Pemerintah baru mengumumkan pertumbuhan ekonomi di semester pertama yang mencapai 5,01 persen year on year (yoy).
Analis First Asia Capital David Sutyanto melihat, landainya pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I 2017 dipengaruhi oleh perlambatan di bidang konsumsi. Sektor konsumsi memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi.
“Walaupun sudah mengejar di bidang lain seperti ekspor-impor, tapi tetap konsumsi itu memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi kita. Jadi begitu dia melambat, ya, semuanya kena,” kata David, Senin (7/8/2017).
Pertumbuhan ekononomi di semester ini masih jauh dari target yang ditentukan. Masih banyak pekerjaan rumah pemerintah agar bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,1 persen di semester II. “Kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target,” ujar David.
Hal ini berpengaruh terhadap IHSG. Ketika target tak terpenuhi, secara tak langsung cerminan dunia usaha turut tergoyahkan.
Menurut David, dari pertumbuhan ekonomi yang landai kemungkinan besar para emiten juga tidak mencatatkan pertumbuhan laba yang besar. Ujung-ujungnya investor akan pesimistis sehingga terjadi profit taking.
David menilai, investor harus mulai selektif dalam memilih saham. Hal yang perlu dilihat dari emiten adalah profit dan valuasinya. Karena yang melemah adalah sektor konsumsi, maka saham sektor consumer goods menurut David patut diwaspadai.
“Yang baik dipilih saya liat dari emiten, dari sektor tambang itu mulai oke, karena tambang mulai tumbuh,” ujar David.
David melihat, IHSG di semester kedua masih bisa mencapai 6.000. “Kemungkinan besar IHSG pasti untuk di atas 6.000 agak berat di akhir tahun. Pemangkasannya paling 100-200 poin,” tutur David.(rm)