majalahteras.com – Kementerian Pendidikan Korea telah menunjuk Asia Pacific Center of Education for International Understanding (APCEIU) di bawah pengawasan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai pihak yang mengimplementasikan program Program pertukaran guru Indonesia-Korea (Indonesia-Korea Teacher Exchange) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Program tersebut bertujuan untuk memperkuat kerjasama bilateral di bidang pendidikan dan meningkatkan kemampuan guru kedua negara dalam pendidikan global dan komunikasi lintas budaya.
Untuk pelaksanaan program ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Korea telah menandatangani Miemorandum of Understanding (MoU) sejak Maret 2009.
Dalam siaran pers yang diterima pada Selasa (10/10/2017), pelaksanaan program ini diserahkan kepada unit utama yang menangani guru dan tenaga kependidikan dan sudah berlangsung selama 5 (lima) tahun terakhir.
Pada perkembangannya, sejak 2016 sampai sekarang program ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Pada 2017, program pertukaran guru Indonesia-Korea diikuti oleh 9 (sembilan) guru Korea dan 10 (sepuluh) guru Indonesia.
Selama 3 (tiga) bulan, mereka membawa misi budaya masing-masing kepada siswa-siswi di negara tempat mereka bertugas.
Para guru asal Korea telah bertugas pada 8 Mei hingga 4 Agustus 2017. Mereka bertugas di 5 sekolah di Indonesia yang tersebar di empat Kota, yaitu Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, dan Banyuwangi.
Sebelum ditugaskan di berbagai sekolah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), pertama, telah melaksanakan training penyesuaian lokal (Local Adjustment Training) yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang ideologi, ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia kepada guru Korea. Kedua, mengenalkan situs budaya dan sejarah Indonesia kepada guru Korea. Ketiga, memberikan informasi tentang sistem pendidikan di Indonesia. Keempat, mengenalkan bahasa Indonesia kepada guru Korea. Kelima, mengenalkan guru mentor dan kepala sekolah dari instansi mereka bertugas. Kelima, mengetahui informasi tugas-tugas yang akan dilakukan selama mengikuti program pertukaran guru. Keenam, mengetahui hak dan kewajiban selama mengikuti program pertukaran guru.
Adapun 10 (sepuluh) guru Indonesia saat ini sedang bertugas di Korea sejak 9 September sampai dengan 6 Desember 2017.
Sebelum ditugaskan ke Korea, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), pertama, telah melaksanakan training sebelum keberangkatan (Pre-departure Training) yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang ideologi, ekonomi, sosial, dan budaya Korea kepada guru Indonesia. Kedua, mengenalkan situs budaya dan sejarah Korea kepada guru Indonesia. Ketiga, memberikan informasi tentang sistem pendidikan di Korea. Keempat, mengenalkan bahasa Korea kepada guru Indonesia.
Para guru Indonesia yang mengajar di Korea saat ini sudah memasuki minggu ke-4 dari 12 minggu masa tugas.
Shin Yosep adalah salah peserta Indonesian Korean Teacher Exchange Program 2017 yang mengajar di SD Model Banyuwangi sejak pertengahan Mei 2017 lalu. Dia bersama An Yuri (30), rekan senegaranya, mengajar di Banyuwangi selama tiga bulan.
“Sangat menyenangkan mengajar di Banyuwangi. Saya memiliki banyak pengalaman, salah satunya adalah tradisi salim atau mencium tangan guru oleh murid. Di tempat kami tidak ada,” kata Yosep.
Selama mengajar di Banyuwangi, Yosep dan Yuri mengajar bahasa dan budaya Korea. Pada hari itu, Yosep mengajarkan permainan tradisional Korea yang menggunakan empat batang kayu yaitu Yut Nori.
Dia juga mengajarkan bahasa Korea sederhana seperti nama-nama binatang dan menghitung menggunakan bahasa Korea.
ukan hanya mengenalkan permainan tradisional, Yosep juga mengajarkan lagu-lagu anak-anak Korea dan mengenalkan makanan asal Korea, salah satunya Kimchi, kepada guru-guru di SD Model Banyuwangi.
Sementara itu, Yuri mengajarkan para siswa membuat pakaian tradisional Korea Hanbok dari kertas origami dan mengajarkan bahasa Korea untuk alat alat yang digunakan untuk membuat Hanbok dari origami.
Selama mengajar di Banyuwangi, Yosep dan Yuri didampingi oleh mentor, salah satunya adalah Mayang. Mayang bercerita ada tiga tahap yang harus diikuti oleh Yosep dan Yuri, antara lain observasi, melakukan cooperative teaching bersama guru kelas lalu mengajar siswa secara langsung di dalam kelas.
Setelah Yosep dan Yuri mengajar di Banyuwangi, rencananya pada September nanti, Mayang yang akan berangkat ke korea untuk mengajar.
“Sebelum Yosep dan Yuri, ada guru dari SD Model yang berangkat ke Korea dan mereka masuk seleksi program pertukaran guru Indonesia-Korea 2015. Rencananya, September ini saya yang berangkat ke Korea untuk pertukaran Guru. Semoga bisa menambah pengalaman dan nanti diaplikasikan saat kembali ke Banyuwangi,” ujar perempuan berkerudung itu. @IMAN