Panggung Sandiwara
Penyair Taufik Ismail menulis lirik lagu “Panggung Sandiwara” untuk God Bless. Ahmad Albar, vokalis band aliran rock itu menyanyikannya dengan irama sweet rock. Lagu ini, meski sudah melewati rentang masa sekian panjangnya, tetap populer, dan masih terdengar dalam banyak acara atau pertunjukkan.
Lagu “Panggung Sandiwara”, bukan saja kuat dalam musik atau irama, begitu kata ahlinya, melainkan juga lirik. Baris demi baris kalimat itu adalah cermin kehidupan kita juga, yang sering bermain sandiwara, yang sering berperan ganda : lain di bibir, lain di hati, lain di depan, lain di belakang. Sebuah pertanyaan dalam lirik lagu itu, “Mengapa kita bersandiwara?”
Pemeran di dua dunia itu berlaku untuk setiap orang, tidak memandang jenis kelamin, agama, golongan, atau status sosial apa pun. Siapa pun bisa bermain sandiwara dalam kehidupan ini : tampil memukau di panggung depan, sambil menyembunyikan rapat-rapat yang ada di panggung belakang.
Dua Panggung : Depan dan Belakang
Seorang sosiolog, Erving Goffman, menemukan teori Dramaturgi dalam kehidupan sosial. Goffman sendiri mengakui bahwa Dramaturgi ini pengembangan dari teori Interksionalisme Simbolik. Goffman tidak berdiri sendiri. Teorinya dibangun dan dipengaruhi oleh, misalnya, konsep diri George Herbert Med.
Goffman berdebat tentang ketegangan “I” (aku) dan “me” (daku) yang dibatasi oleh ruang kehidupan sosial. Goffman menyebut hal ini dengan ketidaksesuaian diri manusia kita dengan diri manusia sebagai hasil proses sosialisasi.
Dengan kata lain, Goffman mengakui pula kebenaran tesis “I” dan “me” George Herbeth Mead. Ini akibat perbedaan apa yang ingin kita lakukan secara spontan dengan apa yang diharapkan oleh orang lain atas apa yang kita lakukan itu. (http://www.academia.edu).
Buku karya terbaik Goffman adalah Presentation of Self in Every Life (1959). Goffman tertarik dengan apa yang dilakukan aktor saat tatap muka (co-presence) dengan khalayak.
Goffman membagi setiap pertunjukan pada saat berinteraksi pada dua bagian, dua panggung yakni front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang).
Panggung depan adalah ruang yang digunakan aktor untuk menampilkan akting terbaiknya. Di wilayah front stage ini, Goffman membagi setting (pemandangan fisik) dan front personal (dukungan penampilan). Front personal ini dibagi lagi pada dua hal : penampilan (attribute) dan gaya (expression).
Panggung belakang (back stage) adalah situasi sang aktor sedang apa adanya, tidak sedang memainkan peran apa pun. Di panggung belakang, ada hal-hal yang tidak ditampilkan (atau malah sengaja dirahasiakan) saat tampil di panggung depan. Panggung belakan cenderung tak ingin diketahui khalayak.
Teori Dramaturgi Erving Goffman ini sebetulnya pula pengembangan dari teori Dramatisme Kenneth Duva Burke, seorang filosofis dan teoritis literatur Amerika Serikat. (5 Mei 189 – 19 November 1993).
Tujuan Dramatisme untuk memberikan penjelasan logi dan memahami motif tindakan manusia. Dramatisme ingin menjawab pertanyaan : mengapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox. 2002).
Goffman kemudian menyempurkan Dramatisme itu jadi Dramaturgi, seperti tertuang dalam bukunya yang terkenal, The Presentation of Self in Everydat Life. Teori Dramaturgi lahir dari buku ini.
Teori Dramaturgi berhubungan dengan teori Looking Glass Self-nya Charles Cooly, seorang sosiolog Amerika Serikat (17 Agustus 1864 – 8 Mei 1929). Ada tiga komponen dalam teori ini, yang kemudian mewarnai teori Dramaturgi.
Ketiga teori dimaksud : seseorang tampil sebagai orang lain, seseorang membayangkan penilaian orang lain terhadap dirinya, dan seseorang mengembangkan perasaan diri sebagai akibat penilaian orang lain tersebut (http://wwww.kompas.com. Unduh, Ahad 22/02/2024. Pukul 10.09 WIB).
Panggung Erving Goffman
Goffman lahir di Meanville, Algerta, Kanada, pada tanggal 11 Juni 1922. Goffman oleh para pengikutnya sering disebut-sebut sebagai ilmuwan sosial yang berpengaruh pada abad 21 ini. Ayahnya, Max Goffman, dan ibunya Anne Averbach, Yahudi Ukraina yang pindah ke Kanada, pada awal abad 19.
Saudara kandung Goffman, Fances Bay, jadi aktris. Sangat mungkin, profesi saudara kandungnya itu ikut mematangkan teori Dramaturgi. Kalau saudara kandungnya benar-benar tampil di panggung sebenarnya, maka teori yang dibangun Erving Goffman adalah panggung dalam arti simbolik. Goffman meninggal dunia pada tanggal 19 November tahun 1982 di Philadelphia (Amerika Serikat) pada usia 60 tahun setelah mengidap penyakit kanker.
Panggung Pamungkas
Kita sangat sering mendengar pernyataan seseorang pejabat publik yang menentang korupsi. Namun, tak lama, yang besangkutan malah ditangkap aparat penegak hukum karena adanya dugaan kuat korupsi.
Itulah contoh kongkret, di panggung depan (front stage), di acara televisi, pernyataan di koran atau majalah, dia tampak gagah dan garang terhadap korupsi dan koruptor.
Di panggung belakang (back stage) di arena privat, ternyata dialah sesungguhnya koruptor sejati. Dalam hal ini, teori Dramaturgi Erving Goffman benar. (Dean Al-Gamereau).





