Buku Konvensional Atau Digital, Keduanya Bukanlah Pilihan

oleh
oleh -

Majalahteras.com – Di era mileneal ini, segala aktivitas manusia tak lepas dari yang namanya teknologi. Pesan-pesan yang dulu terkesan istimewa dengan surat, telah beralih ke pesan elektronik yang lebih cepat. Makanan yang dulu perlu waktu untuk membeli, sekarang dapat datang sendiri ke pembeli. Lalu bagaimana dengan nasib buku? Bukankah sekarang banyak terdapat buku digital pengganti buku konvensional?

“Tak dapat dipungkiri bahwa buku di era modern telah merambah dan memberikan efek positif dengan kepraktisannya. Buku digital, memberikan kemudahan dan keleluasaan pembaca untuk membaca kapanpun dan dimanapun. Sedang buku konvensional “katanya” sudah mulai jarang digunakan. Buku konvensional atau buku digital menurut saya bukanlah sebuah pilihan. Keduanya memiliki urgensinya masing-masing. Untuk usia anak-anak akan lebih sesuai jika menggunakan buku konvensional, hal ini dimaksudkan agar mereka tidak kecanduan dengan gawai,” papar Asisten Direktur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Serang, Dwi Kurniasih.

Baca Juga  Kolaborasi Antar Perguruan Tinggi dengan Industri Ciptakan Ekosistem Reka Cipta

Selain itu, Ia menambahkan, melalui buku konvensional anak-anak akan lebih tertarik dengan sampul yang menarik. Terlebih untuk anak usia dini, buku konvensional akan lebih membantu untuk mereka belajar membaca.

“Sedang untuk usia remaja hingga dewasa akan lebih cocok buku digital, masa-masa remaja mileneal yang tidak lepas dari gawainya akan lebih berfaedah jika diarahkan ke gerakan membaca. Di sisi lain buku konvensional juga tak bisa lepas pada usia remaja hingga dewasa, misalnya buku-buku pelajaran, buku-buku penelitian, dan novel,” jelas dara penyuka novel genre roman dan komedi ini.

Baca Juga  Gelombang I di Tahun 2019, Rektor Untirta Lepas 179 Lulusan Pascasarjana

Ia menilai, dalam dunia perkuliahan, buku memiiki peran penting. Hampir seluruh tugas kuliah merujuk pada buku. Baik buku konvensional atau digital, keduanya dapat dijadikan sebagai referensi. Terkhusus tugas akhir skripsi, diwajibkan mencantumkan sumber dari buku (buku konvensioanl) dan buku digital (Jurnal).

“Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Serang, tempat saya mengenyam pendidikan sebelumnya, belum lama ini menggalakkan program literasi. Program literasi ini diberi nama readingcorner. Sesuai dengan namanya, tempat ini berada di pojok-pojok ruangan administrasi UPI Kampus Serang yakni di bagian bawah tangga. Tempat ini sering dikunjungi mahasiswa untuk membaca, duduk santai, maupun rapat organisasi. Seringnya mahasiswa membaca sembari menunggu kehadiran dosen,” lanjutnya.

Baca Juga  UN Era Nadiem Diharapkan Berdampak Positif Bagi Pendidikan Nasional

“Membaca adalah bagian dari pendidikan. Banyak membaca tentunya banyak menambah wawasan. Semoga gawai bukan sebagai hanya sebagai alat informasi dan komunikasi saja, namun dapat dijadikan sebagai alat untuk menghasilkan kreasi dan alat dalam edukasi (media pembelajaran). Dengan demikian, pendidikan tak akan tergerus zaman dan tidak memberikan rasa bosan,” tandasnya.@IMAN