MAJALAHTERAS.COM– Pendiri Pustaka Bergerak, Nirwan Ahmad Arsuka, menilai Gerakan literasi merupakan gerakan untuk mengingatkan masyarakat untuk menjadi masyarakat madani, sementara buku hanya sebagai perantara gerakan literasi itu sendiri. Hal itu dikatakannya saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional bidang Perpustakaan 2019 di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (15/03/2019).
“Gerakan literasi adalah gerakan untuk menguatkan masyarakat untuk menjadi masyarakat yang madani, masyarakat yang mandiri, mengenal serta memproduksi pengetahuan untuk kebudayaan serta kesejahteraan dan penguatan ekonomi, buku hanya ujung tombaknya saja,” kata Nirwan.
Pustaka Bergerak adalah jaringan masyarakat madani yang secara sukarela bekerjasama membangun kekuatan dan kemandirian masyarakat lokal, lewat pengerahan pengetahuan bermutu ke seluruh penjuru. Masyarakat yang terisolir secara geografis, dan terpencil secara sosial, mendapat perhatian yang khusus.
Pustaka Bergerak bekerja dengan konsep bahwa perpustakaan harus datang menemui pembaca, khususnya anak-anak, dan bukan menunggu didatangi. Mitra lokal sekaligus pengelola pustaka datang dari aneka latar belakang: tukang rawat kuda, tukang reklame, satpam, ibu rumah tangga, buruh cabutan, mantan wartawan yang meninggalkan kerja tetapnya demi mengembangkan jaringan, seniman yang memilih kembali ke kampung untuk mengembangkan tanah kelahirannya, mahasiwa putus sekolah yang bertekad melanjutkan pendidikan formalnya dan lain sebagainya.
“Pustaka Bergerak awalnya hanya sebatas gerakan yang hanya mengandalkan atau bermodal kekuatan masyarakat, bahkan sebelumnya ibu-ibu melihat kami ini orang aneh, tapi akhirnya gerakan ini mampu membumi berkat dibantu pihak-pihak yang terlibat,” kata Nirwan.
Pustaka Bergerak memiliki Visi, yaitu: Terhapusnya mitos palsu tentang Indonesia sebagai bangsa yang malas membaca; terhapusnya mitos palsu tentang masyarakat Indonesia yang mustahil bergerak jika tak dimobilisasi oleh pemerintah; melambungnya peran serta masyarakat, khususnya kelas menengah bawah, dalam memproduksi pengetahuan.
Visi tersebut ditopang dengan sejumlah Misi berupa: Memburu pembaca dan mengantarkan bacaan gratis ke masyarakat dengan menggunakan kuda, perahu, sepeda, motor, gerobak, becak, dan jika perlu dengan jalan kaki; Membuka akses yang luas ke masyarakat dengan melibatkan PT Pos Indonesia, dan perusahaan cargo/ekspedisi lainnya; Memperbanyak jumlah buku bermutu yang beredar menjangkau seluruh pelosok.
Diakhir, Nirwan berpesan agar gerakan literasi tak hanya digerakan oleh pemangku kepentingan atau pegiat literasi saja, tetapi butuh dukungan semua pihak termasuk masyarakat luas untuk membumikan gerakan literasi.(rls)