Oleh : Abdul Munif
MAJALAHTERAS.COM – Kok jadinya bahas yang gituan sih. Peristiwa yang sebelum Republik ini berdiri sudah ada bahkan terjadi setiap hari. Para dokter juga masih risi makanya biasa menyebutnya Mrs V ketika bicara di publik.
Kalau dibuku kedokteran ditulis jelas Vagina. Kedokteran memang ilmu yang kebagian bahas anatomi tubuh kita. Setiap ilmu punya istilah terminoligis dan subjek mater alias poko bahasan.
Vagina itupun riciannya masih panjang lagi ada clitoris, labia minora dan seabreg nama-nama tinggal klik aja di google semua barang-barang akan keluar.
Dunia keilmuan atau google seperti masyarakat awam. Mereka berkata polos to the point. Mereka tidak pakai bungkus penutup : pepe, memek, puki dan bahasa daerah apapun untuk daging yang satu ini ada namanya.
Barang satu ini banyak membuat orang jadi mendadak moralis dan sastrawan. Penuh dengan bahasa metafora dan kesopanan. Kue Apem, dompet jenggot, kerang binongko, sontong ajaib, daging sepenggal atau kembang telang. Ada yang bilang tetangganya WC.
Denny Siregar menulis buku Manusia Angka. Ketika subjek bahasan tadi dijual harga lapan puluh jete, Medsos langsung rame. Kok bisa ya harganya semahal itu ? Padahal kan cuma daging biasa yang setiap perempuan punya ?
Bentuknya juga ya gitu-gitu aja ? Kecuali ada resletingnya, atau pintunya melintang horizontal ? Wuuih komentar rame mengalahkan hiruk pikuk Pilpres.
Kalau tinjauan ilmu ekonomi, selagi jualan ada pembelinya berarti itu tidak masalah. Selalu ada reaksi pasar antara suplay dan demand. Selesai. Dijual murah pun kalau pembelinya tak ada berarti masalah. Itu hukum ekononi. Selalu ada nego harga sebelum jatuh harga transaksi.
Dengan politik juga tak jauh beda. Seharusnya coblosan Pemilu dan coblosan yang itu bersifat rahasia. Jangan diumbar dipublik. Bedanya Pemilu di Indonesia surat suara dicoblos 160 juta kali oleh pemilihnya. Ini sekali coblos 80 juta, jadi kalau mau 160 juta rupiah ya harus coblos dua kali.
Lain lagi tinjauan syariat agama. Daging ternak dan daging itu halal dan haramnya tergantung kata. Ternak yang disembelih tanpa menyebut nama Allah dagingnya haram dimakan. Daging itu juga kalau ada kata akad nikah ya halal dikonsumsi.
Bung Cebong : Kalau tinjauan filsafatnya bagaimana Long?
Dul Kampret : Yang begituan mosok ada filsafatnya. Rocky Gerung aja bilang wanita itu enak di fiksi ga enak di fakta.
Santri Kalong : Bong dan Dul, kamu dua itu harus tahu, bahwa hubungan seks itu terjadi bukan pada manusia saja. Pada binatang juga, kecuali amuba binatang tanpa tulang belakang alias Avertebrata. Seperti wayang Mahabarata juga tak pernah ada kasus selingkuh atau perkosaan padahal mereka ditaruh dalam satu kotak oleh dalangnya. Binatang soal ini tak pernah ribut seperti kita. Itu karena kita diberi akal dan diberi agama.
Hubungannya dengan ilmu fisafat adalah soal fenomena fikiran. Wujud Zihni. Akal I’tibar. Pikiran itu benar jika terverifikasi dengan realita. Jika tidak terverifikasi dengan realita itu namanya hayal atau waham semata. Misalnya ketiadaan, ayah kandung Nabi Isa, sekutu Tuhan, pulau Neverland atau Dewa Tarada. Coba kau kasih contoh satu saja dari ketiadaan, kalau kau berhasil bawa contoh ketiadaan satu saja, saya belikan kau sepeda motor.
Manusia ke kebun binatang, bukan melihat kebunnya, Bong. Tapi melihat binatangnya. Binatang juga tanpa kebun sebagai ruang, dia mau ditaruh dimana ? Kalau binatang ditaruh di jalan raya atau di gedung bakal kacau. Maka kebun jadi penting. Tapi kebun kalau hanya isi pohon saja-dan binatang kecil seperti semut, tak bisa disebut Kebun Binatang. Makanya belajar logika. Jangan sampai bangsa ini sibuk menghukum dua rakyatnya karena telah menjual dan membeli Kerang Binongko dengan harga terlalu mahal. Disangka akan menimbulkan instabilitas ekonomi nasional dan dunia.
Seolah ekonomi Indonesia dalam ancama serius karena melambungnya harga peralatan kelamin. Sehingga BLBI perlu dicairkan untuk biaya partai-partai politik di periode kedua.
Dul Kampret : Jadi Apem seharga Lapan Puluh Jete itu biarkan ada di pikiran pembelinya Cak Suroboyo, begitu ya Long?
Santri Kalong : Kau memang Dul, kalau contohnya pakai kasus yang beginian otak filsafatmu langsung cerah. Langsung lincah. Mungkin kita perlu lahirkan satu cabang ilmu lagi yang kita namakan Filsafat Kelamin. Karena sudah banyak penjahat kelamin.
Angkringan Filsapat Pancasila.
Penulis adalah Penjab SIWO PWI Pusat