses atau cara berkomunikasi antarmanusia pun berkembang. Kelak, lahir media massa elektronik (radio dan televisi), juga lahir disiplin ilmu media studies. (Dean Al-Gamereau).