MAJALAHTERAS.COM – Camat Cikulur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Sukmajaya mengapresiasi program pemberdayaan terhadap perempuan pra sejahtera produktif di wilayah setempat. Pasalnya, hal ini membantu masyarakat inklusi memiliki kehidupan yang lebih berarti.
Salah satu program pemberdayaan BTPN Syariah adalah kumpulan atau biasa disebut Pertemuan Rutin Sentra (PRS) yang digelar setiap dua minggu sekali. Dalam kegiatan itu, ibu-ibu nasabah diberikan berbagai pelatihan dan pengetahuan demi memajukan usaha mereka.
Berbekal dari pengetahuan dan pelatihan tersebut, ibu-ibu nasabah dapat membuat usahanya lebih berkembang. Dengan demikian, taraf hidup dan perekonomian keluarga ikut meningkat.
“Kehadiran BTPN Syariah dapat membangkitkan mimpi masyarakat yang ingin diwujudkan, keluar dari kemiskinan, meningkatkan taraf hidup, dan meningkatkan perekonomian,” ungkap Sukmajaya, dikutip Senin (20/5/2024).
Menurut Sukmajaya, masyarakat ultra mikro memang harus mendapatkan pendampingan agar memiliki kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Oleh karena itu, ia pun mendukung upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh BTPN Syariah.
“Tentu harus dukung adanya BTPN Syariah karena ultra mikro perlu ada yang bantu dengan pendampingan agar keluar dari kemiskinan,” jelas Sukmajaya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan ibu-ibu nasabah untuk disiplin hadir dalam kumpulan setiap dua minggu sekali dan membayar angsuran tepat waktu. “Sampai kapan pun kalau punya utang harus dibayar,” kata Sukmajaya.
Tak lupa, ia juga mengimbau masyarakat untuk memilih lembaga keuangan resmi yang tepat. “Saya mohon jangan terjerat lembaga keuangan yang tidak legal, yang justru memberatkan masyarakat,” ujar Sukmajaya.
Senada, Habibi selaku Lurah Kp Cilame RT 005 Desa Cigoong Utara Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten juga mendukung kumpulan nasabah yang digelar setiap dua minggu sekali oleh BTPN Syariah. Sebab, hal itu ikut mendorong perekonomian bagi warga setempat.
“Pendapat saya karena ini untuk kebaikan maka saya mendukung penuh BTPN Syariah karena ini sangat membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di wilayah saya,” ucap Habibi.
Kumpulan BTPN Syariah Jadi Solusi Bagi Masyarakat Inklusi
Terpisah, Pimpinan Wilayah Jawa Barat BTPN Syariah, Firmansyah menjelaskan sejak awal BTPN Syariah berkomitmen memberdayakan masyarakat inklusi dengan memberikan pembiayaan untuk permodalan usaha dan pendampingan di seluruh penjuru Indonesia, termasuk Kabupaten Lebak.
BTPN Syariah juga menjadi satu satunya bank syariah yang fokus melayani masyarakat prasejahtera produktif, khususnya perempuan Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan visi dan misi BTPN Syariah yang menciptakan kesempatan tumbuh bersama demi mengubah hidup jutaan masyarakat Inklusi Indonesia lebih sejahtera.
BTPN Syariah memberdayakan masyarakat Inklusi dengan berbagai program pelatihan dan pendampingan selain melakukan transaksi keuangan serta angsuran. Kumpulan tersebut juga membuat hubungan ibu ibu nasabah lebih solid dan kekeluargaan, sehingga saling mendukung satu sama lain dalam membangun usaha dan menggapai impian. Kehadiran nasabah pada PRS menjadi sangat penting untuk memastikan nasabah mendapatkan proses pelatihan dan pendampingan dengan optimal serta manfaat berjenjang untuk mewujudkan mimpi.
Selain itu, karena pembiayaan yang diberikan tanpa agunan, maka kehadiran PRS sebagai jaminan dari nasabah saat program pembiayaan berjalan.
Di Kabupaten Lebak sendiri, BTPN Syariah sudah berdiri sejak 2011. Salah satu sentra berprestasi di Lebak adalah Sentra Cilame yang berada di Kampung Cilame, Rt 005, Desa Cigoong Utara, Kecataman Cikulur, Kabupaten Lebak.
Sentra yang telah berdiri sejak 27 Februari 2013 lalu ini terdiri dari 19 ibu ibu dan memiliki usaha diberbagai sektor, mulai dari pertanian, menjual ikan hasil nelayan, perdagangan kayu, produksi bata, menjual pasir, produksi makanan, menjual makanan, warung sembako, konveksi, menjual barang kebutuhan rumah tangga.
Salah satu nasabah bernama Siska Ramayani mengaku telah bergabung menjadi nasabah BTPN Syariah sejak 2015 dengan pembiayaan awal sebesar Rp3 juta. Dengan modal tersebut, ia membuka usaha warung sembako.
“Alhamdulillah BTPN Syariah memberikan modal usaha, selain itu juga memberikan pendampingan melalui kumpulan setiap dua minggu sekali,” tutur Siska.
Melalui kumpulan tersebut, sambung Siska, ia mendapatkan berbagai pelatihan dan pengetahuan untuk memajukan usahanya. Tak sia-sia, Siska pun mengimplementasikan ilmu yang didapat dari kumpulan dan usahanya semakin berkembang saat ini.
“BTPN Syariah memberikan pendampingan terhadap ibu-ibu di kumpulan, diberikan pengetahuan dan pelatihan untuk memajukan usaha. Saya dari modal awal Rp3 juta dan sekarang sampai di nominal Rp20 juta seiring dengan perkembangan usaha saya,” jelas Siska.
Lebih dari itu, Siska juga tidak merasa berjuang sendirian dengan adanya kumpulan dua minggu sekali BTPN Syariah. Menurutnya, kegiatan kumpulan ini menciptakan rasa solidaritas dan saling membantu antar satu nasabah dengan nasabah lain.
Keberhasilan Siska dan ibu ibu nasabah lainnya tentu tak lepas dari pendampingan yang dilakukan oleh Community Officer (petugas lapangan). Mereka bertugas mendampingi langsung ibu ibu nasabah BTPN Syariah melalui kumpulan setiap dua minggu sekali.
Dalam setiap kumpulan, Community officer mendampingi ibu ibu nasabah dalam melakukan kegiatan perbankan, mulai dari memberikan pembiayaan, membayar angsuran, sampai menabung serta melakukan pemberdayaan dengan membawa akses pengetahuan kepada nasabah.
Di sini, BTPN Syariah juga tetap menjalankan fungsi perbankan dengan menghimpun dana dari masyarakat sejahtera dan 100 persen dananya disalurkan untuk memberdayakan masyarakat prasejahtera. Dalam memberdayakan memberdayakan masyarakat inklusi, BTPN Syariah memberikan empat akses sekaligus berupa akses keuangan, ilmu pengetahuan, suplai barang dan pasar.
Dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, pihak BTPN Syariah juga tidak hanya melibatkan Community Officer, akan tetapi melibatkan lebih banyak pihak, khususnya mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat inklusi melalui program Bestee. Hingga kuartal l 2024, terdapat 61 ribu ibu-ibu nasabah yang mendapatkan pendampingan dari 3.168 mahasiswa dalam memajukan usahanya di lebih dari 959 kecamatan di Indonesia.(***)