majalahteras.com – Dalam rangka memperkuat Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta percepatan penurunan kasus stunting di Provinsi Banten, Perwakilan BKKBN Provinsi Banten mengadakan kegiatan Gathering Bersama Insan Media/Jurnalis dengan tema “Kolaborasi Bersama dalam Menggerakkan Masyarakat untuk Cegah Stunting”.
Turut hadir Kepala BKKBN Provinsi Banten Rusman Efendi, Sekretaris BKKBN Banten Ganda Putra, Ketua TPPS Kabupaten Lebak Ade Sumardi, Ketua PWI Banten, Rian Nopandra, Sekretaris PWI Banten Nasrudin, Dosen Ilmu Komunikasi Untirta Puspita Asri, Koordinator Manajer PPS Rikiy, dan puluhan wartawan di Banten.
Kepala BKKBN Banten, Rusman Evendi, menyampaikan bahwa penanganan stunting sangat penting dalam menyongsong bonus demografi Indonesia pada tahun 2045. Bonus demografi tersebut tidak akan tercapai jika angka stunting tidak diturunkan atau diatasi dengan baik.
“Pada masa bonus demografi, Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak dibandingkan dengan nonproduktif. Namun, hal ini tidak akan tercapai tanpa pengorbanan, salah satunya adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),” katanya dalam kegiatan, Kamis 25 Mei 2023.
Rusman membeberkan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting terbaru di Indonesia mencapai 21,6 persen. Namun, angka stunting di Provinsi Banten berhasil menurun menjadi 20 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 24,4 persen.
“Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan pada anak, yang melibatkan pertumbuhan fisik dan kecerdasan di bawah rata-rata,” ucapnya.
“Beberapa faktor yang menyebabkan stunting antara lain kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang, sering mengalami sakit-sakitan, dan pola asuh yang tidak tepat,” imbuhnya.
Rusman Evendi menilai, menyampaikan informasi mengenai dampak stunting kepada masyarakat sangat penting, karena anak-anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi masa depan yang suram.
Lebih lanjut ia menyampaikan, dalam penanganan stunting, terdapat tiga pendekatan yang harus dilakukan. Pertama, sasaran penanganan dimulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, anak balita, dan balita.
Kedua, penanganan dilakukan secara kolaboratif melalui pendekatan pentahelix atau melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, media massa, perguruan tinggi, dan komunitas.
Ketiga, intervensi penanganan harus dilakukan terhadap penderita stunting.
“Di Provinsi Banten, Kabupaten Lebak menjadi daerah percontohan dalam penanganan stunting. Selain menjalankan program dari provinsi, Kabupaten Lebak juga menciptakan berbagai inovasi dalam penanganan stunting,” jelasnya.
Sementara Sekretaris BKKBN Banten, Yuda Ganda Putra, menjelaskan bahwa terdapat program Dulur Penting atau Donasi Telur Penanganan Stunting yang saat ini masuk dalam kompetisi inovasi pelayanan publik Kementerian PANRB. Program ini dijalankan melalui tiga warung Dulur Penting, yaitu Balai Penyuluh Kota Serang, Balai Penyuluh Rangkas, dan kantor perwakilan BKKBN.
“Program penyaluran telur ini dilakukan secara tepat sasaran melalui tim penyuluh keluarga berencana dan tim pendamping keluarga,” katanya.
Selain itu, terdapat program lain yang dikenal sebagai “Bapak Asuh”. Program ini mengarahkan donatur yang bersedia menjadi bapak asuh bagi anak-anak yang mengalami stunting. Adapun penyaluran bantuan akan dilakukan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) atau Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) di kabupaten/kota.
Yuda Ganda Putra juga menyebutkan bahwa pihaknya telah memprogramkan Dapur Sehat Anti Stunting (DASAT) di setiap kampung KB. Program ini bertujuan untuk memastikan gizi yang seimbang dan berkualitas bagi balita dan anak-anak dalam pencegahan stunting.
“BKKBN Banten berkomitmen untuk mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024, sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),” terangnya.
Kata Yuda, dalam upaya mencapai target tersebut, kerjasama dengan insan pers di Banten sangat diperlukan agar sosialisasi mengenai penanganan stunting dapat lebih maksimal.
“Bagi insan pers yang ingin mendapatkan informasi terkait penanganan stunting, dapat mengunjungi media center BKKBN Banten atau menghubungi call center yang dapat diakses selama 24 jam,” ucapnya.
Kata Yuda, pihaknya berharap melalui upaya kolaboratif dengan insan media, kita dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mencegah stunting dan memberikan dukungan bagi program-program yang sedang dilaksanakan.
“Dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah, media massa, perguruan tinggi, komunitas, dan masyarakat secara keseluruhan, diharapkan penurunan angka stunting di Provinsi Banten dapat tercapai sehingga generasi masa depan Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,” pungkasnya.(***)