Denis McQuail
Denis McQuail menambah dua teori pers (media) baru, Depelovment Media Theory (Teori Media Pembangunan) dan Democratic-Participant Theory (Teori Media Partisipan-Demokratis).
Kedua teori pers (media) itu merupakan kelanjutan dan sekaligus perluasan dari empat teori pers sebelumnya. Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm. memulai penulisan empat teori pers kelas dunia itu.
Denis McQuail terkenal dengan bukunya, antara lain, McQuail’s Mass Communication Theory (terjemahan bahasa Indonesia jadi dua buku). Buku edisi bahasa Inggris ini terbit kali pertama pada tahun 1983, terus direvisi sampai edisi keenam. Bukunya jadi buku teks klasik dalam studi komunikasi massa di seluruh dunia.
Lahir di London (Inggris), 12 April 1935. Meninggal di London pula, 25 Juni 1917. Mula-mula, Denis McQuail menempuh studi sejarah di University of Oxford (BA). Doktor sosiologi diperoleh dari University of Leeds (Inggris), 1967. Denis McQuail jadi guru besar di University of Amsterdam (Belanda) dan University of Southampton (Inggris).
Pembangunan
Teori Pers Pembangunan muncul pada tahun 1970 – 1980. Teori ini terutama berada atau digunakan di negara dunia ketiga. Teori Pers Pembangunan bertolak dari filsafat atau ideologi pembangunan, dengan ciri khas adanya keterlibatan Pemerintah dalam berbagai bidang, termasuk dalam pers atau media. Contoh kongkret, di Indonesia, pada zaman Orde Baru.
Pemerintah, ketika itu, terlibat aktif dalam pembangunan dan pembinaan pers melalui Departemen Penerangan RI. Di Departemen ini, antara lain, ada Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika yang berinteraksi aktif dengan pers.
Departemen Penerangan RI sudah bubar, awal zaman Orde Reformasi. Ada kelakar, kalau sebelumnya Departemen Penerangan RI tukang “mencabut nyawa” koran, lalu giliran Departemen Penerangan RI “dicabut nyawanya” (zaman Presiden K.H. Abdurrahman Wahid).
Dewan Pers masih ada, tetapi dengan format yang amat sangat baru. Misalnya, ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh para anggota terpilih hasil seleksi. Zaman Orde Bau, ketua Dewan Pers dijabat secara otomatis oleh Menteri Penerangan RI. Menteri Penerangan RI selalu merangkap jadi ketua Dewan Pers.
Partisipan-Demokratis
Teori Pers Partisipan-Demokratis sangat menentang monopoli media sebagai akibat berkembangnya Teori Pers Liberal dan Teori Pers Tanggung Jawab Sosial. Teori Partisipan-Demokratis muncul pada akhir tahun 1970 sampai awal tahun 1980.
Teori pers ini menawarkan tanggung jawab baru, yakni terlaksananya demokrasi dan terjaminnya hak-hak warga negara secara bebas dalam berekspresi melalui pers (Arifin, 2017 : 73).
Tak ada sensor atau breidel dari Pemerintah. Pelaksanaan penyaluran aspirasi atau kebebasan berpendapat bisa dilaksanakan melalui pers. Wartawan bisa menjadi penyalur aspirasi, bisa pula jadi penyalur kritik atau koreksi kepada Pemerintah.
Dalam penyaluran aspirasi itu, tentu saja, warga sudah dewasa. Bisa membedakan kritik dan caci maki, bisa pula membedakan kebijakan dan pribadi. Redaktur di jajaran redaksi sudah memahami perbedaan-perbedaan itu. Pers dan masyarakat bisa mengapresiasi atau bahkan mengoreksi kebijakan publik itu.
Soal pribadi pejabat, atau pembuat kebijakan publik, tak akan ada kaitananya dengan kepentingan umum. Pers selalu menulis untuk kepentingan umum. Pers jadi pula penyalur aspirasi atau kritik dari masyarakat kepada Pemerintah.
Partisipan-Demokratis hadir untuk menyelamatkan demokrasi yang sedang terancam oleh semakin kuatnya “kapitalisme media” (Arifin, 2017 : 74). (Dean Al-Gamereau)





