Di Era Milenial, Buku Tetap Menjadi Jendela Dunia

oleh
oleh -

Majalahteras.com – Yulisa Rahmawati, siswi Kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) SMK YP Fatahillah 1 Kramatwatu, menuturkan bahwa cafe, tempat nongkrong atau rumah lebih nyaman untuk membaca buku dibandingkan di perpustakaan. “Karena tempatnya tidak membosankan,” pungkasnya.

“Saya lebih menyukai buku fiksi karena imajinasinya bisa sangat luas tanpa memandang apa yang sudah ada. Jadi, kita bisa membebaskan pikiran kita dari bete ataupun kejenuhan kita berdasarkan realita dan membuat kita menjadi lebih kreatif dan visioner. Membaca juga bisa mengembangkan kreasivitas khususnya di bidang menulis,” jelas siswi penyuka novel ini.

Semakin canggihnya teknologi sekarang, Yulisa menambahkan, membuat semakin malas siswa untuk membaca buku. Kini, buku bisa terkalahkan oleh teknologi. Karena teknologi mempunyai kelebihan selain cepat mendapatkan apa yang diinginkan juga mudah penggunaannya, sedangkan buku kita harus mencari dimana letak buku yang kita butuhkan.

“Buku sangatlah penting dan tidak boleh diambil alih oleh canggihnya teknologi, dan secanggih apa pun teknologi, buku tetaplah jendela dunia bagi semua manusia. Hanya saja bagaimana buku itu menjadi lebih mudah di dapat oleh siswa agar siswa tidak malas membaca buku sehingga buku dan teknologi menjadi seimbang,” ujarnya.

Yulisa menilai, buku di sekolah maupun di perpustakaan daerah harus lebih lengkap lagi agar siswa tidak lagi mencari di google, karena tidak selamanya siswa boleh memegang gawai saat sekolah.

“Pada intinya lengkapi buku dan bagaimana cara mempermudah siswa untuk mencari buku yang diinginkan. Agar buku dan teknologi seimbang. Secanggih apapun teknologi buku sangat penting dan menjadi utama bagi siswa khususnya. Bagaimana pemerintah menangani masalah ini agar siswa tertarik kembali dengan buku, karena setahu saya di Indonesia sangat kecil minat membaca buku. Ini yang menjadi persoalan,” paparnya.@IMAN