LAMPUNG – Jika di Jawa, kita mengenal Batik, di Sumatra kita mengenal Ulos sementara di Flores kita mengenal tenun, maka di Lampung kita akan berkenalan dengan Kain Tapis. Kain Tapis sekarang sudah menjadi souvenir andalan dari Lampung. Dahulunya adalah pakaian wanita suku Lampung.
Kain Tapis ini terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sudi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam. Bahan yang digunakan adalah kain sanwos atau tenun, benang katun dan benang emas atau perak, pembidang.
Kain Tapis ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora fauna yang disulam dengan benang emas dan berbentuk perak. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup.
Di daerah lampung Utara Tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat. Dan juga biasa dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin. Kerajinan kain Tapis ini dibuat memakai alat tenun bukan mesin dengan ragam hias yang bermacam-macam.
Pembuatan Tapis ini sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan cara pembuatannya sudah disampaikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Untuk sebuah kain termasuk kain yang cukup berat karena banyak jalinan benang yang melintas di kainnya. Semakin padat pembuatan coraknya, maka harganya semakin mahal. Kain Tapis di Dekranasda rata-rata dimulai dari 1 juta rupiah.
Bila di Lampung kain Tapis ini bisa diperoleh di Dewan Kerajinan Nasional Provinsi Lampung (Dekranasda) di Jl. Juanda n0. 6B, Pahoman, Bandar Lampung, Telp 0721-269957. Kain tapis terlihat cantik dan menawan terutama karena variasi warna dan coraknya. (man)***